Minggu, 05 Desember 2010

laporan Identifikasi gulma melalui klasifikasi tanaman

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Perkembangan pertanian dewasa ini menunjukan kemajuan yang semakin pesat, namun demikian, banyak segi yang secara langsung atau tidak langsung dapat memacu pertumbuhan gulma, seperti penanaman dalam baris, jarak tanam yang lebar, mekanisasi, pengairan, penggunaan bahan-bahan kimia berupa pupuk dan pestisida. Berarti dengan meningkatnya intensifikasi pertanian maka masalah gulma tidaklah semakin ringan, tetapi justru semakin berat. Keadaan suhu yang relatif tinggi, cahaya matahari yang melimpah, dan curah hujan yang cukup untuk daerah tropik juga mendorong gulma untuk tumbuh subur. Akibatnya gulma menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perairan dan lahan non pertanian lainnya.
Gulma antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki menusia. Hal ini berarti tumbuhan tersebut merugikan baik secara langsung atau tidak langsung, atau bahkan kadang-kadang juga belum diketahui kerugian atau kegunaannya. Oleh karena itu, batasan untuk gulma ini sebetulnya sangat luas sehingga dapat mencakup semua jenis tanaman dalam dunia tumbuh-tumbuhan. Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan. Misalnya pada perkebunan yang baru diolah, maka gulma yang dijumpai kebanyakan adalah gulma semusim, sedang pada perkebunan yang elah lama ditanamai, gulma yang banyak terdapat adalah dari jenis tahunan.
Identifikasi berasal dari kata identik yang artinya sama atau serupa dengan, dan untuk ini kita dapat terlepas dari nama latin. Nama latin suatu gulma akan sangat berarti karena nama tersebut diterima di internasional. Sebagai contoh jika kita menyebutkan nama babandotan, ahli gulma india atau afrika bahkan mungkin yang berasal dari luar pulau jawa sering tidak mengetahuinya. Tetapi dengan menyebut nama latinnya atau Ageratum conyzoides, L. maka hamper dapat dipastikan orang-orang tersebut mengetahuinya. Atau jika tidak, maka mereka dengan mudah mencari informasi dengan berpegangan pada nama latin gulma tersebut. Nama latin suatu jenis gulma biasanya terdiri dari dua kata. Kata pertama menunjukkan marganya yang selalu dimulai dengan huruf besar sedangkan kata kedua menunjukkan jenis yang selalu dimulai dengan huruf kecil. Dibelakang nama tersebut terdapat pula singkatan nama orang yang pertama kali membuat determinasi jenis tersebut. Contoh : Panicum repens L. Huruf L adalah singkatan dari Linnaeus, seorang ahli tumbuh-tumbuhan dari swedia yang pertama kali membuat determinasi gulma P.repens.
Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara dibawah ini :
1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi dengan herbarium.
2. Konsultasi langsung dengan ahli dibiddang bersangkutan.
3. Mencari sendiri dengan menggunakan kunci identifikasi.
4. Membandingkan dengan determinasi yang ada.
5. Membanduingkan dengan ilustrasi yang tersedia.

Untuk mengidentifikasi gulma dengan kata kunci tentunya kita harus memahami sifat-sifat generative dan vegetative dari gulma tersebut. Bagian vegetative gulma yang dapat dipakai sebagai factor identifikasi adalah akar, batang, dan daun.


B. TUJUAN

1. Mengetahui spesies gulma yang tumbuh mengganggu dan bersaing dengan tanaman budidaya.
2. Mengetahui komposisi jenis gulma dan dominasi pada suatu vegetasi.











BAB II
TEORI DASAR


Identifikasi

Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang nilai negatif apabila tumbuhan tersebut merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dan sebaliknya tumbuhan dikatakan memiliki nilai positif apabila mempunyai daya guna manusia (Mangoensoekarjo 1983). Pengertian gulma adalah tumbuhan yang tumbuh tidak sesuai dengan tempatnya dan tidak dikehendaki serta mempunyai nilai negative (Johnny, Martin. 2006).
Ada beberapa jenis gulma berdasarkan respon herbisida, termasuk gulma rumput. Rumputy mempunyai batang bulat atau pipih berongga. Kesamaannya dengan teki karena bentuk daunnya sama-sama sempit. Tetapi dari sudut pengendaliannya terutama responnya terhadap herbisida berbeda. Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan dibedakan gulma rumput semusim (annual) dan tahunan (parennial). Rumput semusim tumbuh melimpah, tetapi kurang menimbulkan masalah dibandingkan gulma rumput tahunan.
Adanya berbagai definisi dan dekripsi gulma menunjukkan bahwa golongan gulma mempunyai kisaran karakter luas dan mempunyai konsekuensi dalam pemberantasan dan pengelolaannya. Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara dibawah ini:
1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium.
2. Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan
3. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi
4. Membandingkan dengan determinasi yang telah ada.
5. Membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia

Cara identifikasi dengan membandingkan tumbuhan gulma dengan gambar paling praktis dan dapat dikerjakan sendiri di tempat, oleh karena telah banyak publikasi gambar dan foto-foto gulma. Dua publikasi gulma P3GI yang disebutkan pada alinia pertama bab ini, sangat berguna untuk keperluan tersebut. Identifikasi dengan membandingkan determinasi dari spesies gulma kemudian mencari dengan kunci identifikasi sedikit banyak kita harus memahami istilah biologi yang berkenaan dengan morfologi (Sastroutomo. 1990). Bila ada spesies gulma yang sukar diidentifikasi, maka herbarium gulma (lengkap daun, batang, bunga, bunga dan akarnya) tersebut dapat dikirim ke herbarium.
Tanda-tanda yang dipakai dalam identifikasi dan penelaahan spesies gulma; terbagi atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-sifat generatif yang cenderung tetap.Sifat vegetatif gulma antara lain : perakaran, bagian batang dan cabangnya, kedudukan daun, bentuk daun, tepi daun dan permukaan daun, terdapat alat-alat tambahan misalnya daun penumpu atau selaput bumbung, beragam dan berbeda-beda untuk tiap spesies gulma. Bagian generatif yang dapat digunakan sebagai kriteria tanaman antara lain adalah : jumlah dan duduknya bunga, bagian-bagian bunga, warna kelopak bunga, warna mahkota bunga, jumlah benang sari, serta bentuk ukuran -warna-jumlah buah/biji (Steenis, van. 1981).
Identifikasi sangat penting terutama dalam memahami tanda-tanda karakteristik seperti yang berkenaan dengan morfologi (terutama morfologi luar) gulma. Dengan memahami karakteristik tersebut, dalam melakukan upaya pengendalian gulma akan lebih mudah. Disamping itu juga kita harus memperhatikan faktor-faktor lain, seperti misalnya iklim, jenis tanah, biaya yang diperlukan, dan pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkannya (Tjitrosoedirjdjo, 1984).

Analisis vegetasi

Komunitas gulma dalam suatu ekosistem akan tersusun dari berbagai macam spesies, menurut daur hidup, ciri morfologi dan cara hidupnya. Analisis vegetasi diperlukan untuk mengetahui komunitas gulma pada suatu lahan. Secara umum, analisis vegetasi bertujuan untuk :
1. Mengetahui susunan dan dominansi suatu gulma
2. Mengetahui keragaman komunitas gulma pada suatu lahan
3. Mengetahui suksesi gulma, yang dilakukan dari waktu ke waktu, karena susunan vegetasi mengalami perubahan sesuai dengan lingkungan.

Langkah awal yang ditempuh saat melakukan analisis vegetasi adalah pengambilan sample. Pengambilan sample dapat dilakukan secara langsung, tidak langsung, secara beraturan ataupun acak bertingkat. Metode pengambilan sample yang dilakukan pada praktikum ini adalah pengambilan sample secara langsung yaitu dengan cara melemparkan kerangka untuk menentukan letak petak contoh yang diperkirakan distribusi sampelnya dapat mewakili area (Tri Harso, 1994).
Cara klasifikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan (artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Pada klasifikasi sistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja yang dikelompokan ke dalam kelompok yang sama (Anonim, 2008).
Triharso, 1994 dalam bukunya menerangkan bahwa Summed Dominance Ratio (SDR) suatu jenis adalah :
SDR = KM+DM+FM x 100%
3
Nilai KM (Kerapatan Mutlak) merupakan jumlah semua individu spesies itu dari semua sampel yang diambil. Kerapatan Nisbi dihitung dengan rumus :
KN = KM suatu spesies x 100%
KM semua spesies

Nilai DM (Domonansi Mutlak) merupakan jumlah angka kuantitatif apesies tertentu dari semua unit sampel yang diambil. Dominansi Nisbi dihitung dengan rumus :
DN = DM suatu spesies x 100%
DM semua spesies
Nilai FM (Frekuensi Mutlak) merupakan perbandingan antara jumlah unit sampel suatu spesies dengan jumlah seluruh sampel yang diambil. Frekuensi Nisbi dihitung dengan rumus:
FN = FM suatu spesies x 100%
FM semua spesies
Nilai Koefisien Komunitas (CK) suatu spesies adalah :

w = jumlah angka terendah dari pasangan SDR
a = semua SDR dari lokasi I
b = semua SDR dari lokasi II
BAB III
METODE PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan
1. Alat

a. Alat square method ukuran 50 cm x 50 cm
b. Buku deskripsi gulma dan herbarium
c. Kantong plastik
d. Alat tulis
e. Oven
f. Timbangan analitik
g. Kantong kertas

2. Bahan
a. Lahan sawah dan lahan kering
b. Air

B. Prosedur Kerja

1. Identifikasi
a. Petak sawah dengan ukuran 50 cm x 50 cm dibuat dengan alat square method pada lahan sawah dan lahan kering.
b. Diambil atau dicabut jenis gulma yang tumbuh pada petak tersebut lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik.
c. Jenis gulma yang ada diidentifikasi menggunakan buku deskripsi berdasarkan ciri morfologinya, dan tulislah nama spesimen morfologi dan perkembangbiakannya, daur hidupnya dan tempat tumbuhnya.
d. Jenis gulma berdasarkan golongan dipisahkan, yaitu rumput, teki tekian, dan daur lebar.



2. Analisis vegetasi
1. Petak sawah dengan ukuran 50 cm x 50 cm dibuat dengan alat square method pada lahan sawah dan lahan kering (menggunakan gulma pada acara identifikasi).
2. Ambil atau cabut semua gulma yang ada pada petak contoh tersebut (menggunakan gulma pada acara identifikasi).
3. Jumlah masing-masing gulma yang ada dihitung, kemudian dimasukkan dalam kantong kertas dan dikeringkan dalam oven pada suhu 70°C sampai kering konstan.
4. Timbang masing-masing jenis gulma yang telah dikeringkan.
5. Kerapatan, frekuensi dan dominasi dihitung untuk masing-masing jenis gulma.























\

.BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Identifikasi gulma melalui klasifikasi tanaman pada tabel I, yaitu:

a. Digitaria ciliaces, rumput yang berumpun, yang pada pangkalnya kerapkali dengan batang yang merayap; tinggi 1 – 1.2 m. Batang pipih yang besar semakin ke bawah berongga. Pelepah daun tertekan jadi satu pada batang. Lidah sangat pendek. Helaian daun berbetnuk garis lanset atau garis, bertepi kasar, kerapkali keunguan. Bulir 2 – 22 per karangan bunga, tertancap pada ketinggian yang tidak sama. Poros bulir berlunas, panjang 2 – 21 cm. Anak bulir berseling kiri dan kanan dari poros, berdiri sendiri dan berpasangan tetapi dengan tangkai yang tidak sama panjang, ellips memanjang, rontok bersama-sama, panjang 2 – 4 mm. Rambut tepi dari sekam pada masaknya buah saling menjauh. Benang sari 3, kepala sari kuning atau ungu. Tangkai putik 2. kepala putik muncul dekat ujung dari pada anak bulir, ungu merah, jarang putih. Tumbuh-tumbuhan agak mudah berubah tumbuh pada segala macam keadaan tanah pada ketinggian 1 – 1800 m.

b. Brachiaria sp, digunakan untuk penggembalaan sapi di Florida Selatan. Pertumbuhan sujud-jenis kuat dan selama musim panas membuat penggembalaan rotasi direkomendasikan untuk padang rumput Brachiaria sp. Rotational merumput memfasilitasi penyesuaian tingkat penebaran optimum dan kontrol tinggi merumput jerami. Target tinggi jerami untuk penggembalaan Brachiaria sp, harus 6-10 inci (Stanley, TD and Ross, 1989).

c. Ottchloa nodosa, merupakan tanaman yg berbaring abadi, sampai dengan ca 45 cm, perakaran yang lebih rendah; node batang biasanya tidak bercabang, node glabrous atau dengan sedikit. Rambut "Daun selubung glabrous kecuali untuk marjin Ciliata; ligules pendek; pisau daun linear atau linear-bulat telur, 1,8 cm x 0,2-0,9 cm, gundul atau dengan beberapa pada dasar rambut. 15 Malai sampai dengan ca 20 cm, cabang primer 4-12, yang lebih rendah sampai dengan ca 15 cm, biasanya dengan percabangan sekunder, ini biasanya dengan beberapa spikelets; spikelets ca 3-3,5 mm, lebih rendah glume ca 1/3-1/2 selama gabah,, atas ca glume glabrous 1/2-2/3 selama gabah; bunga kecil yang lebih rendah dengan lemma glabrous; bunga kecil atas glabrous . Klasifikasi tanaman:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus: Ottochloa
Spesies: Ottochloa nodosa

d. Ageratum conyzoides, herba satu tahun, tegak atau berbaring dan dari bagian ini keluar akarnya. Berasal dai Amerika tropis. Tinggi tanaman kurang lebih 1 – 1.2 m. Batang bulat, berambut jarang. Daun bawah berhadapan dan bertangkai cukup panjang, yang teratas tersebar dan bertangkai pendek. Helaian daun bulat telur, beringgit, panjang 1 – 10 kali 0.5 – 6 cm, kedua sisinya berambut panjang, sisi bawah juga dengan kelenjar yang duduk. Bongkol bunga berkelamin satu macam, 3 atau lebih berkumpul jadi karangan bunga bentuk malai rata yang terminal. Panjang bongkol 6 – 8 mm , pada tangkai berambut. Daun pembalut tersusun dalam 2 – 3 lingkaran, runcing, tidak sama, berambut sangat jarang atau gundul. Dasar bunga bersama tanpa sisik. Bunga sama panjang dengan pembalut. Mahkota dengan tabung sempit dan pinggiran sempit bentuk lonceng, berlekuk 5, panjang 1 – 1.5 mm. Buah keras bersegi llima, berwarna putih, dengan panjang 2 – 3.5 mm.

e. Eleusine indica, rumput berumur pendek, kerapkali berumpun kuat, kadang-kadang pada buku yang bawah keluar akar : batang kerapkali berbentuk cekungan yang terbentang; tinggi 0.1 – 1.9 m. Batang menempel pipih sekali, bergaris, kerap bercabang. Daun dalam dua baris. Pelepah daun menempel kuat bertulas. Lidah seperti selaput, pendek. Helaian bentuk garis dengan tepi kasar pada ujung, pada pangkalnya ada rambut panjang, 12 – 40 x 0.41 – 1 cm. Bulir terkumpul 2 – 12, satu sisi. Poros bulir bersayap dan berlunas, panjang 2.5 – 17 cm. Anak bulir berdiri sendiri, berseling kiri kanan lunas, duduk, rapat menutup secara genting, menempel rapat, panjang 4 – 7 mm. Sekam terekat rapat berlunas, dua yang terbawah tetap tinggal lama. Benang sari 3; kepala sari pendek. Tangkai putik 2; kepala putik sempit, ungu. Di tempat cerah matahari, kerapkali di tanah keras karena terinjak; 1 – 2000 m.



f. Amaranthus sp, yang dikenal sebagai bayam, adalah sebuah kosmopolitan genus jamuSekitar 60 spesies diakui, dengan perbungaan dan dedaunan mulai dari ungu dan merah untuk emas. Members of this genus share many characteristics and uses with members of the closely related genus Celosia . Anggota genus ini berbagi banyak karakteristik dan dan menggunakan dengan anggota yang terkait erat genus Celosia . Meskipun beberapa spesies sering dianggap gulma , orang di seluruh dunia sebagai nilai amaranths sayuran daun , sereal , dan tanaman hias. Sebuah pabrik makanan tradisional di Afrika, bayam memiliki potensi untuk memperbaiki gizi, meningkatkan ketahanan pangan , pembangunan pedesaan mendorong dan mendukung Landcare berkelanjutan.

g. Emilia sonchifolia, dikenal sebagai genus tasselflower lilac dari Emilia dan dari keluarga Asteraceae. Tanaman ini merupakan tanaman Afrika dalam keluarga Asteraceae dapat menyebabkan keracunan nitrat-nitrit.Klasifikasi tanaman:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Asterales
Famili: Asteraceae
Genus: Emilia
Spesies: Emilia sonchifolia (L.) DC.

h. Cyperus rotundus, herba menahun, tinggi 0.1 – 0.8 m. Batang tumpul sampai persegi tiga tajam. Daun berjumlah 4 – 10 helai dan letaknya berjejal pada pangkal batang, dengan pelepah daun yang tertutup tanah, helaian daun bentuk garis, dari atas hijau tua mengkilat, 10 – 60 kali 0.2 – 0.6 cm. Anak bulir terkumpul menjadi bulir yang pendek dan tipis, dan keseluruhan terkumpul lagi menjadi berbentuk panjang. Daun pembalut berjumlah 3 – 4, tepi kasar, tidak merata. Jari jari payung 6 – 9, pangkal tertutup oleh daun pelindung yang berbentuk tabung, yang t erpanjang 3 – 10 cm, yang terbesar sekali lagi bercabang. Anak bulir 3 – 10 berkumpul dalam bulir, duduk, berbetnuk garis, sangat gepeng, coklat, panjang 1 – 3 cm, lebar 2 mm, berbunga 10 – 40. sekam dengan punggung hijau dan sisi coklat, panjang kurang lebih 3 mm. Benang sari 3, kepala sari kuning cerah. Tangkai putik bercabang 3. buah memanjang sampai bulat telur terbalik, persegi tiga, coklat, panjang kurang lebih 1.5 mm. Dapat tumbuh pada bermacam-macam keadaan tanah, dengan ketinggian 1 – 1000 m.
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus

laporan agroklim tina

LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI










Oleh :

Angkatan II

Murtina Purba (A1L009083)




KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2010
ACARA I

PENGENALAN ALAT-ALAT PENGUKURAN UNSUR IKLIM / CUACA


TUJUAN :

Mengetahui cara kerja peralatan ukur unsur iklim / cuaca.
Mengetahui cara pengamatan unsur iklim / cuaca.
Mengetahui tata letak dan pemasangan peralatan ukur iklim / cuaca.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan adalah boring pengamatan dan bollpoint. Sedangkan alat yang digunakan adalah: (1) pengukur suhu udara minimum dan maksimum dan pengukur suhu tanah , (2) pengukur kelembaban nisbi udara, thermometer bola basah dan kering, (3) pengukur curah hujan tipe observatorium dan ototmatis, (4) pengukur lama penyinaran matahari, solarimeter Campbell Stockes, (5) pengukur kecepatan dan arah angin.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan suatu alat pengamatan cuaca atau datang dekat alat pengamatan cuaca dipasang.
Diamati letak alat pengamatan cuaca tersebut pada stasiun cuaca dan digambar secara skematik letak alat cuaca tersebut.
Digambar dan diberi keterangan bagian alat pengamatan cuaca yang diamati.
Dijelaskan prinsip kerja alat .
Dilakukan dengan cara yang sama untuk alat pengamatan cuaca lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Aktinograf


Gun Bellan


Campbell Stokes





Termometer Maksimum





Termometer minimum


Termometer biasa


Termometer tanah









Termohigrograf


Psikrometer standar


Ombrometer Observatorium



Penakar hujan Hellman


Penakar hujan Bendix


Penakar hujan Tilting Siphon


Penakar hujan Tipping Bucket


Evaporasi









Anemometer

Pembahasan

Dalam mengukur unsur cuaca/ iklim terdapat berbagai macam alat ukur antara lain alat pengukur suhu, termometer maximum-minimum, thermohygrograf, termometer biasa, termohydrometer dan termometer tanah. Thermohygrograf merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu sekaligus untuk mengukur kelembaban. Sedangkan termometer biasa ada dua yaitu: termometer alkohol dan air raksa.
Alat perekam penyinaran matahari yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tipe Campbell-stokes disertai dengan kertas pias yang berwarna biru.
Ada juga alat yang khusus untuk mengukur kecepatan angin yaitu Anemometer mangkok. Mengapa disebut sebagai Anemometer mangkok, karena alat ini mempunyai bagian berbentuk seperti mangkok yang berfungsi sebagai penerima dari daya gerak angin yang pada akhirnya akan menyebabkan bagian dalam dari alat ini akan berputar dan besar dari kecepatan angin tersebut akan tercatat pada kertas yang berada pada bagian dalam dari alat ini.
Alat yang terakhir adalah alat pengukur curah hujan yaitu Ombrometer otomatis. Sesuai dengan namanya alat ini bekerja secara otomatis, sebab alat ini dapat mencatat sendiri besarnya curah hujan tanpa harus mendapat perlakuan istimewa dari pengamat. Hal yang perlu diingat dalam pemasangan alat ini adalah jangan sampai ada penghalang yang menghalangi jatuhnya air hujan kedalam alat ini, sebab adanya penghalang akan mempengaruhi tingkat ketepatan pengukuran dari alat ini.
Pada pengukuran unsur-unsur cuaca atau iklim, alat-alat tersebut diatas mungkin masih sangat minim untuk dapat menyimpulkan keadaan suatu cuaca atau iklim yang sedang berlangsung, namun akan dapat mencapai hasil yang optimal apabila dalam waktu pengukuran sangat memperhatikan tentang faktor penempatan atau pemasangan alat serta ketelitian dalam membaca skala alat sehingga hasil pengukuran yang diperoleh akan mempunyai tingkat keseksamaan yang mendekati 100 %.
Pengukuran cuaca ataupun iklim dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu hal yang sangat penting keberadannya, sebab pengaruh-pengaruh yang mungkin ditimbulkannya sering menyebabkan masalah bagi hewan, tumbuhan maupun kesejahteraan manusia. Masalah tersebut merupakan tantangan bagi manusia, dimana manusia harus berusaha untuk mengatasinya yaitu dengan berusaha menghindari atau memperkecil pengaruh-pengaruh yang tidak menguntungkan bagi kehidupan manusia. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut :
Penyesuaian. Dalam hal ini manusia harus mengetahui tentang siklus iklim atau cuaca yang terjadi dari tahun ketahun, sebab hal ini mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dalam kaitannya dengan pemanfaatan suatu iklim atau cuaca pada masa yang bersangkutan.
Peramalan. Peramalan sendiri berarti perkiraan iklim atau cuaca pada suatu ketika berdasarkan perjalanan iklim atau cuaca tersebut pada waktu sebelumnya dalam jangka waktu yang lama.
Subtitusi. Dalam penerapannya dikehidupan sehari hari, manusia tidak kuarang akal apabila menghadapi suatu kondisi iklim atau cuaca yang kurang mendukung dalam usaha untuk mencapai kesejahteraan hidupnya
Modifikasi. Modifikasi merupakan usaha manusia dalam rangka menciptakan suatu model keadaan yang dapat mendukung bagi pencapaiaan kesejahteraan manusia.












KESIMPULAN

Pengukuran unsur iklim dan cuaca harus dilakukan dengan teliti. Serta diperhatikan cara kerja, pengamatan dan pemasangan alatnya.
Pengukuran unsur iklim dan cuaca meliputi pengukuran curah hujan, radiasi matahari, suhu dan kelembaban udara.
Tujuan dari diadakannya pengukuran unsur-unsur iklim atau cuaca adalah untuk mengetahui keadaan iklim atau cuaca yang sedang berlangsung sehingga manusia dapat optimal dalam memanfaatkan keadaan tersebut dan dapat memprediksi keadaan iklim atau cuaca dimasa yang akan datang demi mencapai kesejahteraan manusia.
















DAFTAR PUSTAKA


Urip Muhammad, Hassan. 1970. Dasar-Dasar Meteorologi Pertanian. Jakarta: PT. Soeroengan.
Waryono, dkk. 1987. Pengantar meteorologi dan Klimatilogi. Surabaya: PT. Bina Ilmu.





















ACARA II
PENGAMATAN SUHU UDARA
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui suhu udara diatas (ketinggian 1,2m) lahan sawah, tegalan, dan kebun campur setiap jam selama 3 hari.
Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu udara maksimum dan minimum di atas (ketinggian 1,2m dan 2 m lahan sawah, tegalan, dan kebun campur.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas boring pengamatan suhu udara dan alat pencatat, dan laha sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah thermometer bola basah dan bola kering, dan thermometer udara.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan semacam tongkat kayu pada masing – masing penggunaan lahan.
Diletakkan (digantungkan) thermometer pada tongkat tersebut, pada masing – masing penggunaan lahan pada ketinggian 120cm dan 200cm. Thermometer tersebut dihindarkan agar tidak terkena radiasi atau sinar matahari langsung.
Dicatat suhu udara setiap jam selama 3 hari (lembar pencatatan ada di bagian lampiran).
Dibuat grafik hubungan antara suhu udara (sumbu y) dan waktu (sumbu x). Kemudian ditentukan besarnya dan waktu suhu maksimum dan minimum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Suhu udara pada lahan sawah

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
16.00 25 25 05.00 23 23
17.00 25,5 25 06.00 23,8 24
18.00 24,5 24 07.00 24,5 24
19.00 24 24 08.00 27 26
20.00 24 24 09.00 30,5 30
21.00 23,5 23,5 10.00 31 31
22.00 23,5 23,5 11.00 32 32
23.00 23 23,5 12.00 23,5 24
00.00 23,5 23 13.00 24,5 25
01.00 24 23,5 14.00 25 27
02.00 23,5 23,5 15.00 24,5 26,5
03.00 23 23 16.00 25 25
04.00 23,5 23,5 17.00 24,5 24.5
Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan(℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
18.00 24,5 24,5 06.00 24,5 24,5
19.00 24 24 07.00 23,5 23,5
20.00 24 24 08.00 24 24
21.00 23 23 09.00 27 27
22.00 23,5 23,5 10.00 29,5 29,5
23.00 23 23 11.00 30 30
00.00 23,5 23,5 12.00 29,5 29,5
01.00 23 23 13.00 29 29
02.00 24,5 24,5 14.00 28 28
03.00 24 24 15.00 28 28
04.00 24 24 16.00 23 23
05.00 23 23

Suhu udara pada lahan tegalan

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu permukaan (℃)
1,2m 2m 1,2m 2m
17.00 25,5 26 18.00 24 24
18.00 24 25 19.00 24 24
19.00 25 25 20.00 24 24
20.00 24 25 21.00 24 24
21.00 24 24 22.00 23,5 24
22.00 24 24 23.00 23,5 24
23.00 23 24 00.00 23 24
00.00 24 24 01.00 23 24
01.00 25 24,5 02.00 23 24,5
02.00 23,5 24,5 03.00 23 24
03.00 23 24 04.00 23 23
04.00 24 24 05.00 23 24
05.00 23 23 06.00 24 25
06.00 24 25 07.00 25 26
07.00 25 25 08.00 28 28
08.00 28 28 09.00 30 30
09.00 31 31 10.00 32 32
10.00 32,5 32,5 11.00 30 30
11.00 32,5 33 12.00 30 30
12.00 31 32 13.00 23 24
13.00 24 24 14.00 23,5 24
14.00 24 24 15.00 23,5 24
15.00 23,5 24 16.00 23 24
16.00 23 23 17.00 24 24
17.00 24 24

Suhu udara pada lahan kebun campur

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
16.30 25 26 17.30 24,5 25
17.30 25,5 25,5 18.30 25 24
18.30 25 25,5 19.30 24 25
19.30 24,5 25,5 20.30 24,5 25
20.30 24,5 25,5 21.30 25 25
21.30 24 25 22.30 24,5 25
22.30 25 25 23.30 25 25
23.30 25 25 00.30 24 24
00.30 25 25,5 01.30 24 25
01.30 25 25 02.30 24 25
02.30 25 25 03.30 24 25
03.30 24 25 04.30 24,5 24,5
04.30 24,5 25 05.30 24 25
05.30 24 25 06.30 25 25
06.30 25 25,5 07.30 26 27
07.30 26 26 08.30 27 28
08.30 28 28 09.30 29 30
09.30 30 31 10.30 31 30,5
10.30 32 31,5 11.30 30 30
11.30 33,5 34 12.30 25 25
12.30 31 26 13.30 24 24,5
13.30 25 25 14.30 24,5 25
14.30 24,5 24,5 15.30 24,5 24
15.30 24 24,5 16.30 24 24
16.30 24,5 25









Grafik Perbandingan antara kebun campur,tegalan dan sawah
pada ketingian 120 cm









Grafik Perbandingan antara kebun campur,tegalan dan sawah
pada ketingian 200 cm




Pembahasan

Agroklimatologi adalah ilmu iklim yang mempelajari tentang hubungan antara unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman. Yang dipelajari dalam agroklimatologi adalah bagaimana unsur-unsur iklim itu berperan di dalam kehidupan tanaman (http://mukhtarom-ali.blogspot.com, 2008).
Suhu merupakan suatu konsep yang tidak mudah didefinisikan. Di dalam “Glossary of Meteorologi” suhu disebutkan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan berbagai tipe thermometer. Suhu dengan panas berbeda, karena menurut hukum termodinamika, panas merupakan energy total dari pergerakan molekuler suatu benda.
Faktor luar dari suhu yang berpengaruh langsung yaitu suhu udara dan radiasi matahari. Karena variasi suhu yang ada di atmosfer sangat besar dikarenakan pergerakan udara sangat besar dan bebas (http://mukhtarom-ali.blogspot.com, 2008).
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap suhu udara pada tanah sawah, tegalan dan kebun campur. Dari data hasil pengamatan didapat suhu maksimal pada tanah sawah 320C dan suhu minimumnya 230C, sedang pada tanah tegalan suhu maksilmal adalah 32,50C, dan suhu minimumnya 230C. Sedangkan pada kebun campur suhu udara maksimum 34 0C dan suhu udara minimumnya 240C.
Grafik dari ketiga lahan tersebut menunjukan suhu dari pagi hari ke siang sekitar jam 11.00 naik dan menjelang pukul 17.00 mulai turun kembali hingga malam. Namun saat kondisi cuaca hujan atau mendung suhu udara turun dan saat cuaca cerah dan terik matahari mencapai titik maksimal suhu pun naik mencapai titik maksimal. Hal ini dijelaskan oleh Chambers (1978) pada bukunya klimatologi pertanian dasar bahwa rata-rata siklus harian suhu udara atau irama antara siangdan malam mengikuti suhu permukaan daratan dan menggambarkan neraca radiasi matahari datang dan neraca radiasi bumi yang keluar. Sejak matahari terbit hingga pukul 14.00-16.00 apabila energi radiasi yang diterima lebih cepat dari hilangnya radiasi, maka kurva suhu udara biasanya naik. Pada pukul 02.00 atau 04.00 hingga matahari terbit pada esok harinya, bila radiasi bumi yang hilang lebih besar daripada yang diterima, kurva bisa menurun. Suhu bumi tertinggi biasanya terjadi pada pukul 13.00-15.00, tidak berimpitan dengan radiasi matahari maksimum (pukul 12.00 tengah hari). Keterlambatan ini terjadi karena suhu terus menerus naik selama jumlah radiasi matahari yanag diterima melampaui radiasi bumi yang keluar, penerimaan energi mulai menurun lewat tengah hari tetapi masih melampaui energi yang hilang sampai kira-kira pukul 15.00, dan baru pada waktu itu suhu tidak naik lagi. Ketinggian termometer ditempatkan.
Semua suhu rata-rata bulanan, semusim, setahun atau periode tahun yang panjang dibentuk dari suhu rata-rata harian sebagai satuan dasar. Walaupun suhu udara rata-rata harian bervariasi mengikuti suhu permukaan bumi, kisaran paling besar terdapat didekat permukaan bumi dan kisaran mengecil bila menjauhi permukaan bumi. Kisaran harian besar pada hari yang cerah daripada hari-hari yang tertutup awan. Pada hari yang cerah, radiasi cepat sekali memanaskan bumi yang padat, dan kemudian memanaskan udara diatasnya. Pada malam yang cerah pula radiasi keluar dengan cepat dari bumi mengakibatkan pendinginan yang besar. Langit yang tertutup awan mengurangi radiasi matahari yang diterima, kemudian pemanasan pada siang hari dan pendinginan pada malam hari terhalang. Pendinginan yang berkurang pada malam hari mengakibatkan kurva harian agak mendatar. Dari penjelasan diatas telah diperoleh sebab mengapa pada cuaca cerah suhu udara lebih tinggi daripada cuaca mendung atau hujan, selain itu perubahan suhu pada cuaca yang berlainan karena intensitas radiasi matahari saat cuaca mendung dan tertutup awan terhalang sehingga mempengaruhi panas buni dan mempengaruhi radiasi bumi mengakibatkan berubahnya suhu udara. Sedangkan Apada saat cuaca cerah dan tidak berawan radiasi sinar matahari ke bumi tidak terhalang(Bourke, 1968).
Selain itu penyebaran suhu diatas permukaan bumi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
Jumlah radiasi yang diterima per hari, per musim dan per tahun
Telah dijelaskan sebelumnya
Pengaruh daratan dan lautan
Pengaruh elevasi
Semakin tinggi suatu tempat dari atas permukaan laut maka semakin rendah suhunya.
Pengaruh dari aspek
Pengaruh panas laten
Pengaruh angin
Adveksi merupakan pengangkutan dari sifat atmosfer oleh pergerakan udara arah horizontal (Chambers, 1978).

KESIMPULAN

1. Suhu merupakan suatu konsep yang tidak mudah didefinisikan.Suhu disebutkan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan berbagai tipe thermometer.
2. Penyebaran suhu diatas permukaan bumi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: Jumlah radiasi yang diterima per hari, per musim dan per tahun. Pengaruh daratan dan lautan merupakan pengaruh elevasi Semakin tinggi suatu tempat dari atas permukaan laut maka semakin rendah suhunya.







DAFTAR PUSTAKA


Bourke, P.M.A., 1968. Introductoin The Aims Of Agrometeorologi In Agroklimatological Metthods, Proc, Of Reading Stmposium; UNESCO
Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor; Bogor
.2008. Agroklimatologi. http://mukhtarom-ali.blogspot.com /2008/02/ agroklimatologi. html


















ACARA III
PENGAMATAN SUHU TANAH
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui suhu tanah pada lahan sawah, tegalan dan kebun campur pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm setiap jam selama 3 hari
Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu tanah maksimum dan minimum pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm setiap jam selama 3 hari.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas boring pengamatan suhu tanah pada beberapa kedalaman, alat pencatat, lahan sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah thermometer dan lubang – lubang tanah berpralon.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan tempat pengamatan suhu tanah pada masing-masing penggunaan lahan dengan cara membuat lubang (membor) tanah menurut kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm dan dipasang pralon pada lubang tersebut supaya tidak tertimbun tanah.
Diletakkan termometer pada masing-masing lubang tanah tersebut pada masing-masing lubang tanah tersebut pada masing-masing penggunaan lahan, dihindarkan termometer dari injakan kaki.
Dicatat suhu tanah setiap jam selama 3 hari dengan intensitas satu jam sekali dengan melihat suhu termometer pada setiap kedalaman.
Dicatat hasilnya dan dibuat kurva.


HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Hasil Pengamatan
Suhu tanah pada lahan sawah
Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5cm 25cm 50cm 75cm 100cm
16.00 26,5 27,5 29 29,5 29
17.00 27 28 29,5 30 29
18.00 27 26,5 27 29 28,5
19.00 28 29 27 28 28
20.00 27 29 28 29 28
21.00 28 29 28 28 28,5
22.00 26,5 28 28 28 28,5
23.00 27 24 28 23 29
00.00 26,5 29 27 28 29
01.00 26,5 29 28 28 29
02.00 28 29 28 29 29
03.00 26,5 29 28 28 29
04.00 27 29 29 29 29
05.00 26 28 28 28 29
06.00 26 28 27 27 28
07.00 26 28 27,5 27,5 28,5
08.00 28 27 25,5 27 28,5
09.00 29 29 28 28,5 29
10.00 31 29 28 28,5 29,5
11.00 32,5 28,5 28 28,5 29
12.00 32 29 28 28 29
13.00 30 28 27 28,5 29
14.00 28 29 27 28,5 29,5
15.00 28 26 26 28 28,5
16.00 27,5 29 26 26 27
17.00 28 28,5 25,5 27 26
18.00 29 27 29 28 29
19.00 29 27 28 28,5 29
20.00 29 27 28 28 29
21.00 28 30 28 29 29
22.00 28 29,5 29 29 30
23.00 26 29 28 28 29
00.00 27 29,5 28 28,5 29,5
01.00 27 30 29 29 29,5
02.00 26,5 29,5 28 28,5 29,5
03.00 27 29 28 28,5 29
04.00 26 29 28,5 28,5 29
05.00 26 28 28 28 29
06.00 26 29 28 28 28,5
07.00 26 29 27,5 28 29
08.00 28,5 29 28 29 29
09.00 29 29 28,5 29 29
10.00 31 29 28 28 29
11.00 32 28,5 28 28,5 29
12.00 31 28 27,5 28 29
13.00 31 28 27 28 28,5
14.00 30 27 26 27,5 28
15.00 29 27,5 25 26 27
16.00 28 28,5 25,5 27 26

Suhu tanah pada lahan tegalan
Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5 cm 25 cm 50 cm 75 cm 100 cm
17.00 28,5 oC 28 oC 29 oC 28 oC 29 oC
18.00 28 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
19.00 27 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
20.00 27,5 oC 28,5 oC 28 oC 27,5 oC 28,5 oC
21.00 27 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
22.00 27 oC 29 oC 28 oC 27 oC 28 oC
23.00 24 oC 28 oC 28 oC 27 oC 28 oC
00.00 26 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
01.00 26 oC 29 oC 28 oC 27,5 oC 28,5 oC
02.00 26 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 28,5 oC
03.00 26 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
04.00 26 oC 28,5 oC 28 oC 27 oC 28 oC
05.00 25,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28 oC
06.00 26 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
07.00 26,5 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 28,5 oC
08.00 27,5 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
09.00 30 oC 28,5 oC 29 oC 28 oC 29 oC
10.00 31,5 oC 28,5 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
11.00 32 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
12.00 34 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC
13.00 31 oC 28,5 oC 28 oC 29 oC 28,5 oC
14.00 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC 28 oC
15.00 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC 28 oC
16.00 27 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
17.00 28 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
18.00 28 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
19.00 28 oC 29 oC 28 v 28 oC 29 oC
20.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28 oC
21.00 26,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28 oC
22.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
23.00 26 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC 28,5 oC
00.00 25,5 oC 29 oC 28 oC 28,5 oC 29 oC
01.00 25,5 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC 28,5 oC
02.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28 oC
03.00 26 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC
04.00 25 oC 28 oC 28 oC 27 oC 28 oC
05.00 25 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC
06.00 26 oC 28,5 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC
07.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
08.00 28 oC 29 oC 28 oC 29 oC 29 oC
09.00 29 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 29 oC
10.00 31 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
11.00 31 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
12.00 31,5 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
13.00 26 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
14.00 26,5 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
15.00 27 oC 28 oC 26,5 oC 25,5 oC 27,5 oC
16.00 27 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
17.00 27 oC 26 oC 27 oC 26 oC 28 oC

Suhu tanah pada lahan kebun campur

Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5cm 25cm 50cm 75cm 100cm
16.30 28 26 26 27 26
17.30 28 26 26 27 26
18.30 27 27 26 26,5 26
19.30 27 26,5 26,5 27 26
20.30 27 27 27 27 26,5
21.30 26 27 27 27 26
22.30 26 27 26 27 26
23.30 26 27 27 27 26
00.30 26 27 27 27 26
01.30 26 27 27 27 26
02.30 26 27 26 27 26
03.30 26 27 26 27 26
04.30 26 27 27 27 26
05.30 26 27 26 27 26
06.30 27 26 26 27 26
07.30 26,5 27 25,5 27 26
08.30 27 26,5 26,5 27 26
09.30 28 27 26,5 27 26
10.30 28 27 26,5 27 26
11.30 31,5 28 27 27 26
12.30 31 27 26,5 27 26,5
13.30 30 27 27 27 26,5
14.30 28,5 27 26,5 26,5 26
15.30 27,5 26,5 26,5 26,5 26
16.30 27 27 27 27 26
17.30 27 27 27 27 26
18.30 27 27 27 27 26
19.30 27 27 27 27 26
20.30 26,5 27 26,5 27 26
21.30 26,5 27 26 27 26
22.30 26,5 27 27 27 26
23.30 26 27 26 27 26
00.30 26 27 26 27 26
01.30 26 27 27 27 27
02.30 26 27 27 27 26
03.30 26 27 27 27 27
04.30 27 27 27 26 26
05.30 25,5 27 26 27 26
06.30 26 27 26 27 26
07.30 26 26 26 27 26
08.30 27 27 27 27 26
09.30 27,5 27 27 27 26,5
10.30 28 27 27 27 26
11.30 28 27 27 27 26
12.30 25,5 26 26,5 27 26
13.30 26 26,5 26 27 26
14.30 26 26 26,5 27 26,5
15.30 26 26 26,5 27 26,5
16.30 26 26 26,5 27 26,5















Grafik :















Pembahasan.
Praktikum agroklimatologi acara pengukuran suhu tanah ini dilakukan dengan mengukur suhu tanah sawah, tegalan dan kebun campur dengan kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm menggunakan termometer. Cara yang dilakukan praktikum ini sudah mendekati anjuran dari komite meteorologi sedunia (1955) yang menganjurkan bahwa kedalaman standard untuk mengukur suhu tanah adalah 5, 10, 20, 50 dan 100 cm. Pengukuran suhu di bawah permukaan tidak seteliti diatas permukaan karena perubahan yang cepat dihalangi oleh kapasitas panas tanah. Oleh karena itu untuk kebanyakan tujuan pertanian, pengukuran maksimum dan minimum harian suhu dianggap memadai terutama pada kedalaman yang besar(Chambers, 1978).
Suhu tanah sering memberikan pengaruh yang lebih penting dari pada suhu udara untuk pertumbuhan tanaman. Suhu tanah, terutama suhu ekstrim akan mempengaruhi perkecambahan biji, aktifitas akar, kecepatan dan umur tanaman serta terjadinya keganasan penyakit tanaman. Sedangkan suhu udara dianggap memberikan pengaruh yang besar pada fase reproduktif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tanah sendiri adalah tipe dan keadaan tanah maupun jumlah energi yang diterima. Faktor-faktor berikut dapat dianggap berpengaruh walaupun sering faktor-faktor ini secara bersama-sama memberikan pengaruh. Faktor-faktor tersebut meliputi :
A Faktor luar, seperti
Radiasi matahari
Awan
Curah hujan
Temperatur udara
Angin
Kelembaban udara

B. Faktor dalam, seperti
Tekstur tanah
Kadar air tanah
Kandungan bahan organik
Warna
Struktur tanah, pengolahan tanah dan kepadatan tanah
C. Faktor topografi :
Aspek
Kemiringan lereng
Permukaan air tanah
Vegetasi
(Bourke, 1968)

Selain faktor-faktor tersebut diatas suhu tanah juga dipengaruhi oleh pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang menggemburkan bagian atas dari lapisan tanah akan mengurangi pengaliran panas antara permukaan tanah dan lapisan bawahnyanya.
Kecepatan pengaliran panas tanah tergantung dari gradien suhu dan daya hantar panas. Daya hantar panas adalah jumlah panas yang mengalir per satuan waktu apabila perbedaan suhu diantar dua bidang datar berhadapan dipertahankan sebesar 1 satuan (Hillel, 1967).
Suhu tanah juga perlu diukur, karena suhu tanah ini sangat mempengaruhi mikroflora dan mikrofauna yang terkandung dalam tanah yang menguntungkan dan menyuburkan tanah setempat. Suhu tanah ini dipengaruhi oleh intensitas radiasi matahari. Intensitas radiasi matahari yang diterima oleh bumi dipengaruhi oleh ketinggian suatu tempat terhadap matahari dan tebal tipisnya lapisan ozon di atmosfer. Semakin dekat kedudukannya terhadap matahari, maka intensitas cahaya matahari yang diserap tanah akan semakin tinggi sehingga suhu permukaan tanah biasanya akan semakin tinggi. Cahaya matahari yang sampai ke permukaan tanah dipengaruhi oleh rapat tidaknya vegetasi tanah tersebut. Jika vegetasinya sangat rapat atau bahkan tertutup sama sekali, hal ini dapat mengurangi masuknya radiasi matahari ke permukaan tanah, selain menghalangi proses penguapan tanah (evaporasi berkurang), hal ini dapat menyebabkan tanah menjadi basah dan kelembaban tanah menjadi tinggi. Apabila vegetasi yang rapat tersebut dibuka, maka radiasi matahari akan masuk ke permukaan akan menaikkan suhu permukaan tanah dan menyebabkan penguapan.
Jika suhu tanah terlalu tinggi (ekstrim) bisa mematikan mikroflora dan mikrofauna tersebut sehingga tanah menjadi tidak subur, selain itu dapat mengganggu aktivitas fotosintesis, dan respirasi tumbuhan (http://efrin4mzil.blogspot.com, 2009)
Data dari hasil praktikum pada lahan sawah , tegalan dan kebun campur, dari data dan grafik yang diperoleh pada tegalan suhu pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 suhunya naik turun tidak teratur begitu juga dengan sawah dan kebun campur. Jika dibandingkan dengan referensi seharusnya semakin dalam kedalaman tanah, suhunya semakin turun karena kontak dengan udara dan radiasi matahari semakiin kecil. Selain itu faktor kelembaban tanah yang semakin dalam semakin lembab mengakibatkan suhu juga semakin kecil. Namum pada kenyataannya saat praktikum pada ketiga lahan baik sawah, tegalan dan kebun campur tidak demikian, suhu tidak teratur, terkadang suhu pada 100 cm lebih tinggi dari 75 dan 50 tetapi sebaliknya.
Hal-hal yang menyimpang dari teori ini diakibatkan alat pengukur suhu atau termometer yang digunakan bukan alat khusus untuk mengukur suhu tanah sehingga kurang akurat. Selain itu adanya faktor-faktor bahan penghantar panas seperti lempengan-lempengan logam dan lain-lain seperti yang dibahas menurut teori terdapat pada kedalaman tanah tertentu mengakibatkan suhu yang terukur terkontaminasi sehingga tidak murni, selain itu kesalahan diakibatkan saat pengamatan yang kurang teliti dan kerena saat melihat skala termometer di permukaan tanah terlalu lama sehingga suhunya langsung berubah. Terlebih lagi pada tanah tegalan penempatan termometer pada kedalaman 5 cm dalamnya tidak mencapai 5cm sehingga suhu tanah berbeda tipis bahkan melebihi suhu udara.
Menurut data pengamatan dan kurva suhu tanah pada tiap kedalaman. Suhu tanah pada kebun campur lebih rendah dari suhu tanah tegalan dan sawah, hal ini diakibatkan karena pada kebun campuran tanahnya tertutup oleh tumbuhan penutup tanah (rumput) sehingga kelembabannya lebih besar dan suhunya lebih rendah daripada sawah dan tegalan, selain itu pada kebun campuran banyak pohon besar yang menutupi atau menghalangi sinar matahari menyentuh tanah secara langsung mengakibatkan radiasi sinar matahari ke tanah berkurang. Selain itu kandungan bahan organik, serta tekstur tanah berpengaruh terhadap suhu tanah seperti apa yang dijelaskan chambers (1987) jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu bervariasi, tanah berhumus mempunyai kapasitas panas yang jauh lebih rendah dibandingkan kapasitas panas tanah mineral karena kerapatan humus rendah. Tapi dalam keadaan lapang, tanah organik dan tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai kapasitas panas dan kapasitas menahan air yang tinggi.
Kecepatan pengaliran panas tanah tergantung dari gradien suhu dan daya hantar panas. Daya hantar panas adalah jumlah panas yang mengalir persatuan waktu. Daya hantar panas ditentukan oleh porositas, kadar air dan bahn organik. Di lapangan tanah bertekstur halus mempunyai kadar air tinggi yang memperbesar pertambahan daya hantar panas.
Dari hasil pengamatan diperoleh juga suhu tanah pada sawah untuk semua kedalaman secara garis besar lebih tinggi dari suhu tanah tegalan hal ini diakibatkan karena pada tanah sawah yang digunakan selalu terendam air dan dekat dengan sungai radius 0,5 m. Sehingga suhunya lebih tinggi dari tegalan. hal ini diakibatkan karena pada siang hari air lebih cepat panas daripada daratan sehingga suhu tanahnya pun lebih tinggi, hal ini dikerenakan panas pada daratan atau tegalan dalam hal ini bergerak secaca konduksi dengan bantuan udara, sedangkan udara juga menjadi penghambat panas karena udara merupakan penghantar panas yang jelek. Lain halnya dengan tanah sawah yang selalu tergeng air dan dekat dengan sungai. Air yang diam panasnya bergerak secara molekuler, sedangkan pada sungai yang dekat dengan area pengamatan panas bergerak secara vertikal hal ini lebih baik daripada seecara molekuler. Hal ini yang mengakibatkan suhu tanah sawah lebih panas daripada suhu tegalan. namun, lain kejadiannya saat malam hari seharusnya suhu tanah tegalan lebih panas daripada suhu sawah. Karena tegalan yang tidak tergenag air lebih lama untuk mengalami pendinginan daripada tanah sawah yang tergenag air tiap saat. Namun pada kenyataan di lapangan tidak demikian. Hal ini karena saat pengukuran praktikan kurang teliti dan alat yang digunakan bukan alat khusus. Hal lain karena cuaca yang tidak menentu saat dilakukannya pengamatan.


KESIMPULAN

Suhu tanah sawah pada semua kedalaman > tanah tegalan > kebun campur.
A.Suhu maksimum tanah sawah.(0C)
5 cm =32,5 ; 25 cm =29,5 ; 50 cm =29,5 ; 75=30 ; dan 100 cm =29,5
Suhu minimumnya
5 cm =26 ; 25 cm =24 ; 50 cm =25 ; 75 =23 ; dan 100 cm =26
B. Suhu maksimum tanah tegalan.(0C)
5 cm =31,5 ; 25 cm =29 ; 50 cm =29 ; 75 =29 ; dan 100 cm =29
Suhu minimumnya
5 cm =24 ; 25cm =26 ; 50cm =26,5 ; 75cm =25,5 ; dan 100cm =28
C. Suhu maksimum kebun campur .(0C)
5 cm =29 ; 25cm =28 ; 50cm=27 ; 75cm=27 dan 100 cm =27
Suhu minimumnya
5 cm =25 ; 25 cm =26 ; 50 cm =26 ; 75 =26 ; dan 100 cm =2



DAFTAR PUSTAKA


Bourke, P.M.A., 1968. Introductoin The Aims Of Agrometeorologi In Agroklimatological Metthods, Proc, Of Reading Stmposium: UNESCO
Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor
Hillel, D. 1971. Soil And Water Physical Principles And Processes. Academic Press: New York and London
.2009.“Agroklimatologi”.http://efrin4mzil.blogspot.com/2009/03/ agroklimatologi. html















ACARA IV
PENGAMATAN KELEMBABAN NISBI
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR

TUJUAN

Mengetahui kelembaban nisbi udara di atas lahan sawah, tegalan, dan kebun campur setiap jam selama 3 hari.
Mengetahui saat (waktu) kelembaban nisbi udara maksimum dan minimum di atas lahan sawah, tegalan, dan kebun campur.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas borang pengamatan kelembaban nisbi, alat pencatat, lahan sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah psychrometer yang terdiri atas thermometer bola basah dan kering, dan table pengamatan kelembaban nisbi.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan tiang setinggi kira-kira 1,2 m.
Disiapkan psikhrometer yang pada tangki termometer bola basah sudah diberi air.
Psikhrometer diletakkan (digantungkan) pada tiang dan ditunggu selama kurang lebih 5 menit.
Setelah kurang lebih 5 menit diamati suhu pada termometer bola kering dan bola basah kemudian lihat kelembaban nisbi udara psikhrometer dengan cara membaca indeks(penjurus) dari hasil penghimpitan suhu termometer bola basah dan bola kering.
Pengamatan dilakukan selama 3 hari dengan intensitas pengamatan 1 jam sekali.
Dibuat kurva.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Kelembaban nisbi pada lahan sawah
Waktu
(pukul) TBK
(℃) TBB
(℃) Kelembaban Nisbi Waktu
(pukul) TBK (℃) TBB (℃) Kelembaban Nisbi
16.00 26,5 25 86% 17.00 25 23 81%
17.00 27 25,5 86% 18.00 27 23.5 70%
18.00 26 25 90% 19.00 26,5 23,5 73%
19.00 25,5 24,5 90% 20.00 26 24 82%
20.00 25 24 90% 21.00 24 24 100%
21.00 24,5 24 95% 22.00 24,5 23,5 90%
22.00 24,5 24 95% 23.00 23 23,5 95%
23.00 24,5 24 95% 00.00 23,5 23,5 100%
00.00 24.5 24 95% 01.00 23,5 23 95%
01.00 25 24,5 95% 02.00 24,5 23,5 90%
02.00 24,5 24 95% 03.00 24 23,5 95%
03.00 24.5 24 95% 04.00 24 23,5 95%
04.00 24,5 24 95% 05.00 23.5 22,5 90%
05.00 24 23,5 95% 06.00 24 24 100%
06.00 25 24,5 95% 07.00 5 24,5 95%
07.00 25,5 24,5 90% 08.00 26,5 26 95%
08.00 27,5 26,5 91% 09.00 30 28,5 87%
09.00 31,5 28 72% 10.00 31 28 75%
10.00 29 23 54% 11.00 30 27.5 79%
11.00 34 28 57% 12.00 30 25 61%
12.00 25 24 90% 13.00 30 24 52%
13.00 25 24,5 86% 14.00 29 24 60%
14.00 24,5 24 95% 15.00 28,5 25 71%
15.00 24 24 100% 16.00 23 23 100%
16.00 26 24,5 86%


Kelembaban nisbi pada lahan tegalan
Waktu
(pukul) TBK TBB Kelembaban Nisbi

17.00 26 oC 25 oC 90 %
18.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
19.00 25 oC 24 oC 90 %
20.00 24 oC 23,5 oC 95%
21.00 24 oC 24 oC 100 %
22.00 24 oC 23,5 oC 95 %
23.00 23 oC 23 oC 100 %
00.00 24 oC 24 oC 100 %
01.00 24 oC 24 oC 100 %
02.00 23,5 oC 23 oC 95 %
03.00 23,5 oC 23 oC 95 %
04.00 24 oC 24 oC 100 %
05.00 23 oC 23 oC 100 %
06.00 25 oC 24,5 oC 95 %
07.00 25,5 oC 25 oC 95 %
08.00 28,5 oC 27,5 oC 91 %
09.00 33 oC 31,5 oC 88 %
10.00 34,5 oC 32,5 oC 84 %
11.00 34,5 oC 31,5 oC 76 %
12.00 33 oC 30 oC 76 %
13.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
14.00 24 oC 24 oC 100 %
15.00 24 oC 23,5 oC 95 %
16.00 23 oC 23 oC 100 %
17.00 24 oC 24 oC 100 %
18.00 23 oC 23 oC 100 %
19.00 23 oC 23 oC 100 %
20.00 24 oC 24 oC 100 %
21.00 24 oC 24 oC 100 %
22.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %
23.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %
00.00 23 oC 23 oC 100 %
01.00 23 oC 23 oC 100 %
02.00 23,5 oC 23,5 oC 100%
03.00 23 oC 23 oC 100 %
04.00 23 oC 23 oC 100 %
05.00 23 oC 23 oC 100 %
06.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
07.00 25 oC 25 oC 100 %
08.00 27,5 oC 27,5 oC 100 %
09.00 31 oC 30 oC 91 %
10.00 33 oC 31 oC 83 %
11.00 31 oC 29 oC 83 %
12.00 30,5 oC 28,5 83 %
13.00 25 oC 24 oC 90 %
14.00 24 oC 24 oC 100 %
15.00 24 oC 24 oC 100 %
16.00 23 oC 23 oC 100 %
17.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %









Kelembaban nisbi pada lahan kebun campur

Waktu (pukul) Kelembaban Nisbi
(D - W) % Waktu (pukul) Kelembaban Nisbi
(D - W) %
16.30 90 17.30 100
17.30 89 18.30 90
18.30 90 19.30 94.5
19.30 90 20.30 98
20.30 90 21.30 95
21.30 89 22.30 100
22.30 89 23.30 100
23.30 100 00.30 100
00.30 100 01.30 100
01.30 90 02.30 88
02.30 90 03.30 86
03.30 100 04.30 87
04.30 100 05.30 90
05.30 90 06.30 90
06.30 100 07.30 100
07.30 91 08.30 81
08.30 86 09.30 62
09.30 70 10.30 74
10.30 64 11.30 71
11.30 19 12.30 100
12.30 63 13.30 90
13.30 100 14.30 100
14.30 100 15.30 100
15.30 100 16.30 100
16.30 92






















Grafik :






Pembahasan
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. jumlah uap air dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer. Yaitu hanya kira-kira 2 % dari jumlah masa. Akan tetapi uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim ( Guslim, dkk., 1987 ). Kelembaban udara dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu :
Kelembaban absolut.
Kelembaban spesifik.
Tekanan uap.
Kelembaban relatif.

Faktor utama yang mempengaruhi kelembaban udara di suatu daerah adalah luas perairan laut dan angin yang berhembus di daerah itu. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut-laut yang sangat luas, maka kelembaban udaranya rata-rata tinggi. Kelembaban udara yang tinggi memudahkan terjadinya kondensasi dan presipitasi. Proses kondensasi dan presipitasi terjadi apabila udara yang lembab itu mengalami penaikan sampai melewati tingkatan kondensasi.
Pada praktikum kali ini mengukur kelembaban nisbi di tanah sawah, tegalan dan kebun campur. Kelembaban nisbi sendiri menurut chambers (1978) adalah perbandingan jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung pada suhu dan tekanan tertentu. Satuannya adalah persentase. Bila suhu udara berubah, kapasitas udara untuk mengandung uap air bertambah. Atau dengan kata lain kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. (Handoko, 1994).
Kelembaban udara adalah persentase kandungan uap air dalam udara. Semua uap air yang ada dalam udara itu berasal dari penguapan. Penguapan adalah perubahan fase cair menjadi fase uap air yang ringan. Untuk menguapkan air diperlukan panas. Sedangkan kelembaban melepaskan panas. Penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan airyang terbuka akan tetapi juga melalui pori-pori tanah dan pori-pori tumbuh-tumbuhan. Penguapan melalui tiga tempat tadi disebut Evaporasi. Jumlah uap airyang ada dalam atmosfer dapat dinyatakan dengan berbagai ukuran yaitu: (1) kelembaban mutlak, (2) kelembaban spesifik dan (3) kelembaban relatif/nisbi (Lakitan, B. 1994).
Kelembapan nisbi menurut tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air aktual di suatu tempat ditentukan oleh ketersediaan air dan energi untuk menguapkannya (Usmadi, 2009).
Berdasarkan data pengamatan yang didapat, kelembaban nisbi pada tanah sawah maksimum 100%, dan minimum pada 52%, sedangkan pada tanah tegalan kelembaban nisbi maksimum 100%, dan kelembaban nisbi minimum 76%. pada kebun campur kelembaban nisbi maksimum 100% dan kelembaban nisbi minimum 19%. Dari hasil pengamatan dan kurva masing-masing lahan. Kelembaban nisbi pada kebun campur yang minimumnya paling tinggi, karena pada kebun campur banyak pohon-pohon besar yang tajuknya saling menutupi sehingga keadaan di sekitar tetap lembab dengan kondisi yang rimbun menghalangi radiasi sinar matahari sehingga kondisinya tetap lembab. Meski begitu seharusnya kelembaban maksimal terbesar juga dimiliki oleh kebun campur, tetapi terjadi pennyimpangan yaitu didapat hasil tertinggi pada sawah hal ini bisa karena beberapa hal seperti permasalahan teknik pada alat, cuaca dan ketidak telitian praktikan saat melihat skala bola basah bola kering juga karena psikhrometer tidak standby di tempat atau lahan pengamatan seningga butuh penyesuaian saat akan digunakan untuk mengukur pada lahan yang diinginkan dan butuh waktu, sedangkan toleransi untuk penyesuaian psikhrometer hanya sekitar 5 menit. Jadi kelembaban yang terukur tidak akurat.
Bila dikaitkan dengan penerimaan radiasi matahari di bumi maka akan ada pola sebaran kelembapan uadara yang berbeda anatara siang dan malam hari. Pada siang hari energi radiasi matahari yang cenderung kuat, akan meningkatkan suhu udara. Pada kondisi tersebut bila tekanan uap aktual di udara tetap maka kelembapan relatif udara akan berkurang (rendah). Demikian sebaliknya pada malam hari. Kelembapan relatif yang tingi pada pagi hari pada saat suhu udara mencapai titik suhu terendah (lihat neraca radiasi & pola suhu pd perkuliahan sebelumnya) bila bersentuhan dengan benda yang suhunya lebih rendah dari titik embun akan terbentuk embun. Selain itu data pengamatan ini sesuai dengan apa yang dikatakan Guslim (1987). Hal ini sesuai dengan literatur Guslim, dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari dan variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari. Selain itu hal ini diperkuat oleh Lakitan ( 1994 ) yang menyatakan bahwa kelembaban udara lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena penamabahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan.

KESIMPULAN

Kelembaban nisbi adalah perbandingan jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung pada suhu dan tekanan tertentu.
Kelembaban nisbi pada tanah sawah maksimum 100% dan minimum 52% sedangkan pada tanah tegalan kelembaban nisbi maksimal 100%, dan kelembaban nisbi minimum 76%, pada kebun campur kelembaban nisbi maksimum 100% dan kelembaban nisbi minimum 19%.













DAFTAR PUSTAKA


Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor
Guslim, O.K Nazaruddin H, Roeswandi, A. Hamdan, dan Rosmayati. 1987. Klimatologi Pertanian. USU Press: Medan
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Pustaka jaya, Bogor.
Lakitan Benyamin. 1994. Dasar-dasar klimatologi. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta
Usmadi. 2009. “Agroklimatologi”. http://blogs.unpad.ac.id/Haus_Ilmu/wp-content/ uploads/ kelembapan_relatif_udara.pdf















ACARA V
PENGAMATAN PENGUAPAN AIR HARIAN
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui penguapan harian pada lahan sawah, dan tegalan selama 3 hari.
Mengetahui penguapan harian yang paling besar dari ketiga penggunaan lahan.


ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas tanah sawah, tanah tegalan, tanaman, air ledeng (sumur), borang pengamatan, dan alat pencatat. Alat yang digunakan adalah timbangan (ketelitian 5 gram), pot (ember) untuk menanam, cangkul, gayung, dan kertas label.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan sebuah timbangan kapasitas 25kg dan tiga pot (ember) berisi lk. 10 kg tanah (setara kering oven) tanah dari sawah dan tegalan.
Pada pot untuk tanah sawah diairi sehingga pada kondisi tergenang setebal lk. 5 cm dan pada pot yang lain (tegalan) disetel kadar airnya sekitar kapasitas lapangngan (field capacity).
Kemudian pada waktu yang tercatat (misalnya pkl. 16.00 WIB) ditimbang dan dicatat beratnya (B˳). Biarkan air tanah pada pot menguap selama 24 jam. Hari berikutnya pada waktu yang sama dilakukan penimbangan lagi yang kedua dan dicatat beratnya (Bι). Pekerjaan seperti ini dilakukan selama 3 hari dengan cara dan waktu yang sama.
Dihitung berapa tebal (mm atau cm) air yang menguap setiap hari dengan memerlukan luas permukaan tanah pada pot.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Data penguapan lahan tegalan

Tabel berat pot pada percobaan ditegalan

Ulangan Berat Tanah
(gr)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Hari ke – 3
1 8120 8070 8030
2 8340 8300 8210
3 8210 8170 8110
Rata – rata 8223.33 8180 8116.67

Tabel air yang menguap pada percobaan ditegalkan (hasil perhitungan)

Ulangan Penguapan
(mm)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Evaporasi total
1 0.07 0.06 0.13
2 0.06 0.13 0.18
3 0.06 0.08 0.14
Rata – rata 0.0633 0.09 0.15



Data penguapan lahan sawah

Tabel air yang menguap pada percobaan disawahkan (hasil perhitungan)
Ulangan Penguapan
(mm)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Evaporasi total
1 0,15 0,59 0,75
2 0,14 0,09 0,24
3 0,53 0,07 0,6
Rata – rata 0.2733 0.25 0.53

Grafik Evaporasi pada lahan sawah dan tegalan :




Pembahasan

Air dalam tanah juga dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan. Peristiwa ini disebut evapotranspirasi. Banyaknya berbeda-beda, tergantung dari kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuh-tumbuhan.
Secara umum Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embum dan sumber air lainnya. Karena transpirasi adalah proses evaporasi air dari permukaan tumbuhan, maka faktor-faktor iklim yang mempengaruhi evaporasi secara umum juga berpengaruh terhadap transpirasi. Kenyataan di lapangan kedua proses, evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi dari tumbuhan sulit dipisahkan, sehingga keduanya disebut evaporatranspirasi.
Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah bersama-sama disebut evapotranspirasi atau kebutuhan air. Jika air yang tersedia dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut evapotranspirasi potensial. Mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi itu banyak dan lebih sulit daripada faktor yang mempengaruhi evaporasi maka banyaknya evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan teliti. Akan tetapi evapotranspirasi adalah faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi. Oleh sebab itu maka telah banyak jenis dan cara penentuannya yang telah diadakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari, dan lain-lain yang saling berhubungan satu dengan yang lain (Sastrodarsono, 1987).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya evaporasi antara lain :
Kecepatan angin, makin cepat anginnya makin besar penguapan.
Temperatur, makin tinggi temperaturnya makin besar penguapannya.
Kelembaban relatif, udara yang makin besar kelembaban relatifnya penguapan makin kecil. (Wisnubroto, 1986)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi tersebut menurut Sudira, Putu( 2001) yaitu panas, suhu, udara, kapasitas kadar air dalam udara, udara di atas permukaan bidang penguapan, dan sifat alamiah bidang penguapan. Proses evaporasi dapat berlangsung pada permukaan tajuk vegetasi basah dan permukaan vegetasi tajuk kering, tetapi apabila berlangsung pada permukaan tajuk basah terutama vegetasi hutan maka proses akan lebih cepat dibandingkan yang terjadi pada vegetasi kering. Besarnya proses evaporasi pada tajuk vegetasi basah kemungkinan tidak dikendalikan oleh faktor keseimbangan radiasi matahari melainkan lebih ditentukan sebagai penampung energi adveksi yang berasal dari atmosfer.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada tanah sawah, tegalan di peroleh laju evaporasi sebesar:

Tegalan
Evaporasi terbesar adalah pada hari ke-2 pada ember 2 sebesar 0,13 mm, hal ini terjadi karena kelembaban udara yang terjadi pada tanah tersebut terkena panas lingkungan, sehingga penguapannya besar.

Sawah
Evaporasi terbesar adalah pada hari ke-2 pada ember 1 sebesar 0,59 mm, hal ini terjadi karena udara ketika itu bersuhu lebih tinggi dari sebelumnya, sehingga penguapan pun besar.

KESIMPULAN

Evaporasi merupakan proses penguapan air dari permukaan tanah menuju atmosfer.
Besarnya evaporasi ditentukan oleh suhu udara, suhu tanah, kejenuhan tanah, kelembaban nisbi tanah, dan kecepatan angin.
Besarnya evaporasi pada polibag dan ember untuk lahan sawah, tegalan, dan kebun campur selama 3 hari paling masksimal adalah 4.06 mm, 7.79 mm, dan 7.4 mm






DAFTAR PUSTAKA


Sosrodarsono, Suyono. 1987. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita: Jakarta

Sudira, Putu, 2001. Klimatologi. Fakultas Teknologi Pertanian. UGM: Yogyakarta

Waryono, dkk. 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. Bina Ilmu: Surabaya

Wisnubroto, Soekardi dkk. 1986. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Ghalia Indonesia: Jakarta















LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI










Oleh :

Angkatan II

Murtina Purba (A1L009083)




KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2010
ACARA I

PENGENALAN ALAT-ALAT PENGUKURAN UNSUR IKLIM / CUACA


TUJUAN :

Mengetahui cara kerja peralatan ukur unsur iklim / cuaca.
Mengetahui cara pengamatan unsur iklim / cuaca.
Mengetahui tata letak dan pemasangan peralatan ukur iklim / cuaca.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan adalah boring pengamatan dan bollpoint. Sedangkan alat yang digunakan adalah: (1) pengukur suhu udara minimum dan maksimum dan pengukur suhu tanah , (2) pengukur kelembaban nisbi udara, thermometer bola basah dan kering, (3) pengukur curah hujan tipe observatorium dan ototmatis, (4) pengukur lama penyinaran matahari, solarimeter Campbell Stockes, (5) pengukur kecepatan dan arah angin.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan suatu alat pengamatan cuaca atau datang dekat alat pengamatan cuaca dipasang.
Diamati letak alat pengamatan cuaca tersebut pada stasiun cuaca dan digambar secara skematik letak alat cuaca tersebut.
Digambar dan diberi keterangan bagian alat pengamatan cuaca yang diamati.
Dijelaskan prinsip kerja alat .
Dilakukan dengan cara yang sama untuk alat pengamatan cuaca lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Aktinograf


Gun Bellan


Campbell Stokes





Termometer Maksimum





Termometer minimum


Termometer biasa


Termometer tanah









Termohigrograf


Psikrometer standar


Ombrometer Observatorium



Penakar hujan Hellman


Penakar hujan Bendix


Penakar hujan Tilting Siphon


Penakar hujan Tipping Bucket


Evaporasi









Anemometer

Pembahasan

Dalam mengukur unsur cuaca/ iklim terdapat berbagai macam alat ukur antara lain alat pengukur suhu, termometer maximum-minimum, thermohygrograf, termometer biasa, termohydrometer dan termometer tanah. Thermohygrograf merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu sekaligus untuk mengukur kelembaban. Sedangkan termometer biasa ada dua yaitu: termometer alkohol dan air raksa.
Alat perekam penyinaran matahari yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tipe Campbell-stokes disertai dengan kertas pias yang berwarna biru.
Ada juga alat yang khusus untuk mengukur kecepatan angin yaitu Anemometer mangkok. Mengapa disebut sebagai Anemometer mangkok, karena alat ini mempunyai bagian berbentuk seperti mangkok yang berfungsi sebagai penerima dari daya gerak angin yang pada akhirnya akan menyebabkan bagian dalam dari alat ini akan berputar dan besar dari kecepatan angin tersebut akan tercatat pada kertas yang berada pada bagian dalam dari alat ini.
Alat yang terakhir adalah alat pengukur curah hujan yaitu Ombrometer otomatis. Sesuai dengan namanya alat ini bekerja secara otomatis, sebab alat ini dapat mencatat sendiri besarnya curah hujan tanpa harus mendapat perlakuan istimewa dari pengamat. Hal yang perlu diingat dalam pemasangan alat ini adalah jangan sampai ada penghalang yang menghalangi jatuhnya air hujan kedalam alat ini, sebab adanya penghalang akan mempengaruhi tingkat ketepatan pengukuran dari alat ini.
Pada pengukuran unsur-unsur cuaca atau iklim, alat-alat tersebut diatas mungkin masih sangat minim untuk dapat menyimpulkan keadaan suatu cuaca atau iklim yang sedang berlangsung, namun akan dapat mencapai hasil yang optimal apabila dalam waktu pengukuran sangat memperhatikan tentang faktor penempatan atau pemasangan alat serta ketelitian dalam membaca skala alat sehingga hasil pengukuran yang diperoleh akan mempunyai tingkat keseksamaan yang mendekati 100 %.
Pengukuran cuaca ataupun iklim dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu hal yang sangat penting keberadannya, sebab pengaruh-pengaruh yang mungkin ditimbulkannya sering menyebabkan masalah bagi hewan, tumbuhan maupun kesejahteraan manusia. Masalah tersebut merupakan tantangan bagi manusia, dimana manusia harus berusaha untuk mengatasinya yaitu dengan berusaha menghindari atau memperkecil pengaruh-pengaruh yang tidak menguntungkan bagi kehidupan manusia. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut :
Penyesuaian. Dalam hal ini manusia harus mengetahui tentang siklus iklim atau cuaca yang terjadi dari tahun ketahun, sebab hal ini mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dalam kaitannya dengan pemanfaatan suatu iklim atau cuaca pada masa yang bersangkutan.
Peramalan. Peramalan sendiri berarti perkiraan iklim atau cuaca pada suatu ketika berdasarkan perjalanan iklim atau cuaca tersebut pada waktu sebelumnya dalam jangka waktu yang lama.
Subtitusi. Dalam penerapannya dikehidupan sehari hari, manusia tidak kuarang akal apabila menghadapi suatu kondisi iklim atau cuaca yang kurang mendukung dalam usaha untuk mencapai kesejahteraan hidupnya
Modifikasi. Modifikasi merupakan usaha manusia dalam rangka menciptakan suatu model keadaan yang dapat mendukung bagi pencapaiaan kesejahteraan manusia.












KESIMPULAN

Pengukuran unsur iklim dan cuaca harus dilakukan dengan teliti. Serta diperhatikan cara kerja, pengamatan dan pemasangan alatnya.
Pengukuran unsur iklim dan cuaca meliputi pengukuran curah hujan, radiasi matahari, suhu dan kelembaban udara.
Tujuan dari diadakannya pengukuran unsur-unsur iklim atau cuaca adalah untuk mengetahui keadaan iklim atau cuaca yang sedang berlangsung sehingga manusia dapat optimal dalam memanfaatkan keadaan tersebut dan dapat memprediksi keadaan iklim atau cuaca dimasa yang akan datang demi mencapai kesejahteraan manusia.
















DAFTAR PUSTAKA


Urip Muhammad, Hassan. 1970. Dasar-Dasar Meteorologi Pertanian. Jakarta: PT. Soeroengan.
Waryono, dkk. 1987. Pengantar meteorologi dan Klimatilogi. Surabaya: PT. Bina Ilmu.





















ACARA II
PENGAMATAN SUHU UDARA
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui suhu udara diatas (ketinggian 1,2m) lahan sawah, tegalan, dan kebun campur setiap jam selama 3 hari.
Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu udara maksimum dan minimum di atas (ketinggian 1,2m dan 2 m lahan sawah, tegalan, dan kebun campur.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas boring pengamatan suhu udara dan alat pencatat, dan laha sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah thermometer bola basah dan bola kering, dan thermometer udara.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan semacam tongkat kayu pada masing – masing penggunaan lahan.
Diletakkan (digantungkan) thermometer pada tongkat tersebut, pada masing – masing penggunaan lahan pada ketinggian 120cm dan 200cm. Thermometer tersebut dihindarkan agar tidak terkena radiasi atau sinar matahari langsung.
Dicatat suhu udara setiap jam selama 3 hari (lembar pencatatan ada di bagian lampiran).
Dibuat grafik hubungan antara suhu udara (sumbu y) dan waktu (sumbu x). Kemudian ditentukan besarnya dan waktu suhu maksimum dan minimum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Suhu udara pada lahan sawah

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
16.00 25 25 05.00 23 23
17.00 25,5 25 06.00 23,8 24
18.00 24,5 24 07.00 24,5 24
19.00 24 24 08.00 27 26
20.00 24 24 09.00 30,5 30
21.00 23,5 23,5 10.00 31 31
22.00 23,5 23,5 11.00 32 32
23.00 23 23,5 12.00 23,5 24
00.00 23,5 23 13.00 24,5 25
01.00 24 23,5 14.00 25 27
02.00 23,5 23,5 15.00 24,5 26,5
03.00 23 23 16.00 25 25
04.00 23,5 23,5 17.00 24,5 24.5
Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan(℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
18.00 24,5 24,5 06.00 24,5 24,5
19.00 24 24 07.00 23,5 23,5
20.00 24 24 08.00 24 24
21.00 23 23 09.00 27 27
22.00 23,5 23,5 10.00 29,5 29,5
23.00 23 23 11.00 30 30
00.00 23,5 23,5 12.00 29,5 29,5
01.00 23 23 13.00 29 29
02.00 24,5 24,5 14.00 28 28
03.00 24 24 15.00 28 28
04.00 24 24 16.00 23 23
05.00 23 23

Suhu udara pada lahan tegalan

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu permukaan (℃)
1,2m 2m 1,2m 2m
17.00 25,5 26 18.00 24 24
18.00 24 25 19.00 24 24
19.00 25 25 20.00 24 24
20.00 24 25 21.00 24 24
21.00 24 24 22.00 23,5 24
22.00 24 24 23.00 23,5 24
23.00 23 24 00.00 23 24
00.00 24 24 01.00 23 24
01.00 25 24,5 02.00 23 24,5
02.00 23,5 24,5 03.00 23 24
03.00 23 24 04.00 23 23
04.00 24 24 05.00 23 24
05.00 23 23 06.00 24 25
06.00 24 25 07.00 25 26
07.00 25 25 08.00 28 28
08.00 28 28 09.00 30 30
09.00 31 31 10.00 32 32
10.00 32,5 32,5 11.00 30 30
11.00 32,5 33 12.00 30 30
12.00 31 32 13.00 23 24
13.00 24 24 14.00 23,5 24
14.00 24 24 15.00 23,5 24
15.00 23,5 24 16.00 23 24
16.00 23 23 17.00 24 24
17.00 24 24

Suhu udara pada lahan kebun campur

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
16.30 25 26 17.30 24,5 25
17.30 25,5 25,5 18.30 25 24
18.30 25 25,5 19.30 24 25
19.30 24,5 25,5 20.30 24,5 25
20.30 24,5 25,5 21.30 25 25
21.30 24 25 22.30 24,5 25
22.30 25 25 23.30 25 25
23.30 25 25 00.30 24 24
00.30 25 25,5 01.30 24 25
01.30 25 25 02.30 24 25
02.30 25 25 03.30 24 25
03.30 24 25 04.30 24,5 24,5
04.30 24,5 25 05.30 24 25
05.30 24 25 06.30 25 25
06.30 25 25,5 07.30 26 27
07.30 26 26 08.30 27 28
08.30 28 28 09.30 29 30
09.30 30 31 10.30 31 30,5
10.30 32 31,5 11.30 30 30
11.30 33,5 34 12.30 25 25
12.30 31 26 13.30 24 24,5
13.30 25 25 14.30 24,5 25
14.30 24,5 24,5 15.30 24,5 24
15.30 24 24,5 16.30 24 24
16.30 24,5 25









Grafik Perbandingan antara kebun campur,tegalan dan sawah
pada ketingian 120 cm









Grafik Perbandingan antara kebun campur,tegalan dan sawah
pada ketingian 200 cm




Pembahasan

Agroklimatologi adalah ilmu iklim yang mempelajari tentang hubungan antara unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman. Yang dipelajari dalam agroklimatologi adalah bagaimana unsur-unsur iklim itu berperan di dalam kehidupan tanaman (http://mukhtarom-ali.blogspot.com, 2008).
Suhu merupakan suatu konsep yang tidak mudah didefinisikan. Di dalam “Glossary of Meteorologi” suhu disebutkan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan berbagai tipe thermometer. Suhu dengan panas berbeda, karena menurut hukum termodinamika, panas merupakan energy total dari pergerakan molekuler suatu benda.
Faktor luar dari suhu yang berpengaruh langsung yaitu suhu udara dan radiasi matahari. Karena variasi suhu yang ada di atmosfer sangat besar dikarenakan pergerakan udara sangat besar dan bebas (http://mukhtarom-ali.blogspot.com, 2008).
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap suhu udara pada tanah sawah, tegalan dan kebun campur. Dari data hasil pengamatan didapat suhu maksimal pada tanah sawah 320C dan suhu minimumnya 230C, sedang pada tanah tegalan suhu maksilmal adalah 32,50C, dan suhu minimumnya 230C. Sedangkan pada kebun campur suhu udara maksimum 34 0C dan suhu udara minimumnya 240C.
Grafik dari ketiga lahan tersebut menunjukan suhu dari pagi hari ke siang sekitar jam 11.00 naik dan menjelang pukul 17.00 mulai turun kembali hingga malam. Namun saat kondisi cuaca hujan atau mendung suhu udara turun dan saat cuaca cerah dan terik matahari mencapai titik maksimal suhu pun naik mencapai titik maksimal. Hal ini dijelaskan oleh Chambers (1978) pada bukunya klimatologi pertanian dasar bahwa rata-rata siklus harian suhu udara atau irama antara siangdan malam mengikuti suhu permukaan daratan dan menggambarkan neraca radiasi matahari datang dan neraca radiasi bumi yang keluar. Sejak matahari terbit hingga pukul 14.00-16.00 apabila energi radiasi yang diterima lebih cepat dari hilangnya radiasi, maka kurva suhu udara biasanya naik. Pada pukul 02.00 atau 04.00 hingga matahari terbit pada esok harinya, bila radiasi bumi yang hilang lebih besar daripada yang diterima, kurva bisa menurun. Suhu bumi tertinggi biasanya terjadi pada pukul 13.00-15.00, tidak berimpitan dengan radiasi matahari maksimum (pukul 12.00 tengah hari). Keterlambatan ini terjadi karena suhu terus menerus naik selama jumlah radiasi matahari yanag diterima melampaui radiasi bumi yang keluar, penerimaan energi mulai menurun lewat tengah hari tetapi masih melampaui energi yang hilang sampai kira-kira pukul 15.00, dan baru pada waktu itu suhu tidak naik lagi. Ketinggian termometer ditempatkan.
Semua suhu rata-rata bulanan, semusim, setahun atau periode tahun yang panjang dibentuk dari suhu rata-rata harian sebagai satuan dasar. Walaupun suhu udara rata-rata harian bervariasi mengikuti suhu permukaan bumi, kisaran paling besar terdapat didekat permukaan bumi dan kisaran mengecil bila menjauhi permukaan bumi. Kisaran harian besar pada hari yang cerah daripada hari-hari yang tertutup awan. Pada hari yang cerah, radiasi cepat sekali memanaskan bumi yang padat, dan kemudian memanaskan udara diatasnya. Pada malam yang cerah pula radiasi keluar dengan cepat dari bumi mengakibatkan pendinginan yang besar. Langit yang tertutup awan mengurangi radiasi matahari yang diterima, kemudian pemanasan pada siang hari dan pendinginan pada malam hari terhalang. Pendinginan yang berkurang pada malam hari mengakibatkan kurva harian agak mendatar. Dari penjelasan diatas telah diperoleh sebab mengapa pada cuaca cerah suhu udara lebih tinggi daripada cuaca mendung atau hujan, selain itu perubahan suhu pada cuaca yang berlainan karena intensitas radiasi matahari saat cuaca mendung dan tertutup awan terhalang sehingga mempengaruhi panas buni dan mempengaruhi radiasi bumi mengakibatkan berubahnya suhu udara. Sedangkan Apada saat cuaca cerah dan tidak berawan radiasi sinar matahari ke bumi tidak terhalang(Bourke, 1968).
Selain itu penyebaran suhu diatas permukaan bumi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
Jumlah radiasi yang diterima per hari, per musim dan per tahun
Telah dijelaskan sebelumnya
Pengaruh daratan dan lautan
Pengaruh elevasi
Semakin tinggi suatu tempat dari atas permukaan laut maka semakin rendah suhunya.
Pengaruh dari aspek
Pengaruh panas laten
Pengaruh angin
Adveksi merupakan pengangkutan dari sifat atmosfer oleh pergerakan udara arah horizontal (Chambers, 1978).

KESIMPULAN

1. Suhu merupakan suatu konsep yang tidak mudah didefinisikan.Suhu disebutkan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan berbagai tipe thermometer.
2. Penyebaran suhu diatas permukaan bumi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: Jumlah radiasi yang diterima per hari, per musim dan per tahun. Pengaruh daratan dan lautan merupakan pengaruh elevasi Semakin tinggi suatu tempat dari atas permukaan laut maka semakin rendah suhunya.







DAFTAR PUSTAKA


Bourke, P.M.A., 1968. Introductoin The Aims Of Agrometeorologi In Agroklimatological Metthods, Proc, Of Reading Stmposium; UNESCO
Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor; Bogor
.2008. Agroklimatologi. http://mukhtarom-ali.blogspot.com /2008/02/ agroklimatologi. html


















ACARA III
PENGAMATAN SUHU TANAH
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui suhu tanah pada lahan sawah, tegalan dan kebun campur pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm setiap jam selama 3 hari
Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu tanah maksimum dan minimum pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm setiap jam selama 3 hari.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas boring pengamatan suhu tanah pada beberapa kedalaman, alat pencatat, lahan sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah thermometer dan lubang – lubang tanah berpralon.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan tempat pengamatan suhu tanah pada masing-masing penggunaan lahan dengan cara membuat lubang (membor) tanah menurut kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm dan dipasang pralon pada lubang tersebut supaya tidak tertimbun tanah.
Diletakkan termometer pada masing-masing lubang tanah tersebut pada masing-masing lubang tanah tersebut pada masing-masing penggunaan lahan, dihindarkan termometer dari injakan kaki.
Dicatat suhu tanah setiap jam selama 3 hari dengan intensitas satu jam sekali dengan melihat suhu termometer pada setiap kedalaman.
Dicatat hasilnya dan dibuat kurva.


HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Hasil Pengamatan
Suhu tanah pada lahan sawah
Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5cm 25cm 50cm 75cm 100cm
16.00 26,5 27,5 29 29,5 29
17.00 27 28 29,5 30 29
18.00 27 26,5 27 29 28,5
19.00 28 29 27 28 28
20.00 27 29 28 29 28
21.00 28 29 28 28 28,5
22.00 26,5 28 28 28 28,5
23.00 27 24 28 23 29
00.00 26,5 29 27 28 29
01.00 26,5 29 28 28 29
02.00 28 29 28 29 29
03.00 26,5 29 28 28 29
04.00 27 29 29 29 29
05.00 26 28 28 28 29
06.00 26 28 27 27 28
07.00 26 28 27,5 27,5 28,5
08.00 28 27 25,5 27 28,5
09.00 29 29 28 28,5 29
10.00 31 29 28 28,5 29,5
11.00 32,5 28,5 28 28,5 29
12.00 32 29 28 28 29
13.00 30 28 27 28,5 29
14.00 28 29 27 28,5 29,5
15.00 28 26 26 28 28,5
16.00 27,5 29 26 26 27
17.00 28 28,5 25,5 27 26
18.00 29 27 29 28 29
19.00 29 27 28 28,5 29
20.00 29 27 28 28 29
21.00 28 30 28 29 29
22.00 28 29,5 29 29 30
23.00 26 29 28 28 29
00.00 27 29,5 28 28,5 29,5
01.00 27 30 29 29 29,5
02.00 26,5 29,5 28 28,5 29,5
03.00 27 29 28 28,5 29
04.00 26 29 28,5 28,5 29
05.00 26 28 28 28 29
06.00 26 29 28 28 28,5
07.00 26 29 27,5 28 29
08.00 28,5 29 28 29 29
09.00 29 29 28,5 29 29
10.00 31 29 28 28 29
11.00 32 28,5 28 28,5 29
12.00 31 28 27,5 28 29
13.00 31 28 27 28 28,5
14.00 30 27 26 27,5 28
15.00 29 27,5 25 26 27
16.00 28 28,5 25,5 27 26

Suhu tanah pada lahan tegalan
Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5 cm 25 cm 50 cm 75 cm 100 cm
17.00 28,5 oC 28 oC 29 oC 28 oC 29 oC
18.00 28 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
19.00 27 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
20.00 27,5 oC 28,5 oC 28 oC 27,5 oC 28,5 oC
21.00 27 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
22.00 27 oC 29 oC 28 oC 27 oC 28 oC
23.00 24 oC 28 oC 28 oC 27 oC 28 oC
00.00 26 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
01.00 26 oC 29 oC 28 oC 27,5 oC 28,5 oC
02.00 26 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 28,5 oC
03.00 26 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
04.00 26 oC 28,5 oC 28 oC 27 oC 28 oC
05.00 25,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28 oC
06.00 26 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
07.00 26,5 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 28,5 oC
08.00 27,5 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
09.00 30 oC 28,5 oC 29 oC 28 oC 29 oC
10.00 31,5 oC 28,5 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
11.00 32 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
12.00 34 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC
13.00 31 oC 28,5 oC 28 oC 29 oC 28,5 oC
14.00 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC 28 oC
15.00 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC 28 oC
16.00 27 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
17.00 28 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
18.00 28 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
19.00 28 oC 29 oC 28 v 28 oC 29 oC
20.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28 oC
21.00 26,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28 oC
22.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
23.00 26 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC 28,5 oC
00.00 25,5 oC 29 oC 28 oC 28,5 oC 29 oC
01.00 25,5 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC 28,5 oC
02.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28 oC
03.00 26 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC
04.00 25 oC 28 oC 28 oC 27 oC 28 oC
05.00 25 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC
06.00 26 oC 28,5 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC
07.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
08.00 28 oC 29 oC 28 oC 29 oC 29 oC
09.00 29 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 29 oC
10.00 31 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
11.00 31 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
12.00 31,5 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
13.00 26 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
14.00 26,5 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
15.00 27 oC 28 oC 26,5 oC 25,5 oC 27,5 oC
16.00 27 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
17.00 27 oC 26 oC 27 oC 26 oC 28 oC

Suhu tanah pada lahan kebun campur

Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5cm 25cm 50cm 75cm 100cm
16.30 28 26 26 27 26
17.30 28 26 26 27 26
18.30 27 27 26 26,5 26
19.30 27 26,5 26,5 27 26
20.30 27 27 27 27 26,5
21.30 26 27 27 27 26
22.30 26 27 26 27 26
23.30 26 27 27 27 26
00.30 26 27 27 27 26
01.30 26 27 27 27 26
02.30 26 27 26 27 26
03.30 26 27 26 27 26
04.30 26 27 27 27 26
05.30 26 27 26 27 26
06.30 27 26 26 27 26
07.30 26,5 27 25,5 27 26
08.30 27 26,5 26,5 27 26
09.30 28 27 26,5 27 26
10.30 28 27 26,5 27 26
11.30 31,5 28 27 27 26
12.30 31 27 26,5 27 26,5
13.30 30 27 27 27 26,5
14.30 28,5 27 26,5 26,5 26
15.30 27,5 26,5 26,5 26,5 26
16.30 27 27 27 27 26
17.30 27 27 27 27 26
18.30 27 27 27 27 26
19.30 27 27 27 27 26
20.30 26,5 27 26,5 27 26
21.30 26,5 27 26 27 26
22.30 26,5 27 27 27 26
23.30 26 27 26 27 26
00.30 26 27 26 27 26
01.30 26 27 27 27 27
02.30 26 27 27 27 26
03.30 26 27 27 27 27
04.30 27 27 27 26 26
05.30 25,5 27 26 27 26
06.30 26 27 26 27 26
07.30 26 26 26 27 26
08.30 27 27 27 27 26
09.30 27,5 27 27 27 26,5
10.30 28 27 27 27 26
11.30 28 27 27 27 26
12.30 25,5 26 26,5 27 26
13.30 26 26,5 26 27 26
14.30 26 26 26,5 27 26,5
15.30 26 26 26,5 27 26,5
16.30 26 26 26,5 27 26,5















Grafik :















Pembahasan.
Praktikum agroklimatologi acara pengukuran suhu tanah ini dilakukan dengan mengukur suhu tanah sawah, tegalan dan kebun campur dengan kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm menggunakan termometer. Cara yang dilakukan praktikum ini sudah mendekati anjuran dari komite meteorologi sedunia (1955) yang menganjurkan bahwa kedalaman standard untuk mengukur suhu tanah adalah 5, 10, 20, 50 dan 100 cm. Pengukuran suhu di bawah permukaan tidak seteliti diatas permukaan karena perubahan yang cepat dihalangi oleh kapasitas panas tanah. Oleh karena itu untuk kebanyakan tujuan pertanian, pengukuran maksimum dan minimum harian suhu dianggap memadai terutama pada kedalaman yang besar(Chambers, 1978).
Suhu tanah sering memberikan pengaruh yang lebih penting dari pada suhu udara untuk pertumbuhan tanaman. Suhu tanah, terutama suhu ekstrim akan mempengaruhi perkecambahan biji, aktifitas akar, kecepatan dan umur tanaman serta terjadinya keganasan penyakit tanaman. Sedangkan suhu udara dianggap memberikan pengaruh yang besar pada fase reproduktif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tanah sendiri adalah tipe dan keadaan tanah maupun jumlah energi yang diterima. Faktor-faktor berikut dapat dianggap berpengaruh walaupun sering faktor-faktor ini secara bersama-sama memberikan pengaruh. Faktor-faktor tersebut meliputi :
A Faktor luar, seperti
Radiasi matahari
Awan
Curah hujan
Temperatur udara
Angin
Kelembaban udara

B. Faktor dalam, seperti
Tekstur tanah
Kadar air tanah
Kandungan bahan organik
Warna
Struktur tanah, pengolahan tanah dan kepadatan tanah
C. Faktor topografi :
Aspek
Kemiringan lereng
Permukaan air tanah
Vegetasi
(Bourke, 1968)

Selain faktor-faktor tersebut diatas suhu tanah juga dipengaruhi oleh pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang menggemburkan bagian atas dari lapisan tanah akan mengurangi pengaliran panas antara permukaan tanah dan lapisan bawahnyanya.
Kecepatan pengaliran panas tanah tergantung dari gradien suhu dan daya hantar panas. Daya hantar panas adalah jumlah panas yang mengalir per satuan waktu apabila perbedaan suhu diantar dua bidang datar berhadapan dipertahankan sebesar 1 satuan (Hillel, 1967).
Suhu tanah juga perlu diukur, karena suhu tanah ini sangat mempengaruhi mikroflora dan mikrofauna yang terkandung dalam tanah yang menguntungkan dan menyuburkan tanah setempat. Suhu tanah ini dipengaruhi oleh intensitas radiasi matahari. Intensitas radiasi matahari yang diterima oleh bumi dipengaruhi oleh ketinggian suatu tempat terhadap matahari dan tebal tipisnya lapisan ozon di atmosfer. Semakin dekat kedudukannya terhadap matahari, maka intensitas cahaya matahari yang diserap tanah akan semakin tinggi sehingga suhu permukaan tanah biasanya akan semakin tinggi. Cahaya matahari yang sampai ke permukaan tanah dipengaruhi oleh rapat tidaknya vegetasi tanah tersebut. Jika vegetasinya sangat rapat atau bahkan tertutup sama sekali, hal ini dapat mengurangi masuknya radiasi matahari ke permukaan tanah, selain menghalangi proses penguapan tanah (evaporasi berkurang), hal ini dapat menyebabkan tanah menjadi basah dan kelembaban tanah menjadi tinggi. Apabila vegetasi yang rapat tersebut dibuka, maka radiasi matahari akan masuk ke permukaan akan menaikkan suhu permukaan tanah dan menyebabkan penguapan.
Jika suhu tanah terlalu tinggi (ekstrim) bisa mematikan mikroflora dan mikrofauna tersebut sehingga tanah menjadi tidak subur, selain itu dapat mengganggu aktivitas fotosintesis, dan respirasi tumbuhan (http://efrin4mzil.blogspot.com, 2009)
Data dari hasil praktikum pada lahan sawah , tegalan dan kebun campur, dari data dan grafik yang diperoleh pada tegalan suhu pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 suhunya naik turun tidak teratur begitu juga dengan sawah dan kebun campur. Jika dibandingkan dengan referensi seharusnya semakin dalam kedalaman tanah, suhunya semakin turun karena kontak dengan udara dan radiasi matahari semakiin kecil. Selain itu faktor kelembaban tanah yang semakin dalam semakin lembab mengakibatkan suhu juga semakin kecil. Namum pada kenyataannya saat praktikum pada ketiga lahan baik sawah, tegalan dan kebun campur tidak demikian, suhu tidak teratur, terkadang suhu pada 100 cm lebih tinggi dari 75 dan 50 tetapi sebaliknya.
Hal-hal yang menyimpang dari teori ini diakibatkan alat pengukur suhu atau termometer yang digunakan bukan alat khusus untuk mengukur suhu tanah sehingga kurang akurat. Selain itu adanya faktor-faktor bahan penghantar panas seperti lempengan-lempengan logam dan lain-lain seperti yang dibahas menurut teori terdapat pada kedalaman tanah tertentu mengakibatkan suhu yang terukur terkontaminasi sehingga tidak murni, selain itu kesalahan diakibatkan saat pengamatan yang kurang teliti dan kerena saat melihat skala termometer di permukaan tanah terlalu lama sehingga suhunya langsung berubah. Terlebih lagi pada tanah tegalan penempatan termometer pada kedalaman 5 cm dalamnya tidak mencapai 5cm sehingga suhu tanah berbeda tipis bahkan melebihi suhu udara.
Menurut data pengamatan dan kurva suhu tanah pada tiap kedalaman. Suhu tanah pada kebun campur lebih rendah dari suhu tanah tegalan dan sawah, hal ini diakibatkan karena pada kebun campuran tanahnya tertutup oleh tumbuhan penutup tanah (rumput) sehingga kelembabannya lebih besar dan suhunya lebih rendah daripada sawah dan tegalan, selain itu pada kebun campuran banyak pohon besar yang menutupi atau menghalangi sinar matahari menyentuh tanah secara langsung mengakibatkan radiasi sinar matahari ke tanah berkurang. Selain itu kandungan bahan organik, serta tekstur tanah berpengaruh terhadap suhu tanah seperti apa yang dijelaskan chambers (1987) jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu bervariasi, tanah berhumus mempunyai kapasitas panas yang jauh lebih rendah dibandingkan kapasitas panas tanah mineral karena kerapatan humus rendah. Tapi dalam keadaan lapang, tanah organik dan tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai kapasitas panas dan kapasitas menahan air yang tinggi.
Kecepatan pengaliran panas tanah tergantung dari gradien suhu dan daya hantar panas. Daya hantar panas adalah jumlah panas yang mengalir persatuan waktu. Daya hantar panas ditentukan oleh porositas, kadar air dan bahn organik. Di lapangan tanah bertekstur halus mempunyai kadar air tinggi yang memperbesar pertambahan daya hantar panas.
Dari hasil pengamatan diperoleh juga suhu tanah pada sawah untuk semua kedalaman secara garis besar lebih tinggi dari suhu tanah tegalan hal ini diakibatkan karena pada tanah sawah yang digunakan selalu terendam air dan dekat dengan sungai radius 0,5 m. Sehingga suhunya lebih tinggi dari tegalan. hal ini diakibatkan karena pada siang hari air lebih cepat panas daripada daratan sehingga suhu tanahnya pun lebih tinggi, hal ini dikerenakan panas pada daratan atau tegalan dalam hal ini bergerak secaca konduksi dengan bantuan udara, sedangkan udara juga menjadi penghambat panas karena udara merupakan penghantar panas yang jelek. Lain halnya dengan tanah sawah yang selalu tergeng air dan dekat dengan sungai. Air yang diam panasnya bergerak secara molekuler, sedangkan pada sungai yang dekat dengan area pengamatan panas bergerak secara vertikal hal ini lebih baik daripada seecara molekuler. Hal ini yang mengakibatkan suhu tanah sawah lebih panas daripada suhu tegalan. namun, lain kejadiannya saat malam hari seharusnya suhu tanah tegalan lebih panas daripada suhu sawah. Karena tegalan yang tidak tergenag air lebih lama untuk mengalami pendinginan daripada tanah sawah yang tergenag air tiap saat. Namun pada kenyataan di lapangan tidak demikian. Hal ini karena saat pengukuran praktikan kurang teliti dan alat yang digunakan bukan alat khusus. Hal lain karena cuaca yang tidak menentu saat dilakukannya pengamatan.


KESIMPULAN

Suhu tanah sawah pada semua kedalaman > tanah tegalan > kebun campur.
A.Suhu maksimum tanah sawah.(0C)
5 cm =32,5 ; 25 cm =29,5 ; 50 cm =29,5 ; 75=30 ; dan 100 cm =29,5
Suhu minimumnya
5 cm =26 ; 25 cm =24 ; 50 cm =25 ; 75 =23 ; dan 100 cm =26
B. Suhu maksimum tanah tegalan.(0C)
5 cm =31,5 ; 25 cm =29 ; 50 cm =29 ; 75 =29 ; dan 100 cm =29
Suhu minimumnya
5 cm =24 ; 25cm =26 ; 50cm =26,5 ; 75cm =25,5 ; dan 100cm =28
C. Suhu maksimum kebun campur .(0C)
5 cm =29 ; 25cm =28 ; 50cm=27 ; 75cm=27 dan 100 cm =27
Suhu minimumnya
5 cm =25 ; 25 cm =26 ; 50 cm =26 ; 75 =26 ; dan 100 cm =2



DAFTAR PUSTAKA


Bourke, P.M.A., 1968. Introductoin The Aims Of Agrometeorologi In Agroklimatological Metthods, Proc, Of Reading Stmposium: UNESCO
Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor
Hillel, D. 1971. Soil And Water Physical Principles And Processes. Academic Press: New York and London
.2009.“Agroklimatologi”.http://efrin4mzil.blogspot.com/2009/03/ agroklimatologi. html















ACARA IV
PENGAMATAN KELEMBABAN NISBI
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR

TUJUAN

Mengetahui kelembaban nisbi udara di atas lahan sawah, tegalan, dan kebun campur setiap jam selama 3 hari.
Mengetahui saat (waktu) kelembaban nisbi udara maksimum dan minimum di atas lahan sawah, tegalan, dan kebun campur.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas borang pengamatan kelembaban nisbi, alat pencatat, lahan sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah psychrometer yang terdiri atas thermometer bola basah dan kering, dan table pengamatan kelembaban nisbi.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan tiang setinggi kira-kira 1,2 m.
Disiapkan psikhrometer yang pada tangki termometer bola basah sudah diberi air.
Psikhrometer diletakkan (digantungkan) pada tiang dan ditunggu selama kurang lebih 5 menit.
Setelah kurang lebih 5 menit diamati suhu pada termometer bola kering dan bola basah kemudian lihat kelembaban nisbi udara psikhrometer dengan cara membaca indeks(penjurus) dari hasil penghimpitan suhu termometer bola basah dan bola kering.
Pengamatan dilakukan selama 3 hari dengan intensitas pengamatan 1 jam sekali.
Dibuat kurva.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Kelembaban nisbi pada lahan sawah
Waktu
(pukul) TBK
(℃) TBB
(℃) Kelembaban Nisbi Waktu
(pukul) TBK (℃) TBB (℃) Kelembaban Nisbi
16.00 26,5 25 86% 17.00 25 23 81%
17.00 27 25,5 86% 18.00 27 23.5 70%
18.00 26 25 90% 19.00 26,5 23,5 73%
19.00 25,5 24,5 90% 20.00 26 24 82%
20.00 25 24 90% 21.00 24 24 100%
21.00 24,5 24 95% 22.00 24,5 23,5 90%
22.00 24,5 24 95% 23.00 23 23,5 95%
23.00 24,5 24 95% 00.00 23,5 23,5 100%
00.00 24.5 24 95% 01.00 23,5 23 95%
01.00 25 24,5 95% 02.00 24,5 23,5 90%
02.00 24,5 24 95% 03.00 24 23,5 95%
03.00 24.5 24 95% 04.00 24 23,5 95%
04.00 24,5 24 95% 05.00 23.5 22,5 90%
05.00 24 23,5 95% 06.00 24 24 100%
06.00 25 24,5 95% 07.00 5 24,5 95%
07.00 25,5 24,5 90% 08.00 26,5 26 95%
08.00 27,5 26,5 91% 09.00 30 28,5 87%
09.00 31,5 28 72% 10.00 31 28 75%
10.00 29 23 54% 11.00 30 27.5 79%
11.00 34 28 57% 12.00 30 25 61%
12.00 25 24 90% 13.00 30 24 52%
13.00 25 24,5 86% 14.00 29 24 60%
14.00 24,5 24 95% 15.00 28,5 25 71%
15.00 24 24 100% 16.00 23 23 100%
16.00 26 24,5 86%


Kelembaban nisbi pada lahan tegalan
Waktu
(pukul) TBK TBB Kelembaban Nisbi

17.00 26 oC 25 oC 90 %
18.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
19.00 25 oC 24 oC 90 %
20.00 24 oC 23,5 oC 95%
21.00 24 oC 24 oC 100 %
22.00 24 oC 23,5 oC 95 %
23.00 23 oC 23 oC 100 %
00.00 24 oC 24 oC 100 %
01.00 24 oC 24 oC 100 %
02.00 23,5 oC 23 oC 95 %
03.00 23,5 oC 23 oC 95 %
04.00 24 oC 24 oC 100 %
05.00 23 oC 23 oC 100 %
06.00 25 oC 24,5 oC 95 %
07.00 25,5 oC 25 oC 95 %
08.00 28,5 oC 27,5 oC 91 %
09.00 33 oC 31,5 oC 88 %
10.00 34,5 oC 32,5 oC 84 %
11.00 34,5 oC 31,5 oC 76 %
12.00 33 oC 30 oC 76 %
13.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
14.00 24 oC 24 oC 100 %
15.00 24 oC 23,5 oC 95 %
16.00 23 oC 23 oC 100 %
17.00 24 oC 24 oC 100 %
18.00 23 oC 23 oC 100 %
19.00 23 oC 23 oC 100 %
20.00 24 oC 24 oC 100 %
21.00 24 oC 24 oC 100 %
22.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %
23.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %
00.00 23 oC 23 oC 100 %
01.00 23 oC 23 oC 100 %
02.00 23,5 oC 23,5 oC 100%
03.00 23 oC 23 oC 100 %
04.00 23 oC 23 oC 100 %
05.00 23 oC 23 oC 100 %
06.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
07.00 25 oC 25 oC 100 %
08.00 27,5 oC 27,5 oC 100 %
09.00 31 oC 30 oC 91 %
10.00 33 oC 31 oC 83 %
11.00 31 oC 29 oC 83 %
12.00 30,5 oC 28,5 83 %
13.00 25 oC 24 oC 90 %
14.00 24 oC 24 oC 100 %
15.00 24 oC 24 oC 100 %
16.00 23 oC 23 oC 100 %
17.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %









Kelembaban nisbi pada lahan kebun campur

Waktu (pukul) Kelembaban Nisbi
(D - W) % Waktu (pukul) Kelembaban Nisbi
(D - W) %
16.30 90 17.30 100
17.30 89 18.30 90
18.30 90 19.30 94.5
19.30 90 20.30 98
20.30 90 21.30 95
21.30 89 22.30 100
22.30 89 23.30 100
23.30 100 00.30 100
00.30 100 01.30 100
01.30 90 02.30 88
02.30 90 03.30 86
03.30 100 04.30 87
04.30 100 05.30 90
05.30 90 06.30 90
06.30 100 07.30 100
07.30 91 08.30 81
08.30 86 09.30 62
09.30 70 10.30 74
10.30 64 11.30 71
11.30 19 12.30 100
12.30 63 13.30 90
13.30 100 14.30 100
14.30 100 15.30 100
15.30 100 16.30 100
16.30 92






















Grafik :






Pembahasan
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. jumlah uap air dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer. Yaitu hanya kira-kira 2 % dari jumlah masa. Akan tetapi uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim ( Guslim, dkk., 1987 ). Kelembaban udara dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu :
Kelembaban absolut.
Kelembaban spesifik.
Tekanan uap.
Kelembaban relatif.

Faktor utama yang mempengaruhi kelembaban udara di suatu daerah adalah luas perairan laut dan angin yang berhembus di daerah itu. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut-laut yang sangat luas, maka kelembaban udaranya rata-rata tinggi. Kelembaban udara yang tinggi memudahkan terjadinya kondensasi dan presipitasi. Proses kondensasi dan presipitasi terjadi apabila udara yang lembab itu mengalami penaikan sampai melewati tingkatan kondensasi.
Pada praktikum kali ini mengukur kelembaban nisbi di tanah sawah, tegalan dan kebun campur. Kelembaban nisbi sendiri menurut chambers (1978) adalah perbandingan jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung pada suhu dan tekanan tertentu. Satuannya adalah persentase. Bila suhu udara berubah, kapasitas udara untuk mengandung uap air bertambah. Atau dengan kata lain kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. (Handoko, 1994).
Kelembaban udara adalah persentase kandungan uap air dalam udara. Semua uap air yang ada dalam udara itu berasal dari penguapan. Penguapan adalah perubahan fase cair menjadi fase uap air yang ringan. Untuk menguapkan air diperlukan panas. Sedangkan kelembaban melepaskan panas. Penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan airyang terbuka akan tetapi juga melalui pori-pori tanah dan pori-pori tumbuh-tumbuhan. Penguapan melalui tiga tempat tadi disebut Evaporasi. Jumlah uap airyang ada dalam atmosfer dapat dinyatakan dengan berbagai ukuran yaitu: (1) kelembaban mutlak, (2) kelembaban spesifik dan (3) kelembaban relatif/nisbi (Lakitan, B. 1994).
Kelembapan nisbi menurut tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air aktual di suatu tempat ditentukan oleh ketersediaan air dan energi untuk menguapkannya (Usmadi, 2009).
Berdasarkan data pengamatan yang didapat, kelembaban nisbi pada tanah sawah maksimum 100%, dan minimum pada 52%, sedangkan pada tanah tegalan kelembaban nisbi maksimum 100%, dan kelembaban nisbi minimum 76%. pada kebun campur kelembaban nisbi maksimum 100% dan kelembaban nisbi minimum 19%. Dari hasil pengamatan dan kurva masing-masing lahan. Kelembaban nisbi pada kebun campur yang minimumnya paling tinggi, karena pada kebun campur banyak pohon-pohon besar yang tajuknya saling menutupi sehingga keadaan di sekitar tetap lembab dengan kondisi yang rimbun menghalangi radiasi sinar matahari sehingga kondisinya tetap lembab. Meski begitu seharusnya kelembaban maksimal terbesar juga dimiliki oleh kebun campur, tetapi terjadi pennyimpangan yaitu didapat hasil tertinggi pada sawah hal ini bisa karena beberapa hal seperti permasalahan teknik pada alat, cuaca dan ketidak telitian praktikan saat melihat skala bola basah bola kering juga karena psikhrometer tidak standby di tempat atau lahan pengamatan seningga butuh penyesuaian saat akan digunakan untuk mengukur pada lahan yang diinginkan dan butuh waktu, sedangkan toleransi untuk penyesuaian psikhrometer hanya sekitar 5 menit. Jadi kelembaban yang terukur tidak akurat.
Bila dikaitkan dengan penerimaan radiasi matahari di bumi maka akan ada pola sebaran kelembapan uadara yang berbeda anatara siang dan malam hari. Pada siang hari energi radiasi matahari yang cenderung kuat, akan meningkatkan suhu udara. Pada kondisi tersebut bila tekanan uap aktual di udara tetap maka kelembapan relatif udara akan berkurang (rendah). Demikian sebaliknya pada malam hari. Kelembapan relatif yang tingi pada pagi hari pada saat suhu udara mencapai titik suhu terendah (lihat neraca radiasi & pola suhu pd perkuliahan sebelumnya) bila bersentuhan dengan benda yang suhunya lebih rendah dari titik embun akan terbentuk embun. Selain itu data pengamatan ini sesuai dengan apa yang dikatakan Guslim (1987). Hal ini sesuai dengan literatur Guslim, dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari dan variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari. Selain itu hal ini diperkuat oleh Lakitan ( 1994 ) yang menyatakan bahwa kelembaban udara lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena penamabahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan.

KESIMPULAN

Kelembaban nisbi adalah perbandingan jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung pada suhu dan tekanan tertentu.
Kelembaban nisbi pada tanah sawah maksimum 100% dan minimum 52% sedangkan pada tanah tegalan kelembaban nisbi maksimal 100%, dan kelembaban nisbi minimum 76%, pada kebun campur kelembaban nisbi maksimum 100% dan kelembaban nisbi minimum 19%.













DAFTAR PUSTAKA


Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor
Guslim, O.K Nazaruddin H, Roeswandi, A. Hamdan, dan Rosmayati. 1987. Klimatologi Pertanian. USU Press: Medan
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Pustaka jaya, Bogor.
Lakitan Benyamin. 1994. Dasar-dasar klimatologi. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta
Usmadi. 2009. “Agroklimatologi”. http://blogs.unpad.ac.id/Haus_Ilmu/wp-content/ uploads/ kelembapan_relatif_udara.pdf















ACARA V
PENGAMATAN PENGUAPAN AIR HARIAN
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui penguapan harian pada lahan sawah, dan tegalan selama 3 hari.
Mengetahui penguapan harian yang paling besar dari ketiga penggunaan lahan.


ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas tanah sawah, tanah tegalan, tanaman, air ledeng (sumur), borang pengamatan, dan alat pencatat. Alat yang digunakan adalah timbangan (ketelitian 5 gram), pot (ember) untuk menanam, cangkul, gayung, dan kertas label.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan sebuah timbangan kapasitas 25kg dan tiga pot (ember) berisi lk. 10 kg tanah (setara kering oven) tanah dari sawah dan tegalan.
Pada pot untuk tanah sawah diairi sehingga pada kondisi tergenang setebal lk. 5 cm dan pada pot yang lain (tegalan) disetel kadar airnya sekitar kapasitas lapangngan (field capacity).
Kemudian pada waktu yang tercatat (misalnya pkl. 16.00 WIB) ditimbang dan dicatat beratnya (B˳). Biarkan air tanah pada pot menguap selama 24 jam. Hari berikutnya pada waktu yang sama dilakukan penimbangan lagi yang kedua dan dicatat beratnya (Bι). Pekerjaan seperti ini dilakukan selama 3 hari dengan cara dan waktu yang sama.
Dihitung berapa tebal (mm atau cm) air yang menguap setiap hari dengan memerlukan luas permukaan tanah pada pot.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Data penguapan lahan tegalan

Tabel berat pot pada percobaan ditegalan

Ulangan Berat Tanah
(gr)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Hari ke – 3
1 8120 8070 8030
2 8340 8300 8210
3 8210 8170 8110
Rata – rata 8223.33 8180 8116.67

Tabel air yang menguap pada percobaan ditegalkan (hasil perhitungan)

Ulangan Penguapan
(mm)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Evaporasi total
1 0.07 0.06 0.13
2 0.06 0.13 0.18
3 0.06 0.08 0.14
Rata – rata 0.0633 0.09 0.15



Data penguapan lahan sawah

Tabel air yang menguap pada percobaan disawahkan (hasil perhitungan)
Ulangan Penguapan
(mm)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Evaporasi total
1 0,15 0,59 0,75
2 0,14 0,09 0,24
3 0,53 0,07 0,6
Rata – rata 0.2733 0.25 0.53

Grafik Evaporasi pada lahan sawah dan tegalan :




Pembahasan

Air dalam tanah juga dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan. Peristiwa ini disebut evapotranspirasi. Banyaknya berbeda-beda, tergantung dari kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuh-tumbuhan.
Secara umum Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embum dan sumber air lainnya. Karena transpirasi adalah proses evaporasi air dari permukaan tumbuhan, maka faktor-faktor iklim yang mempengaruhi evaporasi secara umum juga berpengaruh terhadap transpirasi. Kenyataan di lapangan kedua proses, evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi dari tumbuhan sulit dipisahkan, sehingga keduanya disebut evaporatranspirasi.
Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah bersama-sama disebut evapotranspirasi atau kebutuhan air. Jika air yang tersedia dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut evapotranspirasi potensial. Mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi itu banyak dan lebih sulit daripada faktor yang mempengaruhi evaporasi maka banyaknya evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan teliti. Akan tetapi evapotranspirasi adalah faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi. Oleh sebab itu maka telah banyak jenis dan cara penentuannya yang telah diadakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari, dan lain-lain yang saling berhubungan satu dengan yang lain (Sastrodarsono, 1987).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya evaporasi antara lain :
Kecepatan angin, makin cepat anginnya makin besar penguapan.
Temperatur, makin tinggi temperaturnya makin besar penguapannya.
Kelembaban relatif, udara yang makin besar kelembaban relatifnya penguapan makin kecil. (Wisnubroto, 1986)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi tersebut menurut Sudira, Putu( 2001) yaitu panas, suhu, udara, kapasitas kadar air dalam udara, udara di atas permukaan bidang penguapan, dan sifat alamiah bidang penguapan. Proses evaporasi dapat berlangsung pada permukaan tajuk vegetasi basah dan permukaan vegetasi tajuk kering, tetapi apabila berlangsung pada permukaan tajuk basah terutama vegetasi hutan maka proses akan lebih cepat dibandingkan yang terjadi pada vegetasi kering. Besarnya proses evaporasi pada tajuk vegetasi basah kemungkinan tidak dikendalikan oleh faktor keseimbangan radiasi matahari melainkan lebih ditentukan sebagai penampung energi adveksi yang berasal dari atmosfer.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada tanah sawah, tegalan di peroleh laju evaporasi sebesar:

Tegalan
Evaporasi terbesar adalah pada hari ke-2 pada ember 2 sebesar 0,13 mm, hal ini terjadi karena kelembaban udara yang terjadi pada tanah tersebut terkena panas lingkungan, sehingga penguapannya besar.

Sawah
Evaporasi terbesar adalah pada hari ke-2 pada ember 1 sebesar 0,59 mm, hal ini terjadi karena udara ketika itu bersuhu lebih tinggi dari sebelumnya, sehingga penguapan pun besar.

KESIMPULAN

Evaporasi merupakan proses penguapan air dari permukaan tanah menuju atmosfer.
Besarnya evaporasi ditentukan oleh suhu udara, suhu tanah, kejenuhan tanah, kelembaban nisbi tanah, dan kecepatan angin.
Besarnya evaporasi pada polibag dan ember untuk lahan sawah, tegalan, dan kebun campur selama 3 hari paling masksimal adalah 4.06 mm, 7.79 mm, dan 7.4 mm






DAFTAR PUSTAKA


Sosrodarsono, Suyono. 1987. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita: Jakarta

Sudira, Putu, 2001. Klimatologi. Fakultas Teknologi Pertanian. UGM: Yogyakarta

Waryono, dkk. 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. Bina Ilmu: Surabaya

Wisnubroto, Soekardi dkk. 1986. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Ghalia Indonesia: Jakarta







LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI










Oleh :

Angkatan II

Murtina Purba (A1L009083)




KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2010
ACARA I

PENGENALAN ALAT-ALAT PENGUKURAN UNSUR IKLIM / CUACA


TUJUAN :

Mengetahui cara kerja peralatan ukur unsur iklim / cuaca.
Mengetahui cara pengamatan unsur iklim / cuaca.
Mengetahui tata letak dan pemasangan peralatan ukur iklim / cuaca.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan adalah boring pengamatan dan bollpoint. Sedangkan alat yang digunakan adalah: (1) pengukur suhu udara minimum dan maksimum dan pengukur suhu tanah , (2) pengukur kelembaban nisbi udara, thermometer bola basah dan kering, (3) pengukur curah hujan tipe observatorium dan ototmatis, (4) pengukur lama penyinaran matahari, solarimeter Campbell Stockes, (5) pengukur kecepatan dan arah angin.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan suatu alat pengamatan cuaca atau datang dekat alat pengamatan cuaca dipasang.
Diamati letak alat pengamatan cuaca tersebut pada stasiun cuaca dan digambar secara skematik letak alat cuaca tersebut.
Digambar dan diberi keterangan bagian alat pengamatan cuaca yang diamati.
Dijelaskan prinsip kerja alat .
Dilakukan dengan cara yang sama untuk alat pengamatan cuaca lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Aktinograf


Gun Bellan


Campbell Stokes





Termometer Maksimum





Termometer minimum


Termometer biasa


Termometer tanah









Termohigrograf


Psikrometer standar


Ombrometer Observatorium



Penakar hujan Hellman


Penakar hujan Bendix


Penakar hujan Tilting Siphon


Penakar hujan Tipping Bucket


Evaporasi









Anemometer

Pembahasan

Dalam mengukur unsur cuaca/ iklim terdapat berbagai macam alat ukur antara lain alat pengukur suhu, termometer maximum-minimum, thermohygrograf, termometer biasa, termohydrometer dan termometer tanah. Thermohygrograf merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu sekaligus untuk mengukur kelembaban. Sedangkan termometer biasa ada dua yaitu: termometer alkohol dan air raksa.
Alat perekam penyinaran matahari yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tipe Campbell-stokes disertai dengan kertas pias yang berwarna biru.
Ada juga alat yang khusus untuk mengukur kecepatan angin yaitu Anemometer mangkok. Mengapa disebut sebagai Anemometer mangkok, karena alat ini mempunyai bagian berbentuk seperti mangkok yang berfungsi sebagai penerima dari daya gerak angin yang pada akhirnya akan menyebabkan bagian dalam dari alat ini akan berputar dan besar dari kecepatan angin tersebut akan tercatat pada kertas yang berada pada bagian dalam dari alat ini.
Alat yang terakhir adalah alat pengukur curah hujan yaitu Ombrometer otomatis. Sesuai dengan namanya alat ini bekerja secara otomatis, sebab alat ini dapat mencatat sendiri besarnya curah hujan tanpa harus mendapat perlakuan istimewa dari pengamat. Hal yang perlu diingat dalam pemasangan alat ini adalah jangan sampai ada penghalang yang menghalangi jatuhnya air hujan kedalam alat ini, sebab adanya penghalang akan mempengaruhi tingkat ketepatan pengukuran dari alat ini.
Pada pengukuran unsur-unsur cuaca atau iklim, alat-alat tersebut diatas mungkin masih sangat minim untuk dapat menyimpulkan keadaan suatu cuaca atau iklim yang sedang berlangsung, namun akan dapat mencapai hasil yang optimal apabila dalam waktu pengukuran sangat memperhatikan tentang faktor penempatan atau pemasangan alat serta ketelitian dalam membaca skala alat sehingga hasil pengukuran yang diperoleh akan mempunyai tingkat keseksamaan yang mendekati 100 %.
Pengukuran cuaca ataupun iklim dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu hal yang sangat penting keberadannya, sebab pengaruh-pengaruh yang mungkin ditimbulkannya sering menyebabkan masalah bagi hewan, tumbuhan maupun kesejahteraan manusia. Masalah tersebut merupakan tantangan bagi manusia, dimana manusia harus berusaha untuk mengatasinya yaitu dengan berusaha menghindari atau memperkecil pengaruh-pengaruh yang tidak menguntungkan bagi kehidupan manusia. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut :
Penyesuaian. Dalam hal ini manusia harus mengetahui tentang siklus iklim atau cuaca yang terjadi dari tahun ketahun, sebab hal ini mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dalam kaitannya dengan pemanfaatan suatu iklim atau cuaca pada masa yang bersangkutan.
Peramalan. Peramalan sendiri berarti perkiraan iklim atau cuaca pada suatu ketika berdasarkan perjalanan iklim atau cuaca tersebut pada waktu sebelumnya dalam jangka waktu yang lama.
Subtitusi. Dalam penerapannya dikehidupan sehari hari, manusia tidak kuarang akal apabila menghadapi suatu kondisi iklim atau cuaca yang kurang mendukung dalam usaha untuk mencapai kesejahteraan hidupnya
Modifikasi. Modifikasi merupakan usaha manusia dalam rangka menciptakan suatu model keadaan yang dapat mendukung bagi pencapaiaan kesejahteraan manusia.












KESIMPULAN

Pengukuran unsur iklim dan cuaca harus dilakukan dengan teliti. Serta diperhatikan cara kerja, pengamatan dan pemasangan alatnya.
Pengukuran unsur iklim dan cuaca meliputi pengukuran curah hujan, radiasi matahari, suhu dan kelembaban udara.
Tujuan dari diadakannya pengukuran unsur-unsur iklim atau cuaca adalah untuk mengetahui keadaan iklim atau cuaca yang sedang berlangsung sehingga manusia dapat optimal dalam memanfaatkan keadaan tersebut dan dapat memprediksi keadaan iklim atau cuaca dimasa yang akan datang demi mencapai kesejahteraan manusia.
















DAFTAR PUSTAKA


Urip Muhammad, Hassan. 1970. Dasar-Dasar Meteorologi Pertanian. Jakarta: PT. Soeroengan.
Waryono, dkk. 1987. Pengantar meteorologi dan Klimatilogi. Surabaya: PT. Bina Ilmu.





















ACARA II
PENGAMATAN SUHU UDARA
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui suhu udara diatas (ketinggian 1,2m) lahan sawah, tegalan, dan kebun campur setiap jam selama 3 hari.
Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu udara maksimum dan minimum di atas (ketinggian 1,2m dan 2 m lahan sawah, tegalan, dan kebun campur.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas boring pengamatan suhu udara dan alat pencatat, dan laha sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah thermometer bola basah dan bola kering, dan thermometer udara.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan semacam tongkat kayu pada masing – masing penggunaan lahan.
Diletakkan (digantungkan) thermometer pada tongkat tersebut, pada masing – masing penggunaan lahan pada ketinggian 120cm dan 200cm. Thermometer tersebut dihindarkan agar tidak terkena radiasi atau sinar matahari langsung.
Dicatat suhu udara setiap jam selama 3 hari (lembar pencatatan ada di bagian lampiran).
Dibuat grafik hubungan antara suhu udara (sumbu y) dan waktu (sumbu x). Kemudian ditentukan besarnya dan waktu suhu maksimum dan minimum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Suhu udara pada lahan sawah

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
16.00 25 25 05.00 23 23
17.00 25,5 25 06.00 23,8 24
18.00 24,5 24 07.00 24,5 24
19.00 24 24 08.00 27 26
20.00 24 24 09.00 30,5 30
21.00 23,5 23,5 10.00 31 31
22.00 23,5 23,5 11.00 32 32
23.00 23 23,5 12.00 23,5 24
00.00 23,5 23 13.00 24,5 25
01.00 24 23,5 14.00 25 27
02.00 23,5 23,5 15.00 24,5 26,5
03.00 23 23 16.00 25 25
04.00 23,5 23,5 17.00 24,5 24.5
Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan(℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
18.00 24,5 24,5 06.00 24,5 24,5
19.00 24 24 07.00 23,5 23,5
20.00 24 24 08.00 24 24
21.00 23 23 09.00 27 27
22.00 23,5 23,5 10.00 29,5 29,5
23.00 23 23 11.00 30 30
00.00 23,5 23,5 12.00 29,5 29,5
01.00 23 23 13.00 29 29
02.00 24,5 24,5 14.00 28 28
03.00 24 24 15.00 28 28
04.00 24 24 16.00 23 23
05.00 23 23

Suhu udara pada lahan tegalan

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu permukaan (℃)
1,2m 2m 1,2m 2m
17.00 25,5 26 18.00 24 24
18.00 24 25 19.00 24 24
19.00 25 25 20.00 24 24
20.00 24 25 21.00 24 24
21.00 24 24 22.00 23,5 24
22.00 24 24 23.00 23,5 24
23.00 23 24 00.00 23 24
00.00 24 24 01.00 23 24
01.00 25 24,5 02.00 23 24,5
02.00 23,5 24,5 03.00 23 24
03.00 23 24 04.00 23 23
04.00 24 24 05.00 23 24
05.00 23 23 06.00 24 25
06.00 24 25 07.00 25 26
07.00 25 25 08.00 28 28
08.00 28 28 09.00 30 30
09.00 31 31 10.00 32 32
10.00 32,5 32,5 11.00 30 30
11.00 32,5 33 12.00 30 30
12.00 31 32 13.00 23 24
13.00 24 24 14.00 23,5 24
14.00 24 24 15.00 23,5 24
15.00 23,5 24 16.00 23 24
16.00 23 23 17.00 24 24
17.00 24 24

Suhu udara pada lahan kebun campur

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
16.30 25 26 17.30 24,5 25
17.30 25,5 25,5 18.30 25 24
18.30 25 25,5 19.30 24 25
19.30 24,5 25,5 20.30 24,5 25
20.30 24,5 25,5 21.30 25 25
21.30 24 25 22.30 24,5 25
22.30 25 25 23.30 25 25
23.30 25 25 00.30 24 24
00.30 25 25,5 01.30 24 25
01.30 25 25 02.30 24 25
02.30 25 25 03.30 24 25
03.30 24 25 04.30 24,5 24,5
04.30 24,5 25 05.30 24 25
05.30 24 25 06.30 25 25
06.30 25 25,5 07.30 26 27
07.30 26 26 08.30 27 28
08.30 28 28 09.30 29 30
09.30 30 31 10.30 31 30,5
10.30 32 31,5 11.30 30 30
11.30 33,5 34 12.30 25 25
12.30 31 26 13.30 24 24,5
13.30 25 25 14.30 24,5 25
14.30 24,5 24,5 15.30 24,5 24
15.30 24 24,5 16.30 24 24
16.30 24,5 25









Grafik Perbandingan antara kebun campur,tegalan dan sawah
pada ketingian 120 cm









Grafik Perbandingan antara kebun campur,tegalan dan sawah
pada ketingian 200 cm




Pembahasan

Agroklimatologi adalah ilmu iklim yang mempelajari tentang hubungan antara unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman. Yang dipelajari dalam agroklimatologi adalah bagaimana unsur-unsur iklim itu berperan di dalam kehidupan tanaman (http://mukhtarom-ali.blogspot.com, 2008).
Suhu merupakan suatu konsep yang tidak mudah didefinisikan. Di dalam “Glossary of Meteorologi” suhu disebutkan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan berbagai tipe thermometer. Suhu dengan panas berbeda, karena menurut hukum termodinamika, panas merupakan energy total dari pergerakan molekuler suatu benda.
Faktor luar dari suhu yang berpengaruh langsung yaitu suhu udara dan radiasi matahari. Karena variasi suhu yang ada di atmosfer sangat besar dikarenakan pergerakan udara sangat besar dan bebas (http://mukhtarom-ali.blogspot.com, 2008).
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap suhu udara pada tanah sawah, tegalan dan kebun campur. Dari data hasil pengamatan didapat suhu maksimal pada tanah sawah 320C dan suhu minimumnya 230C, sedang pada tanah tegalan suhu maksilmal adalah 32,50C, dan suhu minimumnya 230C. Sedangkan pada kebun campur suhu udara maksimum 34 0C dan suhu udara minimumnya 240C.
Grafik dari ketiga lahan tersebut menunjukan suhu dari pagi hari ke siang sekitar jam 11.00 naik dan menjelang pukul 17.00 mulai turun kembali hingga malam. Namun saat kondisi cuaca hujan atau mendung suhu udara turun dan saat cuaca cerah dan terik matahari mencapai titik maksimal suhu pun naik mencapai titik maksimal. Hal ini dijelaskan oleh Chambers (1978) pada bukunya klimatologi pertanian dasar bahwa rata-rata siklus harian suhu udara atau irama antara siangdan malam mengikuti suhu permukaan daratan dan menggambarkan neraca radiasi matahari datang dan neraca radiasi bumi yang keluar. Sejak matahari terbit hingga pukul 14.00-16.00 apabila energi radiasi yang diterima lebih cepat dari hilangnya radiasi, maka kurva suhu udara biasanya naik. Pada pukul 02.00 atau 04.00 hingga matahari terbit pada esok harinya, bila radiasi bumi yang hilang lebih besar daripada yang diterima, kurva bisa menurun. Suhu bumi tertinggi biasanya terjadi pada pukul 13.00-15.00, tidak berimpitan dengan radiasi matahari maksimum (pukul 12.00 tengah hari). Keterlambatan ini terjadi karena suhu terus menerus naik selama jumlah radiasi matahari yanag diterima melampaui radiasi bumi yang keluar, penerimaan energi mulai menurun lewat tengah hari tetapi masih melampaui energi yang hilang sampai kira-kira pukul 15.00, dan baru pada waktu itu suhu tidak naik lagi. Ketinggian termometer ditempatkan.
Semua suhu rata-rata bulanan, semusim, setahun atau periode tahun yang panjang dibentuk dari suhu rata-rata harian sebagai satuan dasar. Walaupun suhu udara rata-rata harian bervariasi mengikuti suhu permukaan bumi, kisaran paling besar terdapat didekat permukaan bumi dan kisaran mengecil bila menjauhi permukaan bumi. Kisaran harian besar pada hari yang cerah daripada hari-hari yang tertutup awan. Pada hari yang cerah, radiasi cepat sekali memanaskan bumi yang padat, dan kemudian memanaskan udara diatasnya. Pada malam yang cerah pula radiasi keluar dengan cepat dari bumi mengakibatkan pendinginan yang besar. Langit yang tertutup awan mengurangi radiasi matahari yang diterima, kemudian pemanasan pada siang hari dan pendinginan pada malam hari terhalang. Pendinginan yang berkurang pada malam hari mengakibatkan kurva harian agak mendatar. Dari penjelasan diatas telah diperoleh sebab mengapa pada cuaca cerah suhu udara lebih tinggi daripada cuaca mendung atau hujan, selain itu perubahan suhu pada cuaca yang berlainan karena intensitas radiasi matahari saat cuaca mendung dan tertutup awan terhalang sehingga mempengaruhi panas buni dan mempengaruhi radiasi bumi mengakibatkan berubahnya suhu udara. Sedangkan Apada saat cuaca cerah dan tidak berawan radiasi sinar matahari ke bumi tidak terhalang(Bourke, 1968).
Selain itu penyebaran suhu diatas permukaan bumi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
Jumlah radiasi yang diterima per hari, per musim dan per tahun
Telah dijelaskan sebelumnya
Pengaruh daratan dan lautan
Pengaruh elevasi
Semakin tinggi suatu tempat dari atas permukaan laut maka semakin rendah suhunya.
Pengaruh dari aspek
Pengaruh panas laten
Pengaruh angin
Adveksi merupakan pengangkutan dari sifat atmosfer oleh pergerakan udara arah horizontal (Chambers, 1978).

KESIMPULAN

1. Suhu merupakan suatu konsep yang tidak mudah didefinisikan.Suhu disebutkan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan berbagai tipe thermometer.
2. Penyebaran suhu diatas permukaan bumi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: Jumlah radiasi yang diterima per hari, per musim dan per tahun. Pengaruh daratan dan lautan merupakan pengaruh elevasi Semakin tinggi suatu tempat dari atas permukaan laut maka semakin rendah suhunya.







DAFTAR PUSTAKA


Bourke, P.M.A., 1968. Introductoin The Aims Of Agrometeorologi In Agroklimatological Metthods, Proc, Of Reading Stmposium; UNESCO
Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor; Bogor
.2008. Agroklimatologi. http://mukhtarom-ali.blogspot.com /2008/02/ agroklimatologi. html


















ACARA III
PENGAMATAN SUHU TANAH
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui suhu tanah pada lahan sawah, tegalan dan kebun campur pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm setiap jam selama 3 hari
Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu tanah maksimum dan minimum pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm setiap jam selama 3 hari.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas boring pengamatan suhu tanah pada beberapa kedalaman, alat pencatat, lahan sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah thermometer dan lubang – lubang tanah berpralon.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan tempat pengamatan suhu tanah pada masing-masing penggunaan lahan dengan cara membuat lubang (membor) tanah menurut kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm dan dipasang pralon pada lubang tersebut supaya tidak tertimbun tanah.
Diletakkan termometer pada masing-masing lubang tanah tersebut pada masing-masing lubang tanah tersebut pada masing-masing penggunaan lahan, dihindarkan termometer dari injakan kaki.
Dicatat suhu tanah setiap jam selama 3 hari dengan intensitas satu jam sekali dengan melihat suhu termometer pada setiap kedalaman.
Dicatat hasilnya dan dibuat kurva.


HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Hasil Pengamatan
Suhu tanah pada lahan sawah
Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5cm 25cm 50cm 75cm 100cm
16.00 26,5 27,5 29 29,5 29
17.00 27 28 29,5 30 29
18.00 27 26,5 27 29 28,5
19.00 28 29 27 28 28
20.00 27 29 28 29 28
21.00 28 29 28 28 28,5
22.00 26,5 28 28 28 28,5
23.00 27 24 28 23 29
00.00 26,5 29 27 28 29
01.00 26,5 29 28 28 29
02.00 28 29 28 29 29
03.00 26,5 29 28 28 29
04.00 27 29 29 29 29
05.00 26 28 28 28 29
06.00 26 28 27 27 28
07.00 26 28 27,5 27,5 28,5
08.00 28 27 25,5 27 28,5
09.00 29 29 28 28,5 29
10.00 31 29 28 28,5 29,5
11.00 32,5 28,5 28 28,5 29
12.00 32 29 28 28 29
13.00 30 28 27 28,5 29
14.00 28 29 27 28,5 29,5
15.00 28 26 26 28 28,5
16.00 27,5 29 26 26 27
17.00 28 28,5 25,5 27 26
18.00 29 27 29 28 29
19.00 29 27 28 28,5 29
20.00 29 27 28 28 29
21.00 28 30 28 29 29
22.00 28 29,5 29 29 30
23.00 26 29 28 28 29
00.00 27 29,5 28 28,5 29,5
01.00 27 30 29 29 29,5
02.00 26,5 29,5 28 28,5 29,5
03.00 27 29 28 28,5 29
04.00 26 29 28,5 28,5 29
05.00 26 28 28 28 29
06.00 26 29 28 28 28,5
07.00 26 29 27,5 28 29
08.00 28,5 29 28 29 29
09.00 29 29 28,5 29 29
10.00 31 29 28 28 29
11.00 32 28,5 28 28,5 29
12.00 31 28 27,5 28 29
13.00 31 28 27 28 28,5
14.00 30 27 26 27,5 28
15.00 29 27,5 25 26 27
16.00 28 28,5 25,5 27 26

Suhu tanah pada lahan tegalan
Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5 cm 25 cm 50 cm 75 cm 100 cm
17.00 28,5 oC 28 oC 29 oC 28 oC 29 oC
18.00 28 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
19.00 27 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
20.00 27,5 oC 28,5 oC 28 oC 27,5 oC 28,5 oC
21.00 27 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
22.00 27 oC 29 oC 28 oC 27 oC 28 oC
23.00 24 oC 28 oC 28 oC 27 oC 28 oC
00.00 26 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
01.00 26 oC 29 oC 28 oC 27,5 oC 28,5 oC
02.00 26 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 28,5 oC
03.00 26 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
04.00 26 oC 28,5 oC 28 oC 27 oC 28 oC
05.00 25,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28 oC
06.00 26 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
07.00 26,5 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 28,5 oC
08.00 27,5 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
09.00 30 oC 28,5 oC 29 oC 28 oC 29 oC
10.00 31,5 oC 28,5 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
11.00 32 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
12.00 34 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC
13.00 31 oC 28,5 oC 28 oC 29 oC 28,5 oC
14.00 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC 28 oC
15.00 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC 28 oC
16.00 27 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
17.00 28 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
18.00 28 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
19.00 28 oC 29 oC 28 v 28 oC 29 oC
20.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28 oC
21.00 26,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28 oC
22.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
23.00 26 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC 28,5 oC
00.00 25,5 oC 29 oC 28 oC 28,5 oC 29 oC
01.00 25,5 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC 28,5 oC
02.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28 oC
03.00 26 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC
04.00 25 oC 28 oC 28 oC 27 oC 28 oC
05.00 25 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC
06.00 26 oC 28,5 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC
07.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
08.00 28 oC 29 oC 28 oC 29 oC 29 oC
09.00 29 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 29 oC
10.00 31 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
11.00 31 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
12.00 31,5 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
13.00 26 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
14.00 26,5 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
15.00 27 oC 28 oC 26,5 oC 25,5 oC 27,5 oC
16.00 27 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
17.00 27 oC 26 oC 27 oC 26 oC 28 oC

Suhu tanah pada lahan kebun campur

Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5cm 25cm 50cm 75cm 100cm
16.30 28 26 26 27 26
17.30 28 26 26 27 26
18.30 27 27 26 26,5 26
19.30 27 26,5 26,5 27 26
20.30 27 27 27 27 26,5
21.30 26 27 27 27 26
22.30 26 27 26 27 26
23.30 26 27 27 27 26
00.30 26 27 27 27 26
01.30 26 27 27 27 26
02.30 26 27 26 27 26
03.30 26 27 26 27 26
04.30 26 27 27 27 26
05.30 26 27 26 27 26
06.30 27 26 26 27 26
07.30 26,5 27 25,5 27 26
08.30 27 26,5 26,5 27 26
09.30 28 27 26,5 27 26
10.30 28 27 26,5 27 26
11.30 31,5 28 27 27 26
12.30 31 27 26,5 27 26,5
13.30 30 27 27 27 26,5
14.30 28,5 27 26,5 26,5 26
15.30 27,5 26,5 26,5 26,5 26
16.30 27 27 27 27 26
17.30 27 27 27 27 26
18.30 27 27 27 27 26
19.30 27 27 27 27 26
20.30 26,5 27 26,5 27 26
21.30 26,5 27 26 27 26
22.30 26,5 27 27 27 26
23.30 26 27 26 27 26
00.30 26 27 26 27 26
01.30 26 27 27 27 27
02.30 26 27 27 27 26
03.30 26 27 27 27 27
04.30 27 27 27 26 26
05.30 25,5 27 26 27 26
06.30 26 27 26 27 26
07.30 26 26 26 27 26
08.30 27 27 27 27 26
09.30 27,5 27 27 27 26,5
10.30 28 27 27 27 26
11.30 28 27 27 27 26
12.30 25,5 26 26,5 27 26
13.30 26 26,5 26 27 26
14.30 26 26 26,5 27 26,5
15.30 26 26 26,5 27 26,5
16.30 26 26 26,5 27 26,5















Grafik :















Pembahasan.
Praktikum agroklimatologi acara pengukuran suhu tanah ini dilakukan dengan mengukur suhu tanah sawah, tegalan dan kebun campur dengan kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm menggunakan termometer. Cara yang dilakukan praktikum ini sudah mendekati anjuran dari komite meteorologi sedunia (1955) yang menganjurkan bahwa kedalaman standard untuk mengukur suhu tanah adalah 5, 10, 20, 50 dan 100 cm. Pengukuran suhu di bawah permukaan tidak seteliti diatas permukaan karena perubahan yang cepat dihalangi oleh kapasitas panas tanah. Oleh karena itu untuk kebanyakan tujuan pertanian, pengukuran maksimum dan minimum harian suhu dianggap memadai terutama pada kedalaman yang besar(Chambers, 1978).
Suhu tanah sering memberikan pengaruh yang lebih penting dari pada suhu udara untuk pertumbuhan tanaman. Suhu tanah, terutama suhu ekstrim akan mempengaruhi perkecambahan biji, aktifitas akar, kecepatan dan umur tanaman serta terjadinya keganasan penyakit tanaman. Sedangkan suhu udara dianggap memberikan pengaruh yang besar pada fase reproduktif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tanah sendiri adalah tipe dan keadaan tanah maupun jumlah energi yang diterima. Faktor-faktor berikut dapat dianggap berpengaruh walaupun sering faktor-faktor ini secara bersama-sama memberikan pengaruh. Faktor-faktor tersebut meliputi :
A Faktor luar, seperti
Radiasi matahari
Awan
Curah hujan
Temperatur udara
Angin
Kelembaban udara

B. Faktor dalam, seperti
Tekstur tanah
Kadar air tanah
Kandungan bahan organik
Warna
Struktur tanah, pengolahan tanah dan kepadatan tanah
C. Faktor topografi :
Aspek
Kemiringan lereng
Permukaan air tanah
Vegetasi
(Bourke, 1968)

Selain faktor-faktor tersebut diatas suhu tanah juga dipengaruhi oleh pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang menggemburkan bagian atas dari lapisan tanah akan mengurangi pengaliran panas antara permukaan tanah dan lapisan bawahnyanya.
Kecepatan pengaliran panas tanah tergantung dari gradien suhu dan daya hantar panas. Daya hantar panas adalah jumlah panas yang mengalir per satuan waktu apabila perbedaan suhu diantar dua bidang datar berhadapan dipertahankan sebesar 1 satuan (Hillel, 1967).
Suhu tanah juga perlu diukur, karena suhu tanah ini sangat mempengaruhi mikroflora dan mikrofauna yang terkandung dalam tanah yang menguntungkan dan menyuburkan tanah setempat. Suhu tanah ini dipengaruhi oleh intensitas radiasi matahari. Intensitas radiasi matahari yang diterima oleh bumi dipengaruhi oleh ketinggian suatu tempat terhadap matahari dan tebal tipisnya lapisan ozon di atmosfer. Semakin dekat kedudukannya terhadap matahari, maka intensitas cahaya matahari yang diserap tanah akan semakin tinggi sehingga suhu permukaan tanah biasanya akan semakin tinggi. Cahaya matahari yang sampai ke permukaan tanah dipengaruhi oleh rapat tidaknya vegetasi tanah tersebut. Jika vegetasinya sangat rapat atau bahkan tertutup sama sekali, hal ini dapat mengurangi masuknya radiasi matahari ke permukaan tanah, selain menghalangi proses penguapan tanah (evaporasi berkurang), hal ini dapat menyebabkan tanah menjadi basah dan kelembaban tanah menjadi tinggi. Apabila vegetasi yang rapat tersebut dibuka, maka radiasi matahari akan masuk ke permukaan akan menaikkan suhu permukaan tanah dan menyebabkan penguapan.
Jika suhu tanah terlalu tinggi (ekstrim) bisa mematikan mikroflora dan mikrofauna tersebut sehingga tanah menjadi tidak subur, selain itu dapat mengganggu aktivitas fotosintesis, dan respirasi tumbuhan (http://efrin4mzil.blogspot.com, 2009)
Data dari hasil praktikum pada lahan sawah , tegalan dan kebun campur, dari data dan grafik yang diperoleh pada tegalan suhu pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 suhunya naik turun tidak teratur begitu juga dengan sawah dan kebun campur. Jika dibandingkan dengan referensi seharusnya semakin dalam kedalaman tanah, suhunya semakin turun karena kontak dengan udara dan radiasi matahari semakiin kecil. Selain itu faktor kelembaban tanah yang semakin dalam semakin lembab mengakibatkan suhu juga semakin kecil. Namum pada kenyataannya saat praktikum pada ketiga lahan baik sawah, tegalan dan kebun campur tidak demikian, suhu tidak teratur, terkadang suhu pada 100 cm lebih tinggi dari 75 dan 50 tetapi sebaliknya.
Hal-hal yang menyimpang dari teori ini diakibatkan alat pengukur suhu atau termometer yang digunakan bukan alat khusus untuk mengukur suhu tanah sehingga kurang akurat. Selain itu adanya faktor-faktor bahan penghantar panas seperti lempengan-lempengan logam dan lain-lain seperti yang dibahas menurut teori terdapat pada kedalaman tanah tertentu mengakibatkan suhu yang terukur terkontaminasi sehingga tidak murni, selain itu kesalahan diakibatkan saat pengamatan yang kurang teliti dan kerena saat melihat skala termometer di permukaan tanah terlalu lama sehingga suhunya langsung berubah. Terlebih lagi pada tanah tegalan penempatan termometer pada kedalaman 5 cm dalamnya tidak mencapai 5cm sehingga suhu tanah berbeda tipis bahkan melebihi suhu udara.
Menurut data pengamatan dan kurva suhu tanah pada tiap kedalaman. Suhu tanah pada kebun campur lebih rendah dari suhu tanah tegalan dan sawah, hal ini diakibatkan karena pada kebun campuran tanahnya tertutup oleh tumbuhan penutup tanah (rumput) sehingga kelembabannya lebih besar dan suhunya lebih rendah daripada sawah dan tegalan, selain itu pada kebun campuran banyak pohon besar yang menutupi atau menghalangi sinar matahari menyentuh tanah secara langsung mengakibatkan radiasi sinar matahari ke tanah berkurang. Selain itu kandungan bahan organik, serta tekstur tanah berpengaruh terhadap suhu tanah seperti apa yang dijelaskan chambers (1987) jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu bervariasi, tanah berhumus mempunyai kapasitas panas yang jauh lebih rendah dibandingkan kapasitas panas tanah mineral karena kerapatan humus rendah. Tapi dalam keadaan lapang, tanah organik dan tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai kapasitas panas dan kapasitas menahan air yang tinggi.
Kecepatan pengaliran panas tanah tergantung dari gradien suhu dan daya hantar panas. Daya hantar panas adalah jumlah panas yang mengalir persatuan waktu. Daya hantar panas ditentukan oleh porositas, kadar air dan bahn organik. Di lapangan tanah bertekstur halus mempunyai kadar air tinggi yang memperbesar pertambahan daya hantar panas.
Dari hasil pengamatan diperoleh juga suhu tanah pada sawah untuk semua kedalaman secara garis besar lebih tinggi dari suhu tanah tegalan hal ini diakibatkan karena pada tanah sawah yang digunakan selalu terendam air dan dekat dengan sungai radius 0,5 m. Sehingga suhunya lebih tinggi dari tegalan. hal ini diakibatkan karena pada siang hari air lebih cepat panas daripada daratan sehingga suhu tanahnya pun lebih tinggi, hal ini dikerenakan panas pada daratan atau tegalan dalam hal ini bergerak secaca konduksi dengan bantuan udara, sedangkan udara juga menjadi penghambat panas karena udara merupakan penghantar panas yang jelek. Lain halnya dengan tanah sawah yang selalu tergeng air dan dekat dengan sungai. Air yang diam panasnya bergerak secara molekuler, sedangkan pada sungai yang dekat dengan area pengamatan panas bergerak secara vertikal hal ini lebih baik daripada seecara molekuler. Hal ini yang mengakibatkan suhu tanah sawah lebih panas daripada suhu tegalan. namun, lain kejadiannya saat malam hari seharusnya suhu tanah tegalan lebih panas daripada suhu sawah. Karena tegalan yang tidak tergenag air lebih lama untuk mengalami pendinginan daripada tanah sawah yang tergenag air tiap saat. Namun pada kenyataan di lapangan tidak demikian. Hal ini karena saat pengukuran praktikan kurang teliti dan alat yang digunakan bukan alat khusus. Hal lain karena cuaca yang tidak menentu saat dilakukannya pengamatan.


KESIMPULAN

Suhu tanah sawah pada semua kedalaman > tanah tegalan > kebun campur.
A.Suhu maksimum tanah sawah.(0C)
5 cm =32,5 ; 25 cm =29,5 ; 50 cm =29,5 ; 75=30 ; dan 100 cm =29,5
Suhu minimumnya
5 cm =26 ; 25 cm =24 ; 50 cm =25 ; 75 =23 ; dan 100 cm =26
B. Suhu maksimum tanah tegalan.(0C)
5 cm =31,5 ; 25 cm =29 ; 50 cm =29 ; 75 =29 ; dan 100 cm =29
Suhu minimumnya
5 cm =24 ; 25cm =26 ; 50cm =26,5 ; 75cm =25,5 ; dan 100cm =28
C. Suhu maksimum kebun campur .(0C)
5 cm =29 ; 25cm =28 ; 50cm=27 ; 75cm=27 dan 100 cm =27
Suhu minimumnya
5 cm =25 ; 25 cm =26 ; 50 cm =26 ; 75 =26 ; dan 100 cm =2



DAFTAR PUSTAKA


Bourke, P.M.A., 1968. Introductoin The Aims Of Agrometeorologi In Agroklimatological Metthods, Proc, Of Reading Stmposium: UNESCO
Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor
Hillel, D. 1971. Soil And Water Physical Principles And Processes. Academic Press: New York and London
.2009.“Agroklimatologi”.http://efrin4mzil.blogspot.com/2009/03/ agroklimatologi. html















ACARA IV
PENGAMATAN KELEMBABAN NISBI
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR

TUJUAN

Mengetahui kelembaban nisbi udara di atas lahan sawah, tegalan, dan kebun campur setiap jam selama 3 hari.
Mengetahui saat (waktu) kelembaban nisbi udara maksimum dan minimum di atas lahan sawah, tegalan, dan kebun campur.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas borang pengamatan kelembaban nisbi, alat pencatat, lahan sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah psychrometer yang terdiri atas thermometer bola basah dan kering, dan table pengamatan kelembaban nisbi.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan tiang setinggi kira-kira 1,2 m.
Disiapkan psikhrometer yang pada tangki termometer bola basah sudah diberi air.
Psikhrometer diletakkan (digantungkan) pada tiang dan ditunggu selama kurang lebih 5 menit.
Setelah kurang lebih 5 menit diamati suhu pada termometer bola kering dan bola basah kemudian lihat kelembaban nisbi udara psikhrometer dengan cara membaca indeks(penjurus) dari hasil penghimpitan suhu termometer bola basah dan bola kering.
Pengamatan dilakukan selama 3 hari dengan intensitas pengamatan 1 jam sekali.
Dibuat kurva.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Kelembaban nisbi pada lahan sawah
Waktu
(pukul) TBK
(℃) TBB
(℃) Kelembaban Nisbi Waktu
(pukul) TBK (℃) TBB (℃) Kelembaban Nisbi
16.00 26,5 25 86% 17.00 25 23 81%
17.00 27 25,5 86% 18.00 27 23.5 70%
18.00 26 25 90% 19.00 26,5 23,5 73%
19.00 25,5 24,5 90% 20.00 26 24 82%
20.00 25 24 90% 21.00 24 24 100%
21.00 24,5 24 95% 22.00 24,5 23,5 90%
22.00 24,5 24 95% 23.00 23 23,5 95%
23.00 24,5 24 95% 00.00 23,5 23,5 100%
00.00 24.5 24 95% 01.00 23,5 23 95%
01.00 25 24,5 95% 02.00 24,5 23,5 90%
02.00 24,5 24 95% 03.00 24 23,5 95%
03.00 24.5 24 95% 04.00 24 23,5 95%
04.00 24,5 24 95% 05.00 23.5 22,5 90%
05.00 24 23,5 95% 06.00 24 24 100%
06.00 25 24,5 95% 07.00 5 24,5 95%
07.00 25,5 24,5 90% 08.00 26,5 26 95%
08.00 27,5 26,5 91% 09.00 30 28,5 87%
09.00 31,5 28 72% 10.00 31 28 75%
10.00 29 23 54% 11.00 30 27.5 79%
11.00 34 28 57% 12.00 30 25 61%
12.00 25 24 90% 13.00 30 24 52%
13.00 25 24,5 86% 14.00 29 24 60%
14.00 24,5 24 95% 15.00 28,5 25 71%
15.00 24 24 100% 16.00 23 23 100%
16.00 26 24,5 86%


Kelembaban nisbi pada lahan tegalan
Waktu
(pukul) TBK TBB Kelembaban Nisbi

17.00 26 oC 25 oC 90 %
18.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
19.00 25 oC 24 oC 90 %
20.00 24 oC 23,5 oC 95%
21.00 24 oC 24 oC 100 %
22.00 24 oC 23,5 oC 95 %
23.00 23 oC 23 oC 100 %
00.00 24 oC 24 oC 100 %
01.00 24 oC 24 oC 100 %
02.00 23,5 oC 23 oC 95 %
03.00 23,5 oC 23 oC 95 %
04.00 24 oC 24 oC 100 %
05.00 23 oC 23 oC 100 %
06.00 25 oC 24,5 oC 95 %
07.00 25,5 oC 25 oC 95 %
08.00 28,5 oC 27,5 oC 91 %
09.00 33 oC 31,5 oC 88 %
10.00 34,5 oC 32,5 oC 84 %
11.00 34,5 oC 31,5 oC 76 %
12.00 33 oC 30 oC 76 %
13.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
14.00 24 oC 24 oC 100 %
15.00 24 oC 23,5 oC 95 %
16.00 23 oC 23 oC 100 %
17.00 24 oC 24 oC 100 %
18.00 23 oC 23 oC 100 %
19.00 23 oC 23 oC 100 %
20.00 24 oC 24 oC 100 %
21.00 24 oC 24 oC 100 %
22.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %
23.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %
00.00 23 oC 23 oC 100 %
01.00 23 oC 23 oC 100 %
02.00 23,5 oC 23,5 oC 100%
03.00 23 oC 23 oC 100 %
04.00 23 oC 23 oC 100 %
05.00 23 oC 23 oC 100 %
06.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
07.00 25 oC 25 oC 100 %
08.00 27,5 oC 27,5 oC 100 %
09.00 31 oC 30 oC 91 %
10.00 33 oC 31 oC 83 %
11.00 31 oC 29 oC 83 %
12.00 30,5 oC 28,5 83 %
13.00 25 oC 24 oC 90 %
14.00 24 oC 24 oC 100 %
15.00 24 oC 24 oC 100 %
16.00 23 oC 23 oC 100 %
17.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %









Kelembaban nisbi pada lahan kebun campur

Waktu (pukul) Kelembaban Nisbi
(D - W) % Waktu (pukul) Kelembaban Nisbi
(D - W) %
16.30 90 17.30 100
17.30 89 18.30 90
18.30 90 19.30 94.5
19.30 90 20.30 98
20.30 90 21.30 95
21.30 89 22.30 100
22.30 89 23.30 100
23.30 100 00.30 100
00.30 100 01.30 100
01.30 90 02.30 88
02.30 90 03.30 86
03.30 100 04.30 87
04.30 100 05.30 90
05.30 90 06.30 90
06.30 100 07.30 100
07.30 91 08.30 81
08.30 86 09.30 62
09.30 70 10.30 74
10.30 64 11.30 71
11.30 19 12.30 100
12.30 63 13.30 90
13.30 100 14.30 100
14.30 100 15.30 100
15.30 100 16.30 100
16.30 92






















Grafik :






Pembahasan
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. jumlah uap air dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer. Yaitu hanya kira-kira 2 % dari jumlah masa. Akan tetapi uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim ( Guslim, dkk., 1987 ). Kelembaban udara dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu :
Kelembaban absolut.
Kelembaban spesifik.
Tekanan uap.
Kelembaban relatif.

Faktor utama yang mempengaruhi kelembaban udara di suatu daerah adalah luas perairan laut dan angin yang berhembus di daerah itu. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut-laut yang sangat luas, maka kelembaban udaranya rata-rata tinggi. Kelembaban udara yang tinggi memudahkan terjadinya kondensasi dan presipitasi. Proses kondensasi dan presipitasi terjadi apabila udara yang lembab itu mengalami penaikan sampai melewati tingkatan kondensasi.
Pada praktikum kali ini mengukur kelembaban nisbi di tanah sawah, tegalan dan kebun campur. Kelembaban nisbi sendiri menurut chambers (1978) adalah perbandingan jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung pada suhu dan tekanan tertentu. Satuannya adalah persentase. Bila suhu udara berubah, kapasitas udara untuk mengandung uap air bertambah. Atau dengan kata lain kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. (Handoko, 1994).
Kelembaban udara adalah persentase kandungan uap air dalam udara. Semua uap air yang ada dalam udara itu berasal dari penguapan. Penguapan adalah perubahan fase cair menjadi fase uap air yang ringan. Untuk menguapkan air diperlukan panas. Sedangkan kelembaban melepaskan panas. Penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan airyang terbuka akan tetapi juga melalui pori-pori tanah dan pori-pori tumbuh-tumbuhan. Penguapan melalui tiga tempat tadi disebut Evaporasi. Jumlah uap airyang ada dalam atmosfer dapat dinyatakan dengan berbagai ukuran yaitu: (1) kelembaban mutlak, (2) kelembaban spesifik dan (3) kelembaban relatif/nisbi (Lakitan, B. 1994).
Kelembapan nisbi menurut tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air aktual di suatu tempat ditentukan oleh ketersediaan air dan energi untuk menguapkannya (Usmadi, 2009).
Berdasarkan data pengamatan yang didapat, kelembaban nisbi pada tanah sawah maksimum 100%, dan minimum pada 52%, sedangkan pada tanah tegalan kelembaban nisbi maksimum 100%, dan kelembaban nisbi minimum 76%. pada kebun campur kelembaban nisbi maksimum 100% dan kelembaban nisbi minimum 19%. Dari hasil pengamatan dan kurva masing-masing lahan. Kelembaban nisbi pada kebun campur yang minimumnya paling tinggi, karena pada kebun campur banyak pohon-pohon besar yang tajuknya saling menutupi sehingga keadaan di sekitar tetap lembab dengan kondisi yang rimbun menghalangi radiasi sinar matahari sehingga kondisinya tetap lembab. Meski begitu seharusnya kelembaban maksimal terbesar juga dimiliki oleh kebun campur, tetapi terjadi pennyimpangan yaitu didapat hasil tertinggi pada sawah hal ini bisa karena beberapa hal seperti permasalahan teknik pada alat, cuaca dan ketidak telitian praktikan saat melihat skala bola basah bola kering juga karena psikhrometer tidak standby di tempat atau lahan pengamatan seningga butuh penyesuaian saat akan digunakan untuk mengukur pada lahan yang diinginkan dan butuh waktu, sedangkan toleransi untuk penyesuaian psikhrometer hanya sekitar 5 menit. Jadi kelembaban yang terukur tidak akurat.
Bila dikaitkan dengan penerimaan radiasi matahari di bumi maka akan ada pola sebaran kelembapan uadara yang berbeda anatara siang dan malam hari. Pada siang hari energi radiasi matahari yang cenderung kuat, akan meningkatkan suhu udara. Pada kondisi tersebut bila tekanan uap aktual di udara tetap maka kelembapan relatif udara akan berkurang (rendah). Demikian sebaliknya pada malam hari. Kelembapan relatif yang tingi pada pagi hari pada saat suhu udara mencapai titik suhu terendah (lihat neraca radiasi & pola suhu pd perkuliahan sebelumnya) bila bersentuhan dengan benda yang suhunya lebih rendah dari titik embun akan terbentuk embun. Selain itu data pengamatan ini sesuai dengan apa yang dikatakan Guslim (1987). Hal ini sesuai dengan literatur Guslim, dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari dan variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari. Selain itu hal ini diperkuat oleh Lakitan ( 1994 ) yang menyatakan bahwa kelembaban udara lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena penamabahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan.

KESIMPULAN

Kelembaban nisbi adalah perbandingan jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung pada suhu dan tekanan tertentu.
Kelembaban nisbi pada tanah sawah maksimum 100% dan minimum 52% sedangkan pada tanah tegalan kelembaban nisbi maksimal 100%, dan kelembaban nisbi minimum 76%, pada kebun campur kelembaban nisbi maksimum 100% dan kelembaban nisbi minimum 19%.













DAFTAR PUSTAKA


Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor
Guslim, O.K Nazaruddin H, Roeswandi, A. Hamdan, dan Rosmayati. 1987. Klimatologi Pertanian. USU Press: Medan
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Pustaka jaya, Bogor.
Lakitan Benyamin. 1994. Dasar-dasar klimatologi. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta
Usmadi. 2009. “Agroklimatologi”. http://blogs.unpad.ac.id/Haus_Ilmu/wp-content/ uploads/ kelembapan_relatif_udara.pdf















ACARA V
PENGAMATAN PENGUAPAN AIR HARIAN
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui penguapan harian pada lahan sawah, dan tegalan selama 3 hari.
Mengetahui penguapan harian yang paling besar dari ketiga penggunaan lahan.


ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas tanah sawah, tanah tegalan, tanaman, air ledeng (sumur), borang pengamatan, dan alat pencatat. Alat yang digunakan adalah timbangan (ketelitian 5 gram), pot (ember) untuk menanam, cangkul, gayung, dan kertas label.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan sebuah timbangan kapasitas 25kg dan tiga pot (ember) berisi lk. 10 kg tanah (setara kering oven) tanah dari sawah dan tegalan.
Pada pot untuk tanah sawah diairi sehingga pada kondisi tergenang setebal lk. 5 cm dan pada pot yang lain (tegalan) disetel kadar airnya sekitar kapasitas lapangngan (field capacity).
Kemudian pada waktu yang tercatat (misalnya pkl. 16.00 WIB) ditimbang dan dicatat beratnya (B˳). Biarkan air tanah pada pot menguap selama 24 jam. Hari berikutnya pada waktu yang sama dilakukan penimbangan lagi yang kedua dan dicatat beratnya (Bι). Pekerjaan seperti ini dilakukan selama 3 hari dengan cara dan waktu yang sama.
Dihitung berapa tebal (mm atau cm) air yang menguap setiap hari dengan memerlukan luas permukaan tanah pada pot.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Data penguapan lahan tegalan

Tabel berat pot pada percobaan ditegalan

Ulangan Berat Tanah
(gr)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Hari ke – 3
1 8120 8070 8030
2 8340 8300 8210
3 8210 8170 8110
Rata – rata 8223.33 8180 8116.67

Tabel air yang menguap pada percobaan ditegalkan (hasil perhitungan)

Ulangan Penguapan
(mm)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Evaporasi total
1 0.07 0.06 0.13
2 0.06 0.13 0.18
3 0.06 0.08 0.14
Rata – rata 0.0633 0.09 0.15



Data penguapan lahan sawah

Tabel air yang menguap pada percobaan disawahkan (hasil perhitungan)
Ulangan Penguapan
(mm)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Evaporasi total
1 0,15 0,59 0,75
2 0,14 0,09 0,24
3 0,53 0,07 0,6
Rata – rata 0.2733 0.25 0.53

Grafik Evaporasi pada lahan sawah dan tegalan :




Pembahasan

Air dalam tanah juga dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan. Peristiwa ini disebut evapotranspirasi. Banyaknya berbeda-beda, tergantung dari kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuh-tumbuhan.
Secara umum Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embum dan sumber air lainnya. Karena transpirasi adalah proses evaporasi air dari permukaan tumbuhan, maka faktor-faktor iklim yang mempengaruhi evaporasi secara umum juga berpengaruh terhadap transpirasi. Kenyataan di lapangan kedua proses, evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi dari tumbuhan sulit dipisahkan, sehingga keduanya disebut evaporatranspirasi.
Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah bersama-sama disebut evapotranspirasi atau kebutuhan air. Jika air yang tersedia dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut evapotranspirasi potensial. Mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi itu banyak dan lebih sulit daripada faktor yang mempengaruhi evaporasi maka banyaknya evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan teliti. Akan tetapi evapotranspirasi adalah faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi. Oleh sebab itu maka telah banyak jenis dan cara penentuannya yang telah diadakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari, dan lain-lain yang saling berhubungan satu dengan yang lain (Sastrodarsono, 1987).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya evaporasi antara lain :
Kecepatan angin, makin cepat anginnya makin besar penguapan.
Temperatur, makin tinggi temperaturnya makin besar penguapannya.
Kelembaban relatif, udara yang makin besar kelembaban relatifnya penguapan makin kecil. (Wisnubroto, 1986)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi tersebut menurut Sudira, Putu( 2001) yaitu panas, suhu, udara, kapasitas kadar air dalam udara, udara di atas permukaan bidang penguapan, dan sifat alamiah bidang penguapan. Proses evaporasi dapat berlangsung pada permukaan tajuk vegetasi basah dan permukaan vegetasi tajuk kering, tetapi apabila berlangsung pada permukaan tajuk basah terutama vegetasi hutan maka proses akan lebih cepat dibandingkan yang terjadi pada vegetasi kering. Besarnya proses evaporasi pada tajuk vegetasi basah kemungkinan tidak dikendalikan oleh faktor keseimbangan radiasi matahari melainkan lebih ditentukan sebagai penampung energi adveksi yang berasal dari atmosfer.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada tanah sawah, tegalan di peroleh laju evaporasi sebesar:

Tegalan
Evaporasi terbesar adalah pada hari ke-2 pada ember 2 sebesar 0,13 mm, hal ini terjadi karena kelembaban udara yang terjadi pada tanah tersebut terkena panas lingkungan, sehingga penguapannya besar.

Sawah
Evaporasi terbesar adalah pada hari ke-2 pada ember 1 sebesar 0,59 mm, hal ini terjadi karena udara ketika itu bersuhu lebih tinggi dari sebelumnya, sehingga penguapan pun besar.

KESIMPULAN

Evaporasi merupakan proses penguapan air dari permukaan tanah menuju atmosfer.
Besarnya evaporasi ditentukan oleh suhu udara, suhu tanah, kejenuhan tanah, kelembaban nisbi tanah, dan kecepatan angin.
Besarnya evaporasi pada polibag dan ember untuk lahan sawah, tegalan, dan kebun campur selama 3 hari paling masksimal adalah 4.06 mm, 7.79 mm, dan 7.4 mm






DAFTAR PUSTAKA


Sosrodarsono, Suyono. 1987. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita: Jakarta

Sudira, Putu, 2001. Klimatologi. Fakultas Teknologi Pertanian. UGM: Yogyakarta

Waryono, dkk. 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. Bina Ilmu: Surabaya

Wisnubroto, Soekardi dkk. 1986. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Ghalia Indonesia: Jakarta