Minggu, 05 Desember 2010

laporan agroklim tina

LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI










Oleh :

Angkatan II

Murtina Purba (A1L009083)




KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2010
ACARA I

PENGENALAN ALAT-ALAT PENGUKURAN UNSUR IKLIM / CUACA


TUJUAN :

Mengetahui cara kerja peralatan ukur unsur iklim / cuaca.
Mengetahui cara pengamatan unsur iklim / cuaca.
Mengetahui tata letak dan pemasangan peralatan ukur iklim / cuaca.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan adalah boring pengamatan dan bollpoint. Sedangkan alat yang digunakan adalah: (1) pengukur suhu udara minimum dan maksimum dan pengukur suhu tanah , (2) pengukur kelembaban nisbi udara, thermometer bola basah dan kering, (3) pengukur curah hujan tipe observatorium dan ototmatis, (4) pengukur lama penyinaran matahari, solarimeter Campbell Stockes, (5) pengukur kecepatan dan arah angin.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan suatu alat pengamatan cuaca atau datang dekat alat pengamatan cuaca dipasang.
Diamati letak alat pengamatan cuaca tersebut pada stasiun cuaca dan digambar secara skematik letak alat cuaca tersebut.
Digambar dan diberi keterangan bagian alat pengamatan cuaca yang diamati.
Dijelaskan prinsip kerja alat .
Dilakukan dengan cara yang sama untuk alat pengamatan cuaca lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Aktinograf


Gun Bellan


Campbell Stokes





Termometer Maksimum





Termometer minimum


Termometer biasa


Termometer tanah









Termohigrograf


Psikrometer standar


Ombrometer Observatorium



Penakar hujan Hellman


Penakar hujan Bendix


Penakar hujan Tilting Siphon


Penakar hujan Tipping Bucket


Evaporasi









Anemometer

Pembahasan

Dalam mengukur unsur cuaca/ iklim terdapat berbagai macam alat ukur antara lain alat pengukur suhu, termometer maximum-minimum, thermohygrograf, termometer biasa, termohydrometer dan termometer tanah. Thermohygrograf merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu sekaligus untuk mengukur kelembaban. Sedangkan termometer biasa ada dua yaitu: termometer alkohol dan air raksa.
Alat perekam penyinaran matahari yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tipe Campbell-stokes disertai dengan kertas pias yang berwarna biru.
Ada juga alat yang khusus untuk mengukur kecepatan angin yaitu Anemometer mangkok. Mengapa disebut sebagai Anemometer mangkok, karena alat ini mempunyai bagian berbentuk seperti mangkok yang berfungsi sebagai penerima dari daya gerak angin yang pada akhirnya akan menyebabkan bagian dalam dari alat ini akan berputar dan besar dari kecepatan angin tersebut akan tercatat pada kertas yang berada pada bagian dalam dari alat ini.
Alat yang terakhir adalah alat pengukur curah hujan yaitu Ombrometer otomatis. Sesuai dengan namanya alat ini bekerja secara otomatis, sebab alat ini dapat mencatat sendiri besarnya curah hujan tanpa harus mendapat perlakuan istimewa dari pengamat. Hal yang perlu diingat dalam pemasangan alat ini adalah jangan sampai ada penghalang yang menghalangi jatuhnya air hujan kedalam alat ini, sebab adanya penghalang akan mempengaruhi tingkat ketepatan pengukuran dari alat ini.
Pada pengukuran unsur-unsur cuaca atau iklim, alat-alat tersebut diatas mungkin masih sangat minim untuk dapat menyimpulkan keadaan suatu cuaca atau iklim yang sedang berlangsung, namun akan dapat mencapai hasil yang optimal apabila dalam waktu pengukuran sangat memperhatikan tentang faktor penempatan atau pemasangan alat serta ketelitian dalam membaca skala alat sehingga hasil pengukuran yang diperoleh akan mempunyai tingkat keseksamaan yang mendekati 100 %.
Pengukuran cuaca ataupun iklim dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu hal yang sangat penting keberadannya, sebab pengaruh-pengaruh yang mungkin ditimbulkannya sering menyebabkan masalah bagi hewan, tumbuhan maupun kesejahteraan manusia. Masalah tersebut merupakan tantangan bagi manusia, dimana manusia harus berusaha untuk mengatasinya yaitu dengan berusaha menghindari atau memperkecil pengaruh-pengaruh yang tidak menguntungkan bagi kehidupan manusia. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut :
Penyesuaian. Dalam hal ini manusia harus mengetahui tentang siklus iklim atau cuaca yang terjadi dari tahun ketahun, sebab hal ini mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dalam kaitannya dengan pemanfaatan suatu iklim atau cuaca pada masa yang bersangkutan.
Peramalan. Peramalan sendiri berarti perkiraan iklim atau cuaca pada suatu ketika berdasarkan perjalanan iklim atau cuaca tersebut pada waktu sebelumnya dalam jangka waktu yang lama.
Subtitusi. Dalam penerapannya dikehidupan sehari hari, manusia tidak kuarang akal apabila menghadapi suatu kondisi iklim atau cuaca yang kurang mendukung dalam usaha untuk mencapai kesejahteraan hidupnya
Modifikasi. Modifikasi merupakan usaha manusia dalam rangka menciptakan suatu model keadaan yang dapat mendukung bagi pencapaiaan kesejahteraan manusia.












KESIMPULAN

Pengukuran unsur iklim dan cuaca harus dilakukan dengan teliti. Serta diperhatikan cara kerja, pengamatan dan pemasangan alatnya.
Pengukuran unsur iklim dan cuaca meliputi pengukuran curah hujan, radiasi matahari, suhu dan kelembaban udara.
Tujuan dari diadakannya pengukuran unsur-unsur iklim atau cuaca adalah untuk mengetahui keadaan iklim atau cuaca yang sedang berlangsung sehingga manusia dapat optimal dalam memanfaatkan keadaan tersebut dan dapat memprediksi keadaan iklim atau cuaca dimasa yang akan datang demi mencapai kesejahteraan manusia.
















DAFTAR PUSTAKA


Urip Muhammad, Hassan. 1970. Dasar-Dasar Meteorologi Pertanian. Jakarta: PT. Soeroengan.
Waryono, dkk. 1987. Pengantar meteorologi dan Klimatilogi. Surabaya: PT. Bina Ilmu.





















ACARA II
PENGAMATAN SUHU UDARA
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui suhu udara diatas (ketinggian 1,2m) lahan sawah, tegalan, dan kebun campur setiap jam selama 3 hari.
Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu udara maksimum dan minimum di atas (ketinggian 1,2m dan 2 m lahan sawah, tegalan, dan kebun campur.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas boring pengamatan suhu udara dan alat pencatat, dan laha sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah thermometer bola basah dan bola kering, dan thermometer udara.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan semacam tongkat kayu pada masing – masing penggunaan lahan.
Diletakkan (digantungkan) thermometer pada tongkat tersebut, pada masing – masing penggunaan lahan pada ketinggian 120cm dan 200cm. Thermometer tersebut dihindarkan agar tidak terkena radiasi atau sinar matahari langsung.
Dicatat suhu udara setiap jam selama 3 hari (lembar pencatatan ada di bagian lampiran).
Dibuat grafik hubungan antara suhu udara (sumbu y) dan waktu (sumbu x). Kemudian ditentukan besarnya dan waktu suhu maksimum dan minimum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Suhu udara pada lahan sawah

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
16.00 25 25 05.00 23 23
17.00 25,5 25 06.00 23,8 24
18.00 24,5 24 07.00 24,5 24
19.00 24 24 08.00 27 26
20.00 24 24 09.00 30,5 30
21.00 23,5 23,5 10.00 31 31
22.00 23,5 23,5 11.00 32 32
23.00 23 23,5 12.00 23,5 24
00.00 23,5 23 13.00 24,5 25
01.00 24 23,5 14.00 25 27
02.00 23,5 23,5 15.00 24,5 26,5
03.00 23 23 16.00 25 25
04.00 23,5 23,5 17.00 24,5 24.5
Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan(℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
18.00 24,5 24,5 06.00 24,5 24,5
19.00 24 24 07.00 23,5 23,5
20.00 24 24 08.00 24 24
21.00 23 23 09.00 27 27
22.00 23,5 23,5 10.00 29,5 29,5
23.00 23 23 11.00 30 30
00.00 23,5 23,5 12.00 29,5 29,5
01.00 23 23 13.00 29 29
02.00 24,5 24,5 14.00 28 28
03.00 24 24 15.00 28 28
04.00 24 24 16.00 23 23
05.00 23 23

Suhu udara pada lahan tegalan

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu permukaan (℃)
1,2m 2m 1,2m 2m
17.00 25,5 26 18.00 24 24
18.00 24 25 19.00 24 24
19.00 25 25 20.00 24 24
20.00 24 25 21.00 24 24
21.00 24 24 22.00 23,5 24
22.00 24 24 23.00 23,5 24
23.00 23 24 00.00 23 24
00.00 24 24 01.00 23 24
01.00 25 24,5 02.00 23 24,5
02.00 23,5 24,5 03.00 23 24
03.00 23 24 04.00 23 23
04.00 24 24 05.00 23 24
05.00 23 23 06.00 24 25
06.00 24 25 07.00 25 26
07.00 25 25 08.00 28 28
08.00 28 28 09.00 30 30
09.00 31 31 10.00 32 32
10.00 32,5 32,5 11.00 30 30
11.00 32,5 33 12.00 30 30
12.00 31 32 13.00 23 24
13.00 24 24 14.00 23,5 24
14.00 24 24 15.00 23,5 24
15.00 23,5 24 16.00 23 24
16.00 23 23 17.00 24 24
17.00 24 24

Suhu udara pada lahan kebun campur

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
16.30 25 26 17.30 24,5 25
17.30 25,5 25,5 18.30 25 24
18.30 25 25,5 19.30 24 25
19.30 24,5 25,5 20.30 24,5 25
20.30 24,5 25,5 21.30 25 25
21.30 24 25 22.30 24,5 25
22.30 25 25 23.30 25 25
23.30 25 25 00.30 24 24
00.30 25 25,5 01.30 24 25
01.30 25 25 02.30 24 25
02.30 25 25 03.30 24 25
03.30 24 25 04.30 24,5 24,5
04.30 24,5 25 05.30 24 25
05.30 24 25 06.30 25 25
06.30 25 25,5 07.30 26 27
07.30 26 26 08.30 27 28
08.30 28 28 09.30 29 30
09.30 30 31 10.30 31 30,5
10.30 32 31,5 11.30 30 30
11.30 33,5 34 12.30 25 25
12.30 31 26 13.30 24 24,5
13.30 25 25 14.30 24,5 25
14.30 24,5 24,5 15.30 24,5 24
15.30 24 24,5 16.30 24 24
16.30 24,5 25









Grafik Perbandingan antara kebun campur,tegalan dan sawah
pada ketingian 120 cm









Grafik Perbandingan antara kebun campur,tegalan dan sawah
pada ketingian 200 cm




Pembahasan

Agroklimatologi adalah ilmu iklim yang mempelajari tentang hubungan antara unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman. Yang dipelajari dalam agroklimatologi adalah bagaimana unsur-unsur iklim itu berperan di dalam kehidupan tanaman (http://mukhtarom-ali.blogspot.com, 2008).
Suhu merupakan suatu konsep yang tidak mudah didefinisikan. Di dalam “Glossary of Meteorologi” suhu disebutkan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan berbagai tipe thermometer. Suhu dengan panas berbeda, karena menurut hukum termodinamika, panas merupakan energy total dari pergerakan molekuler suatu benda.
Faktor luar dari suhu yang berpengaruh langsung yaitu suhu udara dan radiasi matahari. Karena variasi suhu yang ada di atmosfer sangat besar dikarenakan pergerakan udara sangat besar dan bebas (http://mukhtarom-ali.blogspot.com, 2008).
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap suhu udara pada tanah sawah, tegalan dan kebun campur. Dari data hasil pengamatan didapat suhu maksimal pada tanah sawah 320C dan suhu minimumnya 230C, sedang pada tanah tegalan suhu maksilmal adalah 32,50C, dan suhu minimumnya 230C. Sedangkan pada kebun campur suhu udara maksimum 34 0C dan suhu udara minimumnya 240C.
Grafik dari ketiga lahan tersebut menunjukan suhu dari pagi hari ke siang sekitar jam 11.00 naik dan menjelang pukul 17.00 mulai turun kembali hingga malam. Namun saat kondisi cuaca hujan atau mendung suhu udara turun dan saat cuaca cerah dan terik matahari mencapai titik maksimal suhu pun naik mencapai titik maksimal. Hal ini dijelaskan oleh Chambers (1978) pada bukunya klimatologi pertanian dasar bahwa rata-rata siklus harian suhu udara atau irama antara siangdan malam mengikuti suhu permukaan daratan dan menggambarkan neraca radiasi matahari datang dan neraca radiasi bumi yang keluar. Sejak matahari terbit hingga pukul 14.00-16.00 apabila energi radiasi yang diterima lebih cepat dari hilangnya radiasi, maka kurva suhu udara biasanya naik. Pada pukul 02.00 atau 04.00 hingga matahari terbit pada esok harinya, bila radiasi bumi yang hilang lebih besar daripada yang diterima, kurva bisa menurun. Suhu bumi tertinggi biasanya terjadi pada pukul 13.00-15.00, tidak berimpitan dengan radiasi matahari maksimum (pukul 12.00 tengah hari). Keterlambatan ini terjadi karena suhu terus menerus naik selama jumlah radiasi matahari yanag diterima melampaui radiasi bumi yang keluar, penerimaan energi mulai menurun lewat tengah hari tetapi masih melampaui energi yang hilang sampai kira-kira pukul 15.00, dan baru pada waktu itu suhu tidak naik lagi. Ketinggian termometer ditempatkan.
Semua suhu rata-rata bulanan, semusim, setahun atau periode tahun yang panjang dibentuk dari suhu rata-rata harian sebagai satuan dasar. Walaupun suhu udara rata-rata harian bervariasi mengikuti suhu permukaan bumi, kisaran paling besar terdapat didekat permukaan bumi dan kisaran mengecil bila menjauhi permukaan bumi. Kisaran harian besar pada hari yang cerah daripada hari-hari yang tertutup awan. Pada hari yang cerah, radiasi cepat sekali memanaskan bumi yang padat, dan kemudian memanaskan udara diatasnya. Pada malam yang cerah pula radiasi keluar dengan cepat dari bumi mengakibatkan pendinginan yang besar. Langit yang tertutup awan mengurangi radiasi matahari yang diterima, kemudian pemanasan pada siang hari dan pendinginan pada malam hari terhalang. Pendinginan yang berkurang pada malam hari mengakibatkan kurva harian agak mendatar. Dari penjelasan diatas telah diperoleh sebab mengapa pada cuaca cerah suhu udara lebih tinggi daripada cuaca mendung atau hujan, selain itu perubahan suhu pada cuaca yang berlainan karena intensitas radiasi matahari saat cuaca mendung dan tertutup awan terhalang sehingga mempengaruhi panas buni dan mempengaruhi radiasi bumi mengakibatkan berubahnya suhu udara. Sedangkan Apada saat cuaca cerah dan tidak berawan radiasi sinar matahari ke bumi tidak terhalang(Bourke, 1968).
Selain itu penyebaran suhu diatas permukaan bumi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
Jumlah radiasi yang diterima per hari, per musim dan per tahun
Telah dijelaskan sebelumnya
Pengaruh daratan dan lautan
Pengaruh elevasi
Semakin tinggi suatu tempat dari atas permukaan laut maka semakin rendah suhunya.
Pengaruh dari aspek
Pengaruh panas laten
Pengaruh angin
Adveksi merupakan pengangkutan dari sifat atmosfer oleh pergerakan udara arah horizontal (Chambers, 1978).

KESIMPULAN

1. Suhu merupakan suatu konsep yang tidak mudah didefinisikan.Suhu disebutkan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan berbagai tipe thermometer.
2. Penyebaran suhu diatas permukaan bumi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: Jumlah radiasi yang diterima per hari, per musim dan per tahun. Pengaruh daratan dan lautan merupakan pengaruh elevasi Semakin tinggi suatu tempat dari atas permukaan laut maka semakin rendah suhunya.







DAFTAR PUSTAKA


Bourke, P.M.A., 1968. Introductoin The Aims Of Agrometeorologi In Agroklimatological Metthods, Proc, Of Reading Stmposium; UNESCO
Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor; Bogor
.2008. Agroklimatologi. http://mukhtarom-ali.blogspot.com /2008/02/ agroklimatologi. html


















ACARA III
PENGAMATAN SUHU TANAH
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui suhu tanah pada lahan sawah, tegalan dan kebun campur pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm setiap jam selama 3 hari
Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu tanah maksimum dan minimum pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm setiap jam selama 3 hari.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas boring pengamatan suhu tanah pada beberapa kedalaman, alat pencatat, lahan sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah thermometer dan lubang – lubang tanah berpralon.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan tempat pengamatan suhu tanah pada masing-masing penggunaan lahan dengan cara membuat lubang (membor) tanah menurut kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm dan dipasang pralon pada lubang tersebut supaya tidak tertimbun tanah.
Diletakkan termometer pada masing-masing lubang tanah tersebut pada masing-masing lubang tanah tersebut pada masing-masing penggunaan lahan, dihindarkan termometer dari injakan kaki.
Dicatat suhu tanah setiap jam selama 3 hari dengan intensitas satu jam sekali dengan melihat suhu termometer pada setiap kedalaman.
Dicatat hasilnya dan dibuat kurva.


HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Hasil Pengamatan
Suhu tanah pada lahan sawah
Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5cm 25cm 50cm 75cm 100cm
16.00 26,5 27,5 29 29,5 29
17.00 27 28 29,5 30 29
18.00 27 26,5 27 29 28,5
19.00 28 29 27 28 28
20.00 27 29 28 29 28
21.00 28 29 28 28 28,5
22.00 26,5 28 28 28 28,5
23.00 27 24 28 23 29
00.00 26,5 29 27 28 29
01.00 26,5 29 28 28 29
02.00 28 29 28 29 29
03.00 26,5 29 28 28 29
04.00 27 29 29 29 29
05.00 26 28 28 28 29
06.00 26 28 27 27 28
07.00 26 28 27,5 27,5 28,5
08.00 28 27 25,5 27 28,5
09.00 29 29 28 28,5 29
10.00 31 29 28 28,5 29,5
11.00 32,5 28,5 28 28,5 29
12.00 32 29 28 28 29
13.00 30 28 27 28,5 29
14.00 28 29 27 28,5 29,5
15.00 28 26 26 28 28,5
16.00 27,5 29 26 26 27
17.00 28 28,5 25,5 27 26
18.00 29 27 29 28 29
19.00 29 27 28 28,5 29
20.00 29 27 28 28 29
21.00 28 30 28 29 29
22.00 28 29,5 29 29 30
23.00 26 29 28 28 29
00.00 27 29,5 28 28,5 29,5
01.00 27 30 29 29 29,5
02.00 26,5 29,5 28 28,5 29,5
03.00 27 29 28 28,5 29
04.00 26 29 28,5 28,5 29
05.00 26 28 28 28 29
06.00 26 29 28 28 28,5
07.00 26 29 27,5 28 29
08.00 28,5 29 28 29 29
09.00 29 29 28,5 29 29
10.00 31 29 28 28 29
11.00 32 28,5 28 28,5 29
12.00 31 28 27,5 28 29
13.00 31 28 27 28 28,5
14.00 30 27 26 27,5 28
15.00 29 27,5 25 26 27
16.00 28 28,5 25,5 27 26

Suhu tanah pada lahan tegalan
Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5 cm 25 cm 50 cm 75 cm 100 cm
17.00 28,5 oC 28 oC 29 oC 28 oC 29 oC
18.00 28 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
19.00 27 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
20.00 27,5 oC 28,5 oC 28 oC 27,5 oC 28,5 oC
21.00 27 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
22.00 27 oC 29 oC 28 oC 27 oC 28 oC
23.00 24 oC 28 oC 28 oC 27 oC 28 oC
00.00 26 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
01.00 26 oC 29 oC 28 oC 27,5 oC 28,5 oC
02.00 26 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 28,5 oC
03.00 26 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
04.00 26 oC 28,5 oC 28 oC 27 oC 28 oC
05.00 25,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28 oC
06.00 26 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
07.00 26,5 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 28,5 oC
08.00 27,5 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
09.00 30 oC 28,5 oC 29 oC 28 oC 29 oC
10.00 31,5 oC 28,5 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
11.00 32 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
12.00 34 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC
13.00 31 oC 28,5 oC 28 oC 29 oC 28,5 oC
14.00 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC 28 oC
15.00 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC 28 oC
16.00 27 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
17.00 28 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
18.00 28 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
19.00 28 oC 29 oC 28 v 28 oC 29 oC
20.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28 oC
21.00 26,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28 oC
22.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
23.00 26 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC 28,5 oC
00.00 25,5 oC 29 oC 28 oC 28,5 oC 29 oC
01.00 25,5 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC 28,5 oC
02.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28 oC
03.00 26 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC
04.00 25 oC 28 oC 28 oC 27 oC 28 oC
05.00 25 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC
06.00 26 oC 28,5 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC
07.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
08.00 28 oC 29 oC 28 oC 29 oC 29 oC
09.00 29 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 29 oC
10.00 31 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
11.00 31 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
12.00 31,5 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
13.00 26 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
14.00 26,5 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
15.00 27 oC 28 oC 26,5 oC 25,5 oC 27,5 oC
16.00 27 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
17.00 27 oC 26 oC 27 oC 26 oC 28 oC

Suhu tanah pada lahan kebun campur

Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5cm 25cm 50cm 75cm 100cm
16.30 28 26 26 27 26
17.30 28 26 26 27 26
18.30 27 27 26 26,5 26
19.30 27 26,5 26,5 27 26
20.30 27 27 27 27 26,5
21.30 26 27 27 27 26
22.30 26 27 26 27 26
23.30 26 27 27 27 26
00.30 26 27 27 27 26
01.30 26 27 27 27 26
02.30 26 27 26 27 26
03.30 26 27 26 27 26
04.30 26 27 27 27 26
05.30 26 27 26 27 26
06.30 27 26 26 27 26
07.30 26,5 27 25,5 27 26
08.30 27 26,5 26,5 27 26
09.30 28 27 26,5 27 26
10.30 28 27 26,5 27 26
11.30 31,5 28 27 27 26
12.30 31 27 26,5 27 26,5
13.30 30 27 27 27 26,5
14.30 28,5 27 26,5 26,5 26
15.30 27,5 26,5 26,5 26,5 26
16.30 27 27 27 27 26
17.30 27 27 27 27 26
18.30 27 27 27 27 26
19.30 27 27 27 27 26
20.30 26,5 27 26,5 27 26
21.30 26,5 27 26 27 26
22.30 26,5 27 27 27 26
23.30 26 27 26 27 26
00.30 26 27 26 27 26
01.30 26 27 27 27 27
02.30 26 27 27 27 26
03.30 26 27 27 27 27
04.30 27 27 27 26 26
05.30 25,5 27 26 27 26
06.30 26 27 26 27 26
07.30 26 26 26 27 26
08.30 27 27 27 27 26
09.30 27,5 27 27 27 26,5
10.30 28 27 27 27 26
11.30 28 27 27 27 26
12.30 25,5 26 26,5 27 26
13.30 26 26,5 26 27 26
14.30 26 26 26,5 27 26,5
15.30 26 26 26,5 27 26,5
16.30 26 26 26,5 27 26,5















Grafik :















Pembahasan.
Praktikum agroklimatologi acara pengukuran suhu tanah ini dilakukan dengan mengukur suhu tanah sawah, tegalan dan kebun campur dengan kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm menggunakan termometer. Cara yang dilakukan praktikum ini sudah mendekati anjuran dari komite meteorologi sedunia (1955) yang menganjurkan bahwa kedalaman standard untuk mengukur suhu tanah adalah 5, 10, 20, 50 dan 100 cm. Pengukuran suhu di bawah permukaan tidak seteliti diatas permukaan karena perubahan yang cepat dihalangi oleh kapasitas panas tanah. Oleh karena itu untuk kebanyakan tujuan pertanian, pengukuran maksimum dan minimum harian suhu dianggap memadai terutama pada kedalaman yang besar(Chambers, 1978).
Suhu tanah sering memberikan pengaruh yang lebih penting dari pada suhu udara untuk pertumbuhan tanaman. Suhu tanah, terutama suhu ekstrim akan mempengaruhi perkecambahan biji, aktifitas akar, kecepatan dan umur tanaman serta terjadinya keganasan penyakit tanaman. Sedangkan suhu udara dianggap memberikan pengaruh yang besar pada fase reproduktif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tanah sendiri adalah tipe dan keadaan tanah maupun jumlah energi yang diterima. Faktor-faktor berikut dapat dianggap berpengaruh walaupun sering faktor-faktor ini secara bersama-sama memberikan pengaruh. Faktor-faktor tersebut meliputi :
A Faktor luar, seperti
Radiasi matahari
Awan
Curah hujan
Temperatur udara
Angin
Kelembaban udara

B. Faktor dalam, seperti
Tekstur tanah
Kadar air tanah
Kandungan bahan organik
Warna
Struktur tanah, pengolahan tanah dan kepadatan tanah
C. Faktor topografi :
Aspek
Kemiringan lereng
Permukaan air tanah
Vegetasi
(Bourke, 1968)

Selain faktor-faktor tersebut diatas suhu tanah juga dipengaruhi oleh pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang menggemburkan bagian atas dari lapisan tanah akan mengurangi pengaliran panas antara permukaan tanah dan lapisan bawahnyanya.
Kecepatan pengaliran panas tanah tergantung dari gradien suhu dan daya hantar panas. Daya hantar panas adalah jumlah panas yang mengalir per satuan waktu apabila perbedaan suhu diantar dua bidang datar berhadapan dipertahankan sebesar 1 satuan (Hillel, 1967).
Suhu tanah juga perlu diukur, karena suhu tanah ini sangat mempengaruhi mikroflora dan mikrofauna yang terkandung dalam tanah yang menguntungkan dan menyuburkan tanah setempat. Suhu tanah ini dipengaruhi oleh intensitas radiasi matahari. Intensitas radiasi matahari yang diterima oleh bumi dipengaruhi oleh ketinggian suatu tempat terhadap matahari dan tebal tipisnya lapisan ozon di atmosfer. Semakin dekat kedudukannya terhadap matahari, maka intensitas cahaya matahari yang diserap tanah akan semakin tinggi sehingga suhu permukaan tanah biasanya akan semakin tinggi. Cahaya matahari yang sampai ke permukaan tanah dipengaruhi oleh rapat tidaknya vegetasi tanah tersebut. Jika vegetasinya sangat rapat atau bahkan tertutup sama sekali, hal ini dapat mengurangi masuknya radiasi matahari ke permukaan tanah, selain menghalangi proses penguapan tanah (evaporasi berkurang), hal ini dapat menyebabkan tanah menjadi basah dan kelembaban tanah menjadi tinggi. Apabila vegetasi yang rapat tersebut dibuka, maka radiasi matahari akan masuk ke permukaan akan menaikkan suhu permukaan tanah dan menyebabkan penguapan.
Jika suhu tanah terlalu tinggi (ekstrim) bisa mematikan mikroflora dan mikrofauna tersebut sehingga tanah menjadi tidak subur, selain itu dapat mengganggu aktivitas fotosintesis, dan respirasi tumbuhan (http://efrin4mzil.blogspot.com, 2009)
Data dari hasil praktikum pada lahan sawah , tegalan dan kebun campur, dari data dan grafik yang diperoleh pada tegalan suhu pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 suhunya naik turun tidak teratur begitu juga dengan sawah dan kebun campur. Jika dibandingkan dengan referensi seharusnya semakin dalam kedalaman tanah, suhunya semakin turun karena kontak dengan udara dan radiasi matahari semakiin kecil. Selain itu faktor kelembaban tanah yang semakin dalam semakin lembab mengakibatkan suhu juga semakin kecil. Namum pada kenyataannya saat praktikum pada ketiga lahan baik sawah, tegalan dan kebun campur tidak demikian, suhu tidak teratur, terkadang suhu pada 100 cm lebih tinggi dari 75 dan 50 tetapi sebaliknya.
Hal-hal yang menyimpang dari teori ini diakibatkan alat pengukur suhu atau termometer yang digunakan bukan alat khusus untuk mengukur suhu tanah sehingga kurang akurat. Selain itu adanya faktor-faktor bahan penghantar panas seperti lempengan-lempengan logam dan lain-lain seperti yang dibahas menurut teori terdapat pada kedalaman tanah tertentu mengakibatkan suhu yang terukur terkontaminasi sehingga tidak murni, selain itu kesalahan diakibatkan saat pengamatan yang kurang teliti dan kerena saat melihat skala termometer di permukaan tanah terlalu lama sehingga suhunya langsung berubah. Terlebih lagi pada tanah tegalan penempatan termometer pada kedalaman 5 cm dalamnya tidak mencapai 5cm sehingga suhu tanah berbeda tipis bahkan melebihi suhu udara.
Menurut data pengamatan dan kurva suhu tanah pada tiap kedalaman. Suhu tanah pada kebun campur lebih rendah dari suhu tanah tegalan dan sawah, hal ini diakibatkan karena pada kebun campuran tanahnya tertutup oleh tumbuhan penutup tanah (rumput) sehingga kelembabannya lebih besar dan suhunya lebih rendah daripada sawah dan tegalan, selain itu pada kebun campuran banyak pohon besar yang menutupi atau menghalangi sinar matahari menyentuh tanah secara langsung mengakibatkan radiasi sinar matahari ke tanah berkurang. Selain itu kandungan bahan organik, serta tekstur tanah berpengaruh terhadap suhu tanah seperti apa yang dijelaskan chambers (1987) jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu bervariasi, tanah berhumus mempunyai kapasitas panas yang jauh lebih rendah dibandingkan kapasitas panas tanah mineral karena kerapatan humus rendah. Tapi dalam keadaan lapang, tanah organik dan tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai kapasitas panas dan kapasitas menahan air yang tinggi.
Kecepatan pengaliran panas tanah tergantung dari gradien suhu dan daya hantar panas. Daya hantar panas adalah jumlah panas yang mengalir persatuan waktu. Daya hantar panas ditentukan oleh porositas, kadar air dan bahn organik. Di lapangan tanah bertekstur halus mempunyai kadar air tinggi yang memperbesar pertambahan daya hantar panas.
Dari hasil pengamatan diperoleh juga suhu tanah pada sawah untuk semua kedalaman secara garis besar lebih tinggi dari suhu tanah tegalan hal ini diakibatkan karena pada tanah sawah yang digunakan selalu terendam air dan dekat dengan sungai radius 0,5 m. Sehingga suhunya lebih tinggi dari tegalan. hal ini diakibatkan karena pada siang hari air lebih cepat panas daripada daratan sehingga suhu tanahnya pun lebih tinggi, hal ini dikerenakan panas pada daratan atau tegalan dalam hal ini bergerak secaca konduksi dengan bantuan udara, sedangkan udara juga menjadi penghambat panas karena udara merupakan penghantar panas yang jelek. Lain halnya dengan tanah sawah yang selalu tergeng air dan dekat dengan sungai. Air yang diam panasnya bergerak secara molekuler, sedangkan pada sungai yang dekat dengan area pengamatan panas bergerak secara vertikal hal ini lebih baik daripada seecara molekuler. Hal ini yang mengakibatkan suhu tanah sawah lebih panas daripada suhu tegalan. namun, lain kejadiannya saat malam hari seharusnya suhu tanah tegalan lebih panas daripada suhu sawah. Karena tegalan yang tidak tergenag air lebih lama untuk mengalami pendinginan daripada tanah sawah yang tergenag air tiap saat. Namun pada kenyataan di lapangan tidak demikian. Hal ini karena saat pengukuran praktikan kurang teliti dan alat yang digunakan bukan alat khusus. Hal lain karena cuaca yang tidak menentu saat dilakukannya pengamatan.


KESIMPULAN

Suhu tanah sawah pada semua kedalaman > tanah tegalan > kebun campur.
A.Suhu maksimum tanah sawah.(0C)
5 cm =32,5 ; 25 cm =29,5 ; 50 cm =29,5 ; 75=30 ; dan 100 cm =29,5
Suhu minimumnya
5 cm =26 ; 25 cm =24 ; 50 cm =25 ; 75 =23 ; dan 100 cm =26
B. Suhu maksimum tanah tegalan.(0C)
5 cm =31,5 ; 25 cm =29 ; 50 cm =29 ; 75 =29 ; dan 100 cm =29
Suhu minimumnya
5 cm =24 ; 25cm =26 ; 50cm =26,5 ; 75cm =25,5 ; dan 100cm =28
C. Suhu maksimum kebun campur .(0C)
5 cm =29 ; 25cm =28 ; 50cm=27 ; 75cm=27 dan 100 cm =27
Suhu minimumnya
5 cm =25 ; 25 cm =26 ; 50 cm =26 ; 75 =26 ; dan 100 cm =2



DAFTAR PUSTAKA


Bourke, P.M.A., 1968. Introductoin The Aims Of Agrometeorologi In Agroklimatological Metthods, Proc, Of Reading Stmposium: UNESCO
Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor
Hillel, D. 1971. Soil And Water Physical Principles And Processes. Academic Press: New York and London
.2009.“Agroklimatologi”.http://efrin4mzil.blogspot.com/2009/03/ agroklimatologi. html















ACARA IV
PENGAMATAN KELEMBABAN NISBI
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR

TUJUAN

Mengetahui kelembaban nisbi udara di atas lahan sawah, tegalan, dan kebun campur setiap jam selama 3 hari.
Mengetahui saat (waktu) kelembaban nisbi udara maksimum dan minimum di atas lahan sawah, tegalan, dan kebun campur.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas borang pengamatan kelembaban nisbi, alat pencatat, lahan sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah psychrometer yang terdiri atas thermometer bola basah dan kering, dan table pengamatan kelembaban nisbi.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan tiang setinggi kira-kira 1,2 m.
Disiapkan psikhrometer yang pada tangki termometer bola basah sudah diberi air.
Psikhrometer diletakkan (digantungkan) pada tiang dan ditunggu selama kurang lebih 5 menit.
Setelah kurang lebih 5 menit diamati suhu pada termometer bola kering dan bola basah kemudian lihat kelembaban nisbi udara psikhrometer dengan cara membaca indeks(penjurus) dari hasil penghimpitan suhu termometer bola basah dan bola kering.
Pengamatan dilakukan selama 3 hari dengan intensitas pengamatan 1 jam sekali.
Dibuat kurva.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Kelembaban nisbi pada lahan sawah
Waktu
(pukul) TBK
(℃) TBB
(℃) Kelembaban Nisbi Waktu
(pukul) TBK (℃) TBB (℃) Kelembaban Nisbi
16.00 26,5 25 86% 17.00 25 23 81%
17.00 27 25,5 86% 18.00 27 23.5 70%
18.00 26 25 90% 19.00 26,5 23,5 73%
19.00 25,5 24,5 90% 20.00 26 24 82%
20.00 25 24 90% 21.00 24 24 100%
21.00 24,5 24 95% 22.00 24,5 23,5 90%
22.00 24,5 24 95% 23.00 23 23,5 95%
23.00 24,5 24 95% 00.00 23,5 23,5 100%
00.00 24.5 24 95% 01.00 23,5 23 95%
01.00 25 24,5 95% 02.00 24,5 23,5 90%
02.00 24,5 24 95% 03.00 24 23,5 95%
03.00 24.5 24 95% 04.00 24 23,5 95%
04.00 24,5 24 95% 05.00 23.5 22,5 90%
05.00 24 23,5 95% 06.00 24 24 100%
06.00 25 24,5 95% 07.00 5 24,5 95%
07.00 25,5 24,5 90% 08.00 26,5 26 95%
08.00 27,5 26,5 91% 09.00 30 28,5 87%
09.00 31,5 28 72% 10.00 31 28 75%
10.00 29 23 54% 11.00 30 27.5 79%
11.00 34 28 57% 12.00 30 25 61%
12.00 25 24 90% 13.00 30 24 52%
13.00 25 24,5 86% 14.00 29 24 60%
14.00 24,5 24 95% 15.00 28,5 25 71%
15.00 24 24 100% 16.00 23 23 100%
16.00 26 24,5 86%


Kelembaban nisbi pada lahan tegalan
Waktu
(pukul) TBK TBB Kelembaban Nisbi

17.00 26 oC 25 oC 90 %
18.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
19.00 25 oC 24 oC 90 %
20.00 24 oC 23,5 oC 95%
21.00 24 oC 24 oC 100 %
22.00 24 oC 23,5 oC 95 %
23.00 23 oC 23 oC 100 %
00.00 24 oC 24 oC 100 %
01.00 24 oC 24 oC 100 %
02.00 23,5 oC 23 oC 95 %
03.00 23,5 oC 23 oC 95 %
04.00 24 oC 24 oC 100 %
05.00 23 oC 23 oC 100 %
06.00 25 oC 24,5 oC 95 %
07.00 25,5 oC 25 oC 95 %
08.00 28,5 oC 27,5 oC 91 %
09.00 33 oC 31,5 oC 88 %
10.00 34,5 oC 32,5 oC 84 %
11.00 34,5 oC 31,5 oC 76 %
12.00 33 oC 30 oC 76 %
13.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
14.00 24 oC 24 oC 100 %
15.00 24 oC 23,5 oC 95 %
16.00 23 oC 23 oC 100 %
17.00 24 oC 24 oC 100 %
18.00 23 oC 23 oC 100 %
19.00 23 oC 23 oC 100 %
20.00 24 oC 24 oC 100 %
21.00 24 oC 24 oC 100 %
22.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %
23.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %
00.00 23 oC 23 oC 100 %
01.00 23 oC 23 oC 100 %
02.00 23,5 oC 23,5 oC 100%
03.00 23 oC 23 oC 100 %
04.00 23 oC 23 oC 100 %
05.00 23 oC 23 oC 100 %
06.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
07.00 25 oC 25 oC 100 %
08.00 27,5 oC 27,5 oC 100 %
09.00 31 oC 30 oC 91 %
10.00 33 oC 31 oC 83 %
11.00 31 oC 29 oC 83 %
12.00 30,5 oC 28,5 83 %
13.00 25 oC 24 oC 90 %
14.00 24 oC 24 oC 100 %
15.00 24 oC 24 oC 100 %
16.00 23 oC 23 oC 100 %
17.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %









Kelembaban nisbi pada lahan kebun campur

Waktu (pukul) Kelembaban Nisbi
(D - W) % Waktu (pukul) Kelembaban Nisbi
(D - W) %
16.30 90 17.30 100
17.30 89 18.30 90
18.30 90 19.30 94.5
19.30 90 20.30 98
20.30 90 21.30 95
21.30 89 22.30 100
22.30 89 23.30 100
23.30 100 00.30 100
00.30 100 01.30 100
01.30 90 02.30 88
02.30 90 03.30 86
03.30 100 04.30 87
04.30 100 05.30 90
05.30 90 06.30 90
06.30 100 07.30 100
07.30 91 08.30 81
08.30 86 09.30 62
09.30 70 10.30 74
10.30 64 11.30 71
11.30 19 12.30 100
12.30 63 13.30 90
13.30 100 14.30 100
14.30 100 15.30 100
15.30 100 16.30 100
16.30 92






















Grafik :






Pembahasan
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. jumlah uap air dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer. Yaitu hanya kira-kira 2 % dari jumlah masa. Akan tetapi uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim ( Guslim, dkk., 1987 ). Kelembaban udara dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu :
Kelembaban absolut.
Kelembaban spesifik.
Tekanan uap.
Kelembaban relatif.

Faktor utama yang mempengaruhi kelembaban udara di suatu daerah adalah luas perairan laut dan angin yang berhembus di daerah itu. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut-laut yang sangat luas, maka kelembaban udaranya rata-rata tinggi. Kelembaban udara yang tinggi memudahkan terjadinya kondensasi dan presipitasi. Proses kondensasi dan presipitasi terjadi apabila udara yang lembab itu mengalami penaikan sampai melewati tingkatan kondensasi.
Pada praktikum kali ini mengukur kelembaban nisbi di tanah sawah, tegalan dan kebun campur. Kelembaban nisbi sendiri menurut chambers (1978) adalah perbandingan jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung pada suhu dan tekanan tertentu. Satuannya adalah persentase. Bila suhu udara berubah, kapasitas udara untuk mengandung uap air bertambah. Atau dengan kata lain kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. (Handoko, 1994).
Kelembaban udara adalah persentase kandungan uap air dalam udara. Semua uap air yang ada dalam udara itu berasal dari penguapan. Penguapan adalah perubahan fase cair menjadi fase uap air yang ringan. Untuk menguapkan air diperlukan panas. Sedangkan kelembaban melepaskan panas. Penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan airyang terbuka akan tetapi juga melalui pori-pori tanah dan pori-pori tumbuh-tumbuhan. Penguapan melalui tiga tempat tadi disebut Evaporasi. Jumlah uap airyang ada dalam atmosfer dapat dinyatakan dengan berbagai ukuran yaitu: (1) kelembaban mutlak, (2) kelembaban spesifik dan (3) kelembaban relatif/nisbi (Lakitan, B. 1994).
Kelembapan nisbi menurut tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air aktual di suatu tempat ditentukan oleh ketersediaan air dan energi untuk menguapkannya (Usmadi, 2009).
Berdasarkan data pengamatan yang didapat, kelembaban nisbi pada tanah sawah maksimum 100%, dan minimum pada 52%, sedangkan pada tanah tegalan kelembaban nisbi maksimum 100%, dan kelembaban nisbi minimum 76%. pada kebun campur kelembaban nisbi maksimum 100% dan kelembaban nisbi minimum 19%. Dari hasil pengamatan dan kurva masing-masing lahan. Kelembaban nisbi pada kebun campur yang minimumnya paling tinggi, karena pada kebun campur banyak pohon-pohon besar yang tajuknya saling menutupi sehingga keadaan di sekitar tetap lembab dengan kondisi yang rimbun menghalangi radiasi sinar matahari sehingga kondisinya tetap lembab. Meski begitu seharusnya kelembaban maksimal terbesar juga dimiliki oleh kebun campur, tetapi terjadi pennyimpangan yaitu didapat hasil tertinggi pada sawah hal ini bisa karena beberapa hal seperti permasalahan teknik pada alat, cuaca dan ketidak telitian praktikan saat melihat skala bola basah bola kering juga karena psikhrometer tidak standby di tempat atau lahan pengamatan seningga butuh penyesuaian saat akan digunakan untuk mengukur pada lahan yang diinginkan dan butuh waktu, sedangkan toleransi untuk penyesuaian psikhrometer hanya sekitar 5 menit. Jadi kelembaban yang terukur tidak akurat.
Bila dikaitkan dengan penerimaan radiasi matahari di bumi maka akan ada pola sebaran kelembapan uadara yang berbeda anatara siang dan malam hari. Pada siang hari energi radiasi matahari yang cenderung kuat, akan meningkatkan suhu udara. Pada kondisi tersebut bila tekanan uap aktual di udara tetap maka kelembapan relatif udara akan berkurang (rendah). Demikian sebaliknya pada malam hari. Kelembapan relatif yang tingi pada pagi hari pada saat suhu udara mencapai titik suhu terendah (lihat neraca radiasi & pola suhu pd perkuliahan sebelumnya) bila bersentuhan dengan benda yang suhunya lebih rendah dari titik embun akan terbentuk embun. Selain itu data pengamatan ini sesuai dengan apa yang dikatakan Guslim (1987). Hal ini sesuai dengan literatur Guslim, dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari dan variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari. Selain itu hal ini diperkuat oleh Lakitan ( 1994 ) yang menyatakan bahwa kelembaban udara lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena penamabahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan.

KESIMPULAN

Kelembaban nisbi adalah perbandingan jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung pada suhu dan tekanan tertentu.
Kelembaban nisbi pada tanah sawah maksimum 100% dan minimum 52% sedangkan pada tanah tegalan kelembaban nisbi maksimal 100%, dan kelembaban nisbi minimum 76%, pada kebun campur kelembaban nisbi maksimum 100% dan kelembaban nisbi minimum 19%.













DAFTAR PUSTAKA


Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor
Guslim, O.K Nazaruddin H, Roeswandi, A. Hamdan, dan Rosmayati. 1987. Klimatologi Pertanian. USU Press: Medan
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Pustaka jaya, Bogor.
Lakitan Benyamin. 1994. Dasar-dasar klimatologi. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta
Usmadi. 2009. “Agroklimatologi”. http://blogs.unpad.ac.id/Haus_Ilmu/wp-content/ uploads/ kelembapan_relatif_udara.pdf















ACARA V
PENGAMATAN PENGUAPAN AIR HARIAN
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui penguapan harian pada lahan sawah, dan tegalan selama 3 hari.
Mengetahui penguapan harian yang paling besar dari ketiga penggunaan lahan.


ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas tanah sawah, tanah tegalan, tanaman, air ledeng (sumur), borang pengamatan, dan alat pencatat. Alat yang digunakan adalah timbangan (ketelitian 5 gram), pot (ember) untuk menanam, cangkul, gayung, dan kertas label.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan sebuah timbangan kapasitas 25kg dan tiga pot (ember) berisi lk. 10 kg tanah (setara kering oven) tanah dari sawah dan tegalan.
Pada pot untuk tanah sawah diairi sehingga pada kondisi tergenang setebal lk. 5 cm dan pada pot yang lain (tegalan) disetel kadar airnya sekitar kapasitas lapangngan (field capacity).
Kemudian pada waktu yang tercatat (misalnya pkl. 16.00 WIB) ditimbang dan dicatat beratnya (B˳). Biarkan air tanah pada pot menguap selama 24 jam. Hari berikutnya pada waktu yang sama dilakukan penimbangan lagi yang kedua dan dicatat beratnya (Bι). Pekerjaan seperti ini dilakukan selama 3 hari dengan cara dan waktu yang sama.
Dihitung berapa tebal (mm atau cm) air yang menguap setiap hari dengan memerlukan luas permukaan tanah pada pot.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Data penguapan lahan tegalan

Tabel berat pot pada percobaan ditegalan

Ulangan Berat Tanah
(gr)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Hari ke – 3
1 8120 8070 8030
2 8340 8300 8210
3 8210 8170 8110
Rata – rata 8223.33 8180 8116.67

Tabel air yang menguap pada percobaan ditegalkan (hasil perhitungan)

Ulangan Penguapan
(mm)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Evaporasi total
1 0.07 0.06 0.13
2 0.06 0.13 0.18
3 0.06 0.08 0.14
Rata – rata 0.0633 0.09 0.15



Data penguapan lahan sawah

Tabel air yang menguap pada percobaan disawahkan (hasil perhitungan)
Ulangan Penguapan
(mm)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Evaporasi total
1 0,15 0,59 0,75
2 0,14 0,09 0,24
3 0,53 0,07 0,6
Rata – rata 0.2733 0.25 0.53

Grafik Evaporasi pada lahan sawah dan tegalan :




Pembahasan

Air dalam tanah juga dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan. Peristiwa ini disebut evapotranspirasi. Banyaknya berbeda-beda, tergantung dari kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuh-tumbuhan.
Secara umum Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embum dan sumber air lainnya. Karena transpirasi adalah proses evaporasi air dari permukaan tumbuhan, maka faktor-faktor iklim yang mempengaruhi evaporasi secara umum juga berpengaruh terhadap transpirasi. Kenyataan di lapangan kedua proses, evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi dari tumbuhan sulit dipisahkan, sehingga keduanya disebut evaporatranspirasi.
Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah bersama-sama disebut evapotranspirasi atau kebutuhan air. Jika air yang tersedia dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut evapotranspirasi potensial. Mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi itu banyak dan lebih sulit daripada faktor yang mempengaruhi evaporasi maka banyaknya evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan teliti. Akan tetapi evapotranspirasi adalah faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi. Oleh sebab itu maka telah banyak jenis dan cara penentuannya yang telah diadakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari, dan lain-lain yang saling berhubungan satu dengan yang lain (Sastrodarsono, 1987).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya evaporasi antara lain :
Kecepatan angin, makin cepat anginnya makin besar penguapan.
Temperatur, makin tinggi temperaturnya makin besar penguapannya.
Kelembaban relatif, udara yang makin besar kelembaban relatifnya penguapan makin kecil. (Wisnubroto, 1986)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi tersebut menurut Sudira, Putu( 2001) yaitu panas, suhu, udara, kapasitas kadar air dalam udara, udara di atas permukaan bidang penguapan, dan sifat alamiah bidang penguapan. Proses evaporasi dapat berlangsung pada permukaan tajuk vegetasi basah dan permukaan vegetasi tajuk kering, tetapi apabila berlangsung pada permukaan tajuk basah terutama vegetasi hutan maka proses akan lebih cepat dibandingkan yang terjadi pada vegetasi kering. Besarnya proses evaporasi pada tajuk vegetasi basah kemungkinan tidak dikendalikan oleh faktor keseimbangan radiasi matahari melainkan lebih ditentukan sebagai penampung energi adveksi yang berasal dari atmosfer.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada tanah sawah, tegalan di peroleh laju evaporasi sebesar:

Tegalan
Evaporasi terbesar adalah pada hari ke-2 pada ember 2 sebesar 0,13 mm, hal ini terjadi karena kelembaban udara yang terjadi pada tanah tersebut terkena panas lingkungan, sehingga penguapannya besar.

Sawah
Evaporasi terbesar adalah pada hari ke-2 pada ember 1 sebesar 0,59 mm, hal ini terjadi karena udara ketika itu bersuhu lebih tinggi dari sebelumnya, sehingga penguapan pun besar.

KESIMPULAN

Evaporasi merupakan proses penguapan air dari permukaan tanah menuju atmosfer.
Besarnya evaporasi ditentukan oleh suhu udara, suhu tanah, kejenuhan tanah, kelembaban nisbi tanah, dan kecepatan angin.
Besarnya evaporasi pada polibag dan ember untuk lahan sawah, tegalan, dan kebun campur selama 3 hari paling masksimal adalah 4.06 mm, 7.79 mm, dan 7.4 mm






DAFTAR PUSTAKA


Sosrodarsono, Suyono. 1987. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita: Jakarta

Sudira, Putu, 2001. Klimatologi. Fakultas Teknologi Pertanian. UGM: Yogyakarta

Waryono, dkk. 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. Bina Ilmu: Surabaya

Wisnubroto, Soekardi dkk. 1986. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Ghalia Indonesia: Jakarta















LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI










Oleh :

Angkatan II

Murtina Purba (A1L009083)




KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2010
ACARA I

PENGENALAN ALAT-ALAT PENGUKURAN UNSUR IKLIM / CUACA


TUJUAN :

Mengetahui cara kerja peralatan ukur unsur iklim / cuaca.
Mengetahui cara pengamatan unsur iklim / cuaca.
Mengetahui tata letak dan pemasangan peralatan ukur iklim / cuaca.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan adalah boring pengamatan dan bollpoint. Sedangkan alat yang digunakan adalah: (1) pengukur suhu udara minimum dan maksimum dan pengukur suhu tanah , (2) pengukur kelembaban nisbi udara, thermometer bola basah dan kering, (3) pengukur curah hujan tipe observatorium dan ototmatis, (4) pengukur lama penyinaran matahari, solarimeter Campbell Stockes, (5) pengukur kecepatan dan arah angin.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan suatu alat pengamatan cuaca atau datang dekat alat pengamatan cuaca dipasang.
Diamati letak alat pengamatan cuaca tersebut pada stasiun cuaca dan digambar secara skematik letak alat cuaca tersebut.
Digambar dan diberi keterangan bagian alat pengamatan cuaca yang diamati.
Dijelaskan prinsip kerja alat .
Dilakukan dengan cara yang sama untuk alat pengamatan cuaca lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Aktinograf


Gun Bellan


Campbell Stokes





Termometer Maksimum





Termometer minimum


Termometer biasa


Termometer tanah









Termohigrograf


Psikrometer standar


Ombrometer Observatorium



Penakar hujan Hellman


Penakar hujan Bendix


Penakar hujan Tilting Siphon


Penakar hujan Tipping Bucket


Evaporasi









Anemometer

Pembahasan

Dalam mengukur unsur cuaca/ iklim terdapat berbagai macam alat ukur antara lain alat pengukur suhu, termometer maximum-minimum, thermohygrograf, termometer biasa, termohydrometer dan termometer tanah. Thermohygrograf merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu sekaligus untuk mengukur kelembaban. Sedangkan termometer biasa ada dua yaitu: termometer alkohol dan air raksa.
Alat perekam penyinaran matahari yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tipe Campbell-stokes disertai dengan kertas pias yang berwarna biru.
Ada juga alat yang khusus untuk mengukur kecepatan angin yaitu Anemometer mangkok. Mengapa disebut sebagai Anemometer mangkok, karena alat ini mempunyai bagian berbentuk seperti mangkok yang berfungsi sebagai penerima dari daya gerak angin yang pada akhirnya akan menyebabkan bagian dalam dari alat ini akan berputar dan besar dari kecepatan angin tersebut akan tercatat pada kertas yang berada pada bagian dalam dari alat ini.
Alat yang terakhir adalah alat pengukur curah hujan yaitu Ombrometer otomatis. Sesuai dengan namanya alat ini bekerja secara otomatis, sebab alat ini dapat mencatat sendiri besarnya curah hujan tanpa harus mendapat perlakuan istimewa dari pengamat. Hal yang perlu diingat dalam pemasangan alat ini adalah jangan sampai ada penghalang yang menghalangi jatuhnya air hujan kedalam alat ini, sebab adanya penghalang akan mempengaruhi tingkat ketepatan pengukuran dari alat ini.
Pada pengukuran unsur-unsur cuaca atau iklim, alat-alat tersebut diatas mungkin masih sangat minim untuk dapat menyimpulkan keadaan suatu cuaca atau iklim yang sedang berlangsung, namun akan dapat mencapai hasil yang optimal apabila dalam waktu pengukuran sangat memperhatikan tentang faktor penempatan atau pemasangan alat serta ketelitian dalam membaca skala alat sehingga hasil pengukuran yang diperoleh akan mempunyai tingkat keseksamaan yang mendekati 100 %.
Pengukuran cuaca ataupun iklim dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu hal yang sangat penting keberadannya, sebab pengaruh-pengaruh yang mungkin ditimbulkannya sering menyebabkan masalah bagi hewan, tumbuhan maupun kesejahteraan manusia. Masalah tersebut merupakan tantangan bagi manusia, dimana manusia harus berusaha untuk mengatasinya yaitu dengan berusaha menghindari atau memperkecil pengaruh-pengaruh yang tidak menguntungkan bagi kehidupan manusia. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut :
Penyesuaian. Dalam hal ini manusia harus mengetahui tentang siklus iklim atau cuaca yang terjadi dari tahun ketahun, sebab hal ini mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dalam kaitannya dengan pemanfaatan suatu iklim atau cuaca pada masa yang bersangkutan.
Peramalan. Peramalan sendiri berarti perkiraan iklim atau cuaca pada suatu ketika berdasarkan perjalanan iklim atau cuaca tersebut pada waktu sebelumnya dalam jangka waktu yang lama.
Subtitusi. Dalam penerapannya dikehidupan sehari hari, manusia tidak kuarang akal apabila menghadapi suatu kondisi iklim atau cuaca yang kurang mendukung dalam usaha untuk mencapai kesejahteraan hidupnya
Modifikasi. Modifikasi merupakan usaha manusia dalam rangka menciptakan suatu model keadaan yang dapat mendukung bagi pencapaiaan kesejahteraan manusia.












KESIMPULAN

Pengukuran unsur iklim dan cuaca harus dilakukan dengan teliti. Serta diperhatikan cara kerja, pengamatan dan pemasangan alatnya.
Pengukuran unsur iklim dan cuaca meliputi pengukuran curah hujan, radiasi matahari, suhu dan kelembaban udara.
Tujuan dari diadakannya pengukuran unsur-unsur iklim atau cuaca adalah untuk mengetahui keadaan iklim atau cuaca yang sedang berlangsung sehingga manusia dapat optimal dalam memanfaatkan keadaan tersebut dan dapat memprediksi keadaan iklim atau cuaca dimasa yang akan datang demi mencapai kesejahteraan manusia.
















DAFTAR PUSTAKA


Urip Muhammad, Hassan. 1970. Dasar-Dasar Meteorologi Pertanian. Jakarta: PT. Soeroengan.
Waryono, dkk. 1987. Pengantar meteorologi dan Klimatilogi. Surabaya: PT. Bina Ilmu.





















ACARA II
PENGAMATAN SUHU UDARA
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui suhu udara diatas (ketinggian 1,2m) lahan sawah, tegalan, dan kebun campur setiap jam selama 3 hari.
Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu udara maksimum dan minimum di atas (ketinggian 1,2m dan 2 m lahan sawah, tegalan, dan kebun campur.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas boring pengamatan suhu udara dan alat pencatat, dan laha sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah thermometer bola basah dan bola kering, dan thermometer udara.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan semacam tongkat kayu pada masing – masing penggunaan lahan.
Diletakkan (digantungkan) thermometer pada tongkat tersebut, pada masing – masing penggunaan lahan pada ketinggian 120cm dan 200cm. Thermometer tersebut dihindarkan agar tidak terkena radiasi atau sinar matahari langsung.
Dicatat suhu udara setiap jam selama 3 hari (lembar pencatatan ada di bagian lampiran).
Dibuat grafik hubungan antara suhu udara (sumbu y) dan waktu (sumbu x). Kemudian ditentukan besarnya dan waktu suhu maksimum dan minimum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Suhu udara pada lahan sawah

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
16.00 25 25 05.00 23 23
17.00 25,5 25 06.00 23,8 24
18.00 24,5 24 07.00 24,5 24
19.00 24 24 08.00 27 26
20.00 24 24 09.00 30,5 30
21.00 23,5 23,5 10.00 31 31
22.00 23,5 23,5 11.00 32 32
23.00 23 23,5 12.00 23,5 24
00.00 23,5 23 13.00 24,5 25
01.00 24 23,5 14.00 25 27
02.00 23,5 23,5 15.00 24,5 26,5
03.00 23 23 16.00 25 25
04.00 23,5 23,5 17.00 24,5 24.5
Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan(℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
18.00 24,5 24,5 06.00 24,5 24,5
19.00 24 24 07.00 23,5 23,5
20.00 24 24 08.00 24 24
21.00 23 23 09.00 27 27
22.00 23,5 23,5 10.00 29,5 29,5
23.00 23 23 11.00 30 30
00.00 23,5 23,5 12.00 29,5 29,5
01.00 23 23 13.00 29 29
02.00 24,5 24,5 14.00 28 28
03.00 24 24 15.00 28 28
04.00 24 24 16.00 23 23
05.00 23 23

Suhu udara pada lahan tegalan

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu permukaan (℃)
1,2m 2m 1,2m 2m
17.00 25,5 26 18.00 24 24
18.00 24 25 19.00 24 24
19.00 25 25 20.00 24 24
20.00 24 25 21.00 24 24
21.00 24 24 22.00 23,5 24
22.00 24 24 23.00 23,5 24
23.00 23 24 00.00 23 24
00.00 24 24 01.00 23 24
01.00 25 24,5 02.00 23 24,5
02.00 23,5 24,5 03.00 23 24
03.00 23 24 04.00 23 23
04.00 24 24 05.00 23 24
05.00 23 23 06.00 24 25
06.00 24 25 07.00 25 26
07.00 25 25 08.00 28 28
08.00 28 28 09.00 30 30
09.00 31 31 10.00 32 32
10.00 32,5 32,5 11.00 30 30
11.00 32,5 33 12.00 30 30
12.00 31 32 13.00 23 24
13.00 24 24 14.00 23,5 24
14.00 24 24 15.00 23,5 24
15.00 23,5 24 16.00 23 24
16.00 23 23 17.00 24 24
17.00 24 24

Suhu udara pada lahan kebun campur

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
16.30 25 26 17.30 24,5 25
17.30 25,5 25,5 18.30 25 24
18.30 25 25,5 19.30 24 25
19.30 24,5 25,5 20.30 24,5 25
20.30 24,5 25,5 21.30 25 25
21.30 24 25 22.30 24,5 25
22.30 25 25 23.30 25 25
23.30 25 25 00.30 24 24
00.30 25 25,5 01.30 24 25
01.30 25 25 02.30 24 25
02.30 25 25 03.30 24 25
03.30 24 25 04.30 24,5 24,5
04.30 24,5 25 05.30 24 25
05.30 24 25 06.30 25 25
06.30 25 25,5 07.30 26 27
07.30 26 26 08.30 27 28
08.30 28 28 09.30 29 30
09.30 30 31 10.30 31 30,5
10.30 32 31,5 11.30 30 30
11.30 33,5 34 12.30 25 25
12.30 31 26 13.30 24 24,5
13.30 25 25 14.30 24,5 25
14.30 24,5 24,5 15.30 24,5 24
15.30 24 24,5 16.30 24 24
16.30 24,5 25









Grafik Perbandingan antara kebun campur,tegalan dan sawah
pada ketingian 120 cm









Grafik Perbandingan antara kebun campur,tegalan dan sawah
pada ketingian 200 cm




Pembahasan

Agroklimatologi adalah ilmu iklim yang mempelajari tentang hubungan antara unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman. Yang dipelajari dalam agroklimatologi adalah bagaimana unsur-unsur iklim itu berperan di dalam kehidupan tanaman (http://mukhtarom-ali.blogspot.com, 2008).
Suhu merupakan suatu konsep yang tidak mudah didefinisikan. Di dalam “Glossary of Meteorologi” suhu disebutkan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan berbagai tipe thermometer. Suhu dengan panas berbeda, karena menurut hukum termodinamika, panas merupakan energy total dari pergerakan molekuler suatu benda.
Faktor luar dari suhu yang berpengaruh langsung yaitu suhu udara dan radiasi matahari. Karena variasi suhu yang ada di atmosfer sangat besar dikarenakan pergerakan udara sangat besar dan bebas (http://mukhtarom-ali.blogspot.com, 2008).
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap suhu udara pada tanah sawah, tegalan dan kebun campur. Dari data hasil pengamatan didapat suhu maksimal pada tanah sawah 320C dan suhu minimumnya 230C, sedang pada tanah tegalan suhu maksilmal adalah 32,50C, dan suhu minimumnya 230C. Sedangkan pada kebun campur suhu udara maksimum 34 0C dan suhu udara minimumnya 240C.
Grafik dari ketiga lahan tersebut menunjukan suhu dari pagi hari ke siang sekitar jam 11.00 naik dan menjelang pukul 17.00 mulai turun kembali hingga malam. Namun saat kondisi cuaca hujan atau mendung suhu udara turun dan saat cuaca cerah dan terik matahari mencapai titik maksimal suhu pun naik mencapai titik maksimal. Hal ini dijelaskan oleh Chambers (1978) pada bukunya klimatologi pertanian dasar bahwa rata-rata siklus harian suhu udara atau irama antara siangdan malam mengikuti suhu permukaan daratan dan menggambarkan neraca radiasi matahari datang dan neraca radiasi bumi yang keluar. Sejak matahari terbit hingga pukul 14.00-16.00 apabila energi radiasi yang diterima lebih cepat dari hilangnya radiasi, maka kurva suhu udara biasanya naik. Pada pukul 02.00 atau 04.00 hingga matahari terbit pada esok harinya, bila radiasi bumi yang hilang lebih besar daripada yang diterima, kurva bisa menurun. Suhu bumi tertinggi biasanya terjadi pada pukul 13.00-15.00, tidak berimpitan dengan radiasi matahari maksimum (pukul 12.00 tengah hari). Keterlambatan ini terjadi karena suhu terus menerus naik selama jumlah radiasi matahari yanag diterima melampaui radiasi bumi yang keluar, penerimaan energi mulai menurun lewat tengah hari tetapi masih melampaui energi yang hilang sampai kira-kira pukul 15.00, dan baru pada waktu itu suhu tidak naik lagi. Ketinggian termometer ditempatkan.
Semua suhu rata-rata bulanan, semusim, setahun atau periode tahun yang panjang dibentuk dari suhu rata-rata harian sebagai satuan dasar. Walaupun suhu udara rata-rata harian bervariasi mengikuti suhu permukaan bumi, kisaran paling besar terdapat didekat permukaan bumi dan kisaran mengecil bila menjauhi permukaan bumi. Kisaran harian besar pada hari yang cerah daripada hari-hari yang tertutup awan. Pada hari yang cerah, radiasi cepat sekali memanaskan bumi yang padat, dan kemudian memanaskan udara diatasnya. Pada malam yang cerah pula radiasi keluar dengan cepat dari bumi mengakibatkan pendinginan yang besar. Langit yang tertutup awan mengurangi radiasi matahari yang diterima, kemudian pemanasan pada siang hari dan pendinginan pada malam hari terhalang. Pendinginan yang berkurang pada malam hari mengakibatkan kurva harian agak mendatar. Dari penjelasan diatas telah diperoleh sebab mengapa pada cuaca cerah suhu udara lebih tinggi daripada cuaca mendung atau hujan, selain itu perubahan suhu pada cuaca yang berlainan karena intensitas radiasi matahari saat cuaca mendung dan tertutup awan terhalang sehingga mempengaruhi panas buni dan mempengaruhi radiasi bumi mengakibatkan berubahnya suhu udara. Sedangkan Apada saat cuaca cerah dan tidak berawan radiasi sinar matahari ke bumi tidak terhalang(Bourke, 1968).
Selain itu penyebaran suhu diatas permukaan bumi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
Jumlah radiasi yang diterima per hari, per musim dan per tahun
Telah dijelaskan sebelumnya
Pengaruh daratan dan lautan
Pengaruh elevasi
Semakin tinggi suatu tempat dari atas permukaan laut maka semakin rendah suhunya.
Pengaruh dari aspek
Pengaruh panas laten
Pengaruh angin
Adveksi merupakan pengangkutan dari sifat atmosfer oleh pergerakan udara arah horizontal (Chambers, 1978).

KESIMPULAN

1. Suhu merupakan suatu konsep yang tidak mudah didefinisikan.Suhu disebutkan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan berbagai tipe thermometer.
2. Penyebaran suhu diatas permukaan bumi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: Jumlah radiasi yang diterima per hari, per musim dan per tahun. Pengaruh daratan dan lautan merupakan pengaruh elevasi Semakin tinggi suatu tempat dari atas permukaan laut maka semakin rendah suhunya.







DAFTAR PUSTAKA


Bourke, P.M.A., 1968. Introductoin The Aims Of Agrometeorologi In Agroklimatological Metthods, Proc, Of Reading Stmposium; UNESCO
Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor; Bogor
.2008. Agroklimatologi. http://mukhtarom-ali.blogspot.com /2008/02/ agroklimatologi. html


















ACARA III
PENGAMATAN SUHU TANAH
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui suhu tanah pada lahan sawah, tegalan dan kebun campur pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm setiap jam selama 3 hari
Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu tanah maksimum dan minimum pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm setiap jam selama 3 hari.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas boring pengamatan suhu tanah pada beberapa kedalaman, alat pencatat, lahan sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah thermometer dan lubang – lubang tanah berpralon.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan tempat pengamatan suhu tanah pada masing-masing penggunaan lahan dengan cara membuat lubang (membor) tanah menurut kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm dan dipasang pralon pada lubang tersebut supaya tidak tertimbun tanah.
Diletakkan termometer pada masing-masing lubang tanah tersebut pada masing-masing lubang tanah tersebut pada masing-masing penggunaan lahan, dihindarkan termometer dari injakan kaki.
Dicatat suhu tanah setiap jam selama 3 hari dengan intensitas satu jam sekali dengan melihat suhu termometer pada setiap kedalaman.
Dicatat hasilnya dan dibuat kurva.


HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Hasil Pengamatan
Suhu tanah pada lahan sawah
Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5cm 25cm 50cm 75cm 100cm
16.00 26,5 27,5 29 29,5 29
17.00 27 28 29,5 30 29
18.00 27 26,5 27 29 28,5
19.00 28 29 27 28 28
20.00 27 29 28 29 28
21.00 28 29 28 28 28,5
22.00 26,5 28 28 28 28,5
23.00 27 24 28 23 29
00.00 26,5 29 27 28 29
01.00 26,5 29 28 28 29
02.00 28 29 28 29 29
03.00 26,5 29 28 28 29
04.00 27 29 29 29 29
05.00 26 28 28 28 29
06.00 26 28 27 27 28
07.00 26 28 27,5 27,5 28,5
08.00 28 27 25,5 27 28,5
09.00 29 29 28 28,5 29
10.00 31 29 28 28,5 29,5
11.00 32,5 28,5 28 28,5 29
12.00 32 29 28 28 29
13.00 30 28 27 28,5 29
14.00 28 29 27 28,5 29,5
15.00 28 26 26 28 28,5
16.00 27,5 29 26 26 27
17.00 28 28,5 25,5 27 26
18.00 29 27 29 28 29
19.00 29 27 28 28,5 29
20.00 29 27 28 28 29
21.00 28 30 28 29 29
22.00 28 29,5 29 29 30
23.00 26 29 28 28 29
00.00 27 29,5 28 28,5 29,5
01.00 27 30 29 29 29,5
02.00 26,5 29,5 28 28,5 29,5
03.00 27 29 28 28,5 29
04.00 26 29 28,5 28,5 29
05.00 26 28 28 28 29
06.00 26 29 28 28 28,5
07.00 26 29 27,5 28 29
08.00 28,5 29 28 29 29
09.00 29 29 28,5 29 29
10.00 31 29 28 28 29
11.00 32 28,5 28 28,5 29
12.00 31 28 27,5 28 29
13.00 31 28 27 28 28,5
14.00 30 27 26 27,5 28
15.00 29 27,5 25 26 27
16.00 28 28,5 25,5 27 26

Suhu tanah pada lahan tegalan
Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5 cm 25 cm 50 cm 75 cm 100 cm
17.00 28,5 oC 28 oC 29 oC 28 oC 29 oC
18.00 28 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
19.00 27 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
20.00 27,5 oC 28,5 oC 28 oC 27,5 oC 28,5 oC
21.00 27 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
22.00 27 oC 29 oC 28 oC 27 oC 28 oC
23.00 24 oC 28 oC 28 oC 27 oC 28 oC
00.00 26 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
01.00 26 oC 29 oC 28 oC 27,5 oC 28,5 oC
02.00 26 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 28,5 oC
03.00 26 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
04.00 26 oC 28,5 oC 28 oC 27 oC 28 oC
05.00 25,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28 oC
06.00 26 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
07.00 26,5 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 28,5 oC
08.00 27,5 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
09.00 30 oC 28,5 oC 29 oC 28 oC 29 oC
10.00 31,5 oC 28,5 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
11.00 32 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
12.00 34 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC
13.00 31 oC 28,5 oC 28 oC 29 oC 28,5 oC
14.00 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC 28 oC
15.00 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC 28 oC
16.00 27 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
17.00 28 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
18.00 28 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
19.00 28 oC 29 oC 28 v 28 oC 29 oC
20.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28 oC
21.00 26,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28 oC
22.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
23.00 26 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC 28,5 oC
00.00 25,5 oC 29 oC 28 oC 28,5 oC 29 oC
01.00 25,5 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC 28,5 oC
02.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28 oC
03.00 26 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC
04.00 25 oC 28 oC 28 oC 27 oC 28 oC
05.00 25 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC
06.00 26 oC 28,5 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC
07.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
08.00 28 oC 29 oC 28 oC 29 oC 29 oC
09.00 29 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 29 oC
10.00 31 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
11.00 31 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
12.00 31,5 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
13.00 26 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
14.00 26,5 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
15.00 27 oC 28 oC 26,5 oC 25,5 oC 27,5 oC
16.00 27 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
17.00 27 oC 26 oC 27 oC 26 oC 28 oC

Suhu tanah pada lahan kebun campur

Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5cm 25cm 50cm 75cm 100cm
16.30 28 26 26 27 26
17.30 28 26 26 27 26
18.30 27 27 26 26,5 26
19.30 27 26,5 26,5 27 26
20.30 27 27 27 27 26,5
21.30 26 27 27 27 26
22.30 26 27 26 27 26
23.30 26 27 27 27 26
00.30 26 27 27 27 26
01.30 26 27 27 27 26
02.30 26 27 26 27 26
03.30 26 27 26 27 26
04.30 26 27 27 27 26
05.30 26 27 26 27 26
06.30 27 26 26 27 26
07.30 26,5 27 25,5 27 26
08.30 27 26,5 26,5 27 26
09.30 28 27 26,5 27 26
10.30 28 27 26,5 27 26
11.30 31,5 28 27 27 26
12.30 31 27 26,5 27 26,5
13.30 30 27 27 27 26,5
14.30 28,5 27 26,5 26,5 26
15.30 27,5 26,5 26,5 26,5 26
16.30 27 27 27 27 26
17.30 27 27 27 27 26
18.30 27 27 27 27 26
19.30 27 27 27 27 26
20.30 26,5 27 26,5 27 26
21.30 26,5 27 26 27 26
22.30 26,5 27 27 27 26
23.30 26 27 26 27 26
00.30 26 27 26 27 26
01.30 26 27 27 27 27
02.30 26 27 27 27 26
03.30 26 27 27 27 27
04.30 27 27 27 26 26
05.30 25,5 27 26 27 26
06.30 26 27 26 27 26
07.30 26 26 26 27 26
08.30 27 27 27 27 26
09.30 27,5 27 27 27 26,5
10.30 28 27 27 27 26
11.30 28 27 27 27 26
12.30 25,5 26 26,5 27 26
13.30 26 26,5 26 27 26
14.30 26 26 26,5 27 26,5
15.30 26 26 26,5 27 26,5
16.30 26 26 26,5 27 26,5















Grafik :















Pembahasan.
Praktikum agroklimatologi acara pengukuran suhu tanah ini dilakukan dengan mengukur suhu tanah sawah, tegalan dan kebun campur dengan kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm menggunakan termometer. Cara yang dilakukan praktikum ini sudah mendekati anjuran dari komite meteorologi sedunia (1955) yang menganjurkan bahwa kedalaman standard untuk mengukur suhu tanah adalah 5, 10, 20, 50 dan 100 cm. Pengukuran suhu di bawah permukaan tidak seteliti diatas permukaan karena perubahan yang cepat dihalangi oleh kapasitas panas tanah. Oleh karena itu untuk kebanyakan tujuan pertanian, pengukuran maksimum dan minimum harian suhu dianggap memadai terutama pada kedalaman yang besar(Chambers, 1978).
Suhu tanah sering memberikan pengaruh yang lebih penting dari pada suhu udara untuk pertumbuhan tanaman. Suhu tanah, terutama suhu ekstrim akan mempengaruhi perkecambahan biji, aktifitas akar, kecepatan dan umur tanaman serta terjadinya keganasan penyakit tanaman. Sedangkan suhu udara dianggap memberikan pengaruh yang besar pada fase reproduktif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tanah sendiri adalah tipe dan keadaan tanah maupun jumlah energi yang diterima. Faktor-faktor berikut dapat dianggap berpengaruh walaupun sering faktor-faktor ini secara bersama-sama memberikan pengaruh. Faktor-faktor tersebut meliputi :
A Faktor luar, seperti
Radiasi matahari
Awan
Curah hujan
Temperatur udara
Angin
Kelembaban udara

B. Faktor dalam, seperti
Tekstur tanah
Kadar air tanah
Kandungan bahan organik
Warna
Struktur tanah, pengolahan tanah dan kepadatan tanah
C. Faktor topografi :
Aspek
Kemiringan lereng
Permukaan air tanah
Vegetasi
(Bourke, 1968)

Selain faktor-faktor tersebut diatas suhu tanah juga dipengaruhi oleh pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang menggemburkan bagian atas dari lapisan tanah akan mengurangi pengaliran panas antara permukaan tanah dan lapisan bawahnyanya.
Kecepatan pengaliran panas tanah tergantung dari gradien suhu dan daya hantar panas. Daya hantar panas adalah jumlah panas yang mengalir per satuan waktu apabila perbedaan suhu diantar dua bidang datar berhadapan dipertahankan sebesar 1 satuan (Hillel, 1967).
Suhu tanah juga perlu diukur, karena suhu tanah ini sangat mempengaruhi mikroflora dan mikrofauna yang terkandung dalam tanah yang menguntungkan dan menyuburkan tanah setempat. Suhu tanah ini dipengaruhi oleh intensitas radiasi matahari. Intensitas radiasi matahari yang diterima oleh bumi dipengaruhi oleh ketinggian suatu tempat terhadap matahari dan tebal tipisnya lapisan ozon di atmosfer. Semakin dekat kedudukannya terhadap matahari, maka intensitas cahaya matahari yang diserap tanah akan semakin tinggi sehingga suhu permukaan tanah biasanya akan semakin tinggi. Cahaya matahari yang sampai ke permukaan tanah dipengaruhi oleh rapat tidaknya vegetasi tanah tersebut. Jika vegetasinya sangat rapat atau bahkan tertutup sama sekali, hal ini dapat mengurangi masuknya radiasi matahari ke permukaan tanah, selain menghalangi proses penguapan tanah (evaporasi berkurang), hal ini dapat menyebabkan tanah menjadi basah dan kelembaban tanah menjadi tinggi. Apabila vegetasi yang rapat tersebut dibuka, maka radiasi matahari akan masuk ke permukaan akan menaikkan suhu permukaan tanah dan menyebabkan penguapan.
Jika suhu tanah terlalu tinggi (ekstrim) bisa mematikan mikroflora dan mikrofauna tersebut sehingga tanah menjadi tidak subur, selain itu dapat mengganggu aktivitas fotosintesis, dan respirasi tumbuhan (http://efrin4mzil.blogspot.com, 2009)
Data dari hasil praktikum pada lahan sawah , tegalan dan kebun campur, dari data dan grafik yang diperoleh pada tegalan suhu pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 suhunya naik turun tidak teratur begitu juga dengan sawah dan kebun campur. Jika dibandingkan dengan referensi seharusnya semakin dalam kedalaman tanah, suhunya semakin turun karena kontak dengan udara dan radiasi matahari semakiin kecil. Selain itu faktor kelembaban tanah yang semakin dalam semakin lembab mengakibatkan suhu juga semakin kecil. Namum pada kenyataannya saat praktikum pada ketiga lahan baik sawah, tegalan dan kebun campur tidak demikian, suhu tidak teratur, terkadang suhu pada 100 cm lebih tinggi dari 75 dan 50 tetapi sebaliknya.
Hal-hal yang menyimpang dari teori ini diakibatkan alat pengukur suhu atau termometer yang digunakan bukan alat khusus untuk mengukur suhu tanah sehingga kurang akurat. Selain itu adanya faktor-faktor bahan penghantar panas seperti lempengan-lempengan logam dan lain-lain seperti yang dibahas menurut teori terdapat pada kedalaman tanah tertentu mengakibatkan suhu yang terukur terkontaminasi sehingga tidak murni, selain itu kesalahan diakibatkan saat pengamatan yang kurang teliti dan kerena saat melihat skala termometer di permukaan tanah terlalu lama sehingga suhunya langsung berubah. Terlebih lagi pada tanah tegalan penempatan termometer pada kedalaman 5 cm dalamnya tidak mencapai 5cm sehingga suhu tanah berbeda tipis bahkan melebihi suhu udara.
Menurut data pengamatan dan kurva suhu tanah pada tiap kedalaman. Suhu tanah pada kebun campur lebih rendah dari suhu tanah tegalan dan sawah, hal ini diakibatkan karena pada kebun campuran tanahnya tertutup oleh tumbuhan penutup tanah (rumput) sehingga kelembabannya lebih besar dan suhunya lebih rendah daripada sawah dan tegalan, selain itu pada kebun campuran banyak pohon besar yang menutupi atau menghalangi sinar matahari menyentuh tanah secara langsung mengakibatkan radiasi sinar matahari ke tanah berkurang. Selain itu kandungan bahan organik, serta tekstur tanah berpengaruh terhadap suhu tanah seperti apa yang dijelaskan chambers (1987) jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu bervariasi, tanah berhumus mempunyai kapasitas panas yang jauh lebih rendah dibandingkan kapasitas panas tanah mineral karena kerapatan humus rendah. Tapi dalam keadaan lapang, tanah organik dan tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai kapasitas panas dan kapasitas menahan air yang tinggi.
Kecepatan pengaliran panas tanah tergantung dari gradien suhu dan daya hantar panas. Daya hantar panas adalah jumlah panas yang mengalir persatuan waktu. Daya hantar panas ditentukan oleh porositas, kadar air dan bahn organik. Di lapangan tanah bertekstur halus mempunyai kadar air tinggi yang memperbesar pertambahan daya hantar panas.
Dari hasil pengamatan diperoleh juga suhu tanah pada sawah untuk semua kedalaman secara garis besar lebih tinggi dari suhu tanah tegalan hal ini diakibatkan karena pada tanah sawah yang digunakan selalu terendam air dan dekat dengan sungai radius 0,5 m. Sehingga suhunya lebih tinggi dari tegalan. hal ini diakibatkan karena pada siang hari air lebih cepat panas daripada daratan sehingga suhu tanahnya pun lebih tinggi, hal ini dikerenakan panas pada daratan atau tegalan dalam hal ini bergerak secaca konduksi dengan bantuan udara, sedangkan udara juga menjadi penghambat panas karena udara merupakan penghantar panas yang jelek. Lain halnya dengan tanah sawah yang selalu tergeng air dan dekat dengan sungai. Air yang diam panasnya bergerak secara molekuler, sedangkan pada sungai yang dekat dengan area pengamatan panas bergerak secara vertikal hal ini lebih baik daripada seecara molekuler. Hal ini yang mengakibatkan suhu tanah sawah lebih panas daripada suhu tegalan. namun, lain kejadiannya saat malam hari seharusnya suhu tanah tegalan lebih panas daripada suhu sawah. Karena tegalan yang tidak tergenag air lebih lama untuk mengalami pendinginan daripada tanah sawah yang tergenag air tiap saat. Namun pada kenyataan di lapangan tidak demikian. Hal ini karena saat pengukuran praktikan kurang teliti dan alat yang digunakan bukan alat khusus. Hal lain karena cuaca yang tidak menentu saat dilakukannya pengamatan.


KESIMPULAN

Suhu tanah sawah pada semua kedalaman > tanah tegalan > kebun campur.
A.Suhu maksimum tanah sawah.(0C)
5 cm =32,5 ; 25 cm =29,5 ; 50 cm =29,5 ; 75=30 ; dan 100 cm =29,5
Suhu minimumnya
5 cm =26 ; 25 cm =24 ; 50 cm =25 ; 75 =23 ; dan 100 cm =26
B. Suhu maksimum tanah tegalan.(0C)
5 cm =31,5 ; 25 cm =29 ; 50 cm =29 ; 75 =29 ; dan 100 cm =29
Suhu minimumnya
5 cm =24 ; 25cm =26 ; 50cm =26,5 ; 75cm =25,5 ; dan 100cm =28
C. Suhu maksimum kebun campur .(0C)
5 cm =29 ; 25cm =28 ; 50cm=27 ; 75cm=27 dan 100 cm =27
Suhu minimumnya
5 cm =25 ; 25 cm =26 ; 50 cm =26 ; 75 =26 ; dan 100 cm =2



DAFTAR PUSTAKA


Bourke, P.M.A., 1968. Introductoin The Aims Of Agrometeorologi In Agroklimatological Metthods, Proc, Of Reading Stmposium: UNESCO
Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor
Hillel, D. 1971. Soil And Water Physical Principles And Processes. Academic Press: New York and London
.2009.“Agroklimatologi”.http://efrin4mzil.blogspot.com/2009/03/ agroklimatologi. html















ACARA IV
PENGAMATAN KELEMBABAN NISBI
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR

TUJUAN

Mengetahui kelembaban nisbi udara di atas lahan sawah, tegalan, dan kebun campur setiap jam selama 3 hari.
Mengetahui saat (waktu) kelembaban nisbi udara maksimum dan minimum di atas lahan sawah, tegalan, dan kebun campur.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas borang pengamatan kelembaban nisbi, alat pencatat, lahan sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah psychrometer yang terdiri atas thermometer bola basah dan kering, dan table pengamatan kelembaban nisbi.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan tiang setinggi kira-kira 1,2 m.
Disiapkan psikhrometer yang pada tangki termometer bola basah sudah diberi air.
Psikhrometer diletakkan (digantungkan) pada tiang dan ditunggu selama kurang lebih 5 menit.
Setelah kurang lebih 5 menit diamati suhu pada termometer bola kering dan bola basah kemudian lihat kelembaban nisbi udara psikhrometer dengan cara membaca indeks(penjurus) dari hasil penghimpitan suhu termometer bola basah dan bola kering.
Pengamatan dilakukan selama 3 hari dengan intensitas pengamatan 1 jam sekali.
Dibuat kurva.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Kelembaban nisbi pada lahan sawah
Waktu
(pukul) TBK
(℃) TBB
(℃) Kelembaban Nisbi Waktu
(pukul) TBK (℃) TBB (℃) Kelembaban Nisbi
16.00 26,5 25 86% 17.00 25 23 81%
17.00 27 25,5 86% 18.00 27 23.5 70%
18.00 26 25 90% 19.00 26,5 23,5 73%
19.00 25,5 24,5 90% 20.00 26 24 82%
20.00 25 24 90% 21.00 24 24 100%
21.00 24,5 24 95% 22.00 24,5 23,5 90%
22.00 24,5 24 95% 23.00 23 23,5 95%
23.00 24,5 24 95% 00.00 23,5 23,5 100%
00.00 24.5 24 95% 01.00 23,5 23 95%
01.00 25 24,5 95% 02.00 24,5 23,5 90%
02.00 24,5 24 95% 03.00 24 23,5 95%
03.00 24.5 24 95% 04.00 24 23,5 95%
04.00 24,5 24 95% 05.00 23.5 22,5 90%
05.00 24 23,5 95% 06.00 24 24 100%
06.00 25 24,5 95% 07.00 5 24,5 95%
07.00 25,5 24,5 90% 08.00 26,5 26 95%
08.00 27,5 26,5 91% 09.00 30 28,5 87%
09.00 31,5 28 72% 10.00 31 28 75%
10.00 29 23 54% 11.00 30 27.5 79%
11.00 34 28 57% 12.00 30 25 61%
12.00 25 24 90% 13.00 30 24 52%
13.00 25 24,5 86% 14.00 29 24 60%
14.00 24,5 24 95% 15.00 28,5 25 71%
15.00 24 24 100% 16.00 23 23 100%
16.00 26 24,5 86%


Kelembaban nisbi pada lahan tegalan
Waktu
(pukul) TBK TBB Kelembaban Nisbi

17.00 26 oC 25 oC 90 %
18.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
19.00 25 oC 24 oC 90 %
20.00 24 oC 23,5 oC 95%
21.00 24 oC 24 oC 100 %
22.00 24 oC 23,5 oC 95 %
23.00 23 oC 23 oC 100 %
00.00 24 oC 24 oC 100 %
01.00 24 oC 24 oC 100 %
02.00 23,5 oC 23 oC 95 %
03.00 23,5 oC 23 oC 95 %
04.00 24 oC 24 oC 100 %
05.00 23 oC 23 oC 100 %
06.00 25 oC 24,5 oC 95 %
07.00 25,5 oC 25 oC 95 %
08.00 28,5 oC 27,5 oC 91 %
09.00 33 oC 31,5 oC 88 %
10.00 34,5 oC 32,5 oC 84 %
11.00 34,5 oC 31,5 oC 76 %
12.00 33 oC 30 oC 76 %
13.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
14.00 24 oC 24 oC 100 %
15.00 24 oC 23,5 oC 95 %
16.00 23 oC 23 oC 100 %
17.00 24 oC 24 oC 100 %
18.00 23 oC 23 oC 100 %
19.00 23 oC 23 oC 100 %
20.00 24 oC 24 oC 100 %
21.00 24 oC 24 oC 100 %
22.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %
23.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %
00.00 23 oC 23 oC 100 %
01.00 23 oC 23 oC 100 %
02.00 23,5 oC 23,5 oC 100%
03.00 23 oC 23 oC 100 %
04.00 23 oC 23 oC 100 %
05.00 23 oC 23 oC 100 %
06.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
07.00 25 oC 25 oC 100 %
08.00 27,5 oC 27,5 oC 100 %
09.00 31 oC 30 oC 91 %
10.00 33 oC 31 oC 83 %
11.00 31 oC 29 oC 83 %
12.00 30,5 oC 28,5 83 %
13.00 25 oC 24 oC 90 %
14.00 24 oC 24 oC 100 %
15.00 24 oC 24 oC 100 %
16.00 23 oC 23 oC 100 %
17.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %









Kelembaban nisbi pada lahan kebun campur

Waktu (pukul) Kelembaban Nisbi
(D - W) % Waktu (pukul) Kelembaban Nisbi
(D - W) %
16.30 90 17.30 100
17.30 89 18.30 90
18.30 90 19.30 94.5
19.30 90 20.30 98
20.30 90 21.30 95
21.30 89 22.30 100
22.30 89 23.30 100
23.30 100 00.30 100
00.30 100 01.30 100
01.30 90 02.30 88
02.30 90 03.30 86
03.30 100 04.30 87
04.30 100 05.30 90
05.30 90 06.30 90
06.30 100 07.30 100
07.30 91 08.30 81
08.30 86 09.30 62
09.30 70 10.30 74
10.30 64 11.30 71
11.30 19 12.30 100
12.30 63 13.30 90
13.30 100 14.30 100
14.30 100 15.30 100
15.30 100 16.30 100
16.30 92






















Grafik :






Pembahasan
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. jumlah uap air dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer. Yaitu hanya kira-kira 2 % dari jumlah masa. Akan tetapi uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim ( Guslim, dkk., 1987 ). Kelembaban udara dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu :
Kelembaban absolut.
Kelembaban spesifik.
Tekanan uap.
Kelembaban relatif.

Faktor utama yang mempengaruhi kelembaban udara di suatu daerah adalah luas perairan laut dan angin yang berhembus di daerah itu. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut-laut yang sangat luas, maka kelembaban udaranya rata-rata tinggi. Kelembaban udara yang tinggi memudahkan terjadinya kondensasi dan presipitasi. Proses kondensasi dan presipitasi terjadi apabila udara yang lembab itu mengalami penaikan sampai melewati tingkatan kondensasi.
Pada praktikum kali ini mengukur kelembaban nisbi di tanah sawah, tegalan dan kebun campur. Kelembaban nisbi sendiri menurut chambers (1978) adalah perbandingan jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung pada suhu dan tekanan tertentu. Satuannya adalah persentase. Bila suhu udara berubah, kapasitas udara untuk mengandung uap air bertambah. Atau dengan kata lain kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. (Handoko, 1994).
Kelembaban udara adalah persentase kandungan uap air dalam udara. Semua uap air yang ada dalam udara itu berasal dari penguapan. Penguapan adalah perubahan fase cair menjadi fase uap air yang ringan. Untuk menguapkan air diperlukan panas. Sedangkan kelembaban melepaskan panas. Penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan airyang terbuka akan tetapi juga melalui pori-pori tanah dan pori-pori tumbuh-tumbuhan. Penguapan melalui tiga tempat tadi disebut Evaporasi. Jumlah uap airyang ada dalam atmosfer dapat dinyatakan dengan berbagai ukuran yaitu: (1) kelembaban mutlak, (2) kelembaban spesifik dan (3) kelembaban relatif/nisbi (Lakitan, B. 1994).
Kelembapan nisbi menurut tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air aktual di suatu tempat ditentukan oleh ketersediaan air dan energi untuk menguapkannya (Usmadi, 2009).
Berdasarkan data pengamatan yang didapat, kelembaban nisbi pada tanah sawah maksimum 100%, dan minimum pada 52%, sedangkan pada tanah tegalan kelembaban nisbi maksimum 100%, dan kelembaban nisbi minimum 76%. pada kebun campur kelembaban nisbi maksimum 100% dan kelembaban nisbi minimum 19%. Dari hasil pengamatan dan kurva masing-masing lahan. Kelembaban nisbi pada kebun campur yang minimumnya paling tinggi, karena pada kebun campur banyak pohon-pohon besar yang tajuknya saling menutupi sehingga keadaan di sekitar tetap lembab dengan kondisi yang rimbun menghalangi radiasi sinar matahari sehingga kondisinya tetap lembab. Meski begitu seharusnya kelembaban maksimal terbesar juga dimiliki oleh kebun campur, tetapi terjadi pennyimpangan yaitu didapat hasil tertinggi pada sawah hal ini bisa karena beberapa hal seperti permasalahan teknik pada alat, cuaca dan ketidak telitian praktikan saat melihat skala bola basah bola kering juga karena psikhrometer tidak standby di tempat atau lahan pengamatan seningga butuh penyesuaian saat akan digunakan untuk mengukur pada lahan yang diinginkan dan butuh waktu, sedangkan toleransi untuk penyesuaian psikhrometer hanya sekitar 5 menit. Jadi kelembaban yang terukur tidak akurat.
Bila dikaitkan dengan penerimaan radiasi matahari di bumi maka akan ada pola sebaran kelembapan uadara yang berbeda anatara siang dan malam hari. Pada siang hari energi radiasi matahari yang cenderung kuat, akan meningkatkan suhu udara. Pada kondisi tersebut bila tekanan uap aktual di udara tetap maka kelembapan relatif udara akan berkurang (rendah). Demikian sebaliknya pada malam hari. Kelembapan relatif yang tingi pada pagi hari pada saat suhu udara mencapai titik suhu terendah (lihat neraca radiasi & pola suhu pd perkuliahan sebelumnya) bila bersentuhan dengan benda yang suhunya lebih rendah dari titik embun akan terbentuk embun. Selain itu data pengamatan ini sesuai dengan apa yang dikatakan Guslim (1987). Hal ini sesuai dengan literatur Guslim, dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari dan variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari. Selain itu hal ini diperkuat oleh Lakitan ( 1994 ) yang menyatakan bahwa kelembaban udara lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena penamabahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan.

KESIMPULAN

Kelembaban nisbi adalah perbandingan jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung pada suhu dan tekanan tertentu.
Kelembaban nisbi pada tanah sawah maksimum 100% dan minimum 52% sedangkan pada tanah tegalan kelembaban nisbi maksimal 100%, dan kelembaban nisbi minimum 76%, pada kebun campur kelembaban nisbi maksimum 100% dan kelembaban nisbi minimum 19%.













DAFTAR PUSTAKA


Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor
Guslim, O.K Nazaruddin H, Roeswandi, A. Hamdan, dan Rosmayati. 1987. Klimatologi Pertanian. USU Press: Medan
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Pustaka jaya, Bogor.
Lakitan Benyamin. 1994. Dasar-dasar klimatologi. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta
Usmadi. 2009. “Agroklimatologi”. http://blogs.unpad.ac.id/Haus_Ilmu/wp-content/ uploads/ kelembapan_relatif_udara.pdf















ACARA V
PENGAMATAN PENGUAPAN AIR HARIAN
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui penguapan harian pada lahan sawah, dan tegalan selama 3 hari.
Mengetahui penguapan harian yang paling besar dari ketiga penggunaan lahan.


ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas tanah sawah, tanah tegalan, tanaman, air ledeng (sumur), borang pengamatan, dan alat pencatat. Alat yang digunakan adalah timbangan (ketelitian 5 gram), pot (ember) untuk menanam, cangkul, gayung, dan kertas label.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan sebuah timbangan kapasitas 25kg dan tiga pot (ember) berisi lk. 10 kg tanah (setara kering oven) tanah dari sawah dan tegalan.
Pada pot untuk tanah sawah diairi sehingga pada kondisi tergenang setebal lk. 5 cm dan pada pot yang lain (tegalan) disetel kadar airnya sekitar kapasitas lapangngan (field capacity).
Kemudian pada waktu yang tercatat (misalnya pkl. 16.00 WIB) ditimbang dan dicatat beratnya (B˳). Biarkan air tanah pada pot menguap selama 24 jam. Hari berikutnya pada waktu yang sama dilakukan penimbangan lagi yang kedua dan dicatat beratnya (Bι). Pekerjaan seperti ini dilakukan selama 3 hari dengan cara dan waktu yang sama.
Dihitung berapa tebal (mm atau cm) air yang menguap setiap hari dengan memerlukan luas permukaan tanah pada pot.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Data penguapan lahan tegalan

Tabel berat pot pada percobaan ditegalan

Ulangan Berat Tanah
(gr)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Hari ke – 3
1 8120 8070 8030
2 8340 8300 8210
3 8210 8170 8110
Rata – rata 8223.33 8180 8116.67

Tabel air yang menguap pada percobaan ditegalkan (hasil perhitungan)

Ulangan Penguapan
(mm)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Evaporasi total
1 0.07 0.06 0.13
2 0.06 0.13 0.18
3 0.06 0.08 0.14
Rata – rata 0.0633 0.09 0.15



Data penguapan lahan sawah

Tabel air yang menguap pada percobaan disawahkan (hasil perhitungan)
Ulangan Penguapan
(mm)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Evaporasi total
1 0,15 0,59 0,75
2 0,14 0,09 0,24
3 0,53 0,07 0,6
Rata – rata 0.2733 0.25 0.53

Grafik Evaporasi pada lahan sawah dan tegalan :




Pembahasan

Air dalam tanah juga dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan. Peristiwa ini disebut evapotranspirasi. Banyaknya berbeda-beda, tergantung dari kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuh-tumbuhan.
Secara umum Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embum dan sumber air lainnya. Karena transpirasi adalah proses evaporasi air dari permukaan tumbuhan, maka faktor-faktor iklim yang mempengaruhi evaporasi secara umum juga berpengaruh terhadap transpirasi. Kenyataan di lapangan kedua proses, evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi dari tumbuhan sulit dipisahkan, sehingga keduanya disebut evaporatranspirasi.
Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah bersama-sama disebut evapotranspirasi atau kebutuhan air. Jika air yang tersedia dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut evapotranspirasi potensial. Mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi itu banyak dan lebih sulit daripada faktor yang mempengaruhi evaporasi maka banyaknya evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan teliti. Akan tetapi evapotranspirasi adalah faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi. Oleh sebab itu maka telah banyak jenis dan cara penentuannya yang telah diadakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari, dan lain-lain yang saling berhubungan satu dengan yang lain (Sastrodarsono, 1987).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya evaporasi antara lain :
Kecepatan angin, makin cepat anginnya makin besar penguapan.
Temperatur, makin tinggi temperaturnya makin besar penguapannya.
Kelembaban relatif, udara yang makin besar kelembaban relatifnya penguapan makin kecil. (Wisnubroto, 1986)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi tersebut menurut Sudira, Putu( 2001) yaitu panas, suhu, udara, kapasitas kadar air dalam udara, udara di atas permukaan bidang penguapan, dan sifat alamiah bidang penguapan. Proses evaporasi dapat berlangsung pada permukaan tajuk vegetasi basah dan permukaan vegetasi tajuk kering, tetapi apabila berlangsung pada permukaan tajuk basah terutama vegetasi hutan maka proses akan lebih cepat dibandingkan yang terjadi pada vegetasi kering. Besarnya proses evaporasi pada tajuk vegetasi basah kemungkinan tidak dikendalikan oleh faktor keseimbangan radiasi matahari melainkan lebih ditentukan sebagai penampung energi adveksi yang berasal dari atmosfer.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada tanah sawah, tegalan di peroleh laju evaporasi sebesar:

Tegalan
Evaporasi terbesar adalah pada hari ke-2 pada ember 2 sebesar 0,13 mm, hal ini terjadi karena kelembaban udara yang terjadi pada tanah tersebut terkena panas lingkungan, sehingga penguapannya besar.

Sawah
Evaporasi terbesar adalah pada hari ke-2 pada ember 1 sebesar 0,59 mm, hal ini terjadi karena udara ketika itu bersuhu lebih tinggi dari sebelumnya, sehingga penguapan pun besar.

KESIMPULAN

Evaporasi merupakan proses penguapan air dari permukaan tanah menuju atmosfer.
Besarnya evaporasi ditentukan oleh suhu udara, suhu tanah, kejenuhan tanah, kelembaban nisbi tanah, dan kecepatan angin.
Besarnya evaporasi pada polibag dan ember untuk lahan sawah, tegalan, dan kebun campur selama 3 hari paling masksimal adalah 4.06 mm, 7.79 mm, dan 7.4 mm






DAFTAR PUSTAKA


Sosrodarsono, Suyono. 1987. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita: Jakarta

Sudira, Putu, 2001. Klimatologi. Fakultas Teknologi Pertanian. UGM: Yogyakarta

Waryono, dkk. 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. Bina Ilmu: Surabaya

Wisnubroto, Soekardi dkk. 1986. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Ghalia Indonesia: Jakarta







LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI










Oleh :

Angkatan II

Murtina Purba (A1L009083)




KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2010
ACARA I

PENGENALAN ALAT-ALAT PENGUKURAN UNSUR IKLIM / CUACA


TUJUAN :

Mengetahui cara kerja peralatan ukur unsur iklim / cuaca.
Mengetahui cara pengamatan unsur iklim / cuaca.
Mengetahui tata letak dan pemasangan peralatan ukur iklim / cuaca.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan adalah boring pengamatan dan bollpoint. Sedangkan alat yang digunakan adalah: (1) pengukur suhu udara minimum dan maksimum dan pengukur suhu tanah , (2) pengukur kelembaban nisbi udara, thermometer bola basah dan kering, (3) pengukur curah hujan tipe observatorium dan ototmatis, (4) pengukur lama penyinaran matahari, solarimeter Campbell Stockes, (5) pengukur kecepatan dan arah angin.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan suatu alat pengamatan cuaca atau datang dekat alat pengamatan cuaca dipasang.
Diamati letak alat pengamatan cuaca tersebut pada stasiun cuaca dan digambar secara skematik letak alat cuaca tersebut.
Digambar dan diberi keterangan bagian alat pengamatan cuaca yang diamati.
Dijelaskan prinsip kerja alat .
Dilakukan dengan cara yang sama untuk alat pengamatan cuaca lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Aktinograf


Gun Bellan


Campbell Stokes





Termometer Maksimum





Termometer minimum


Termometer biasa


Termometer tanah









Termohigrograf


Psikrometer standar


Ombrometer Observatorium



Penakar hujan Hellman


Penakar hujan Bendix


Penakar hujan Tilting Siphon


Penakar hujan Tipping Bucket


Evaporasi









Anemometer

Pembahasan

Dalam mengukur unsur cuaca/ iklim terdapat berbagai macam alat ukur antara lain alat pengukur suhu, termometer maximum-minimum, thermohygrograf, termometer biasa, termohydrometer dan termometer tanah. Thermohygrograf merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu sekaligus untuk mengukur kelembaban. Sedangkan termometer biasa ada dua yaitu: termometer alkohol dan air raksa.
Alat perekam penyinaran matahari yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tipe Campbell-stokes disertai dengan kertas pias yang berwarna biru.
Ada juga alat yang khusus untuk mengukur kecepatan angin yaitu Anemometer mangkok. Mengapa disebut sebagai Anemometer mangkok, karena alat ini mempunyai bagian berbentuk seperti mangkok yang berfungsi sebagai penerima dari daya gerak angin yang pada akhirnya akan menyebabkan bagian dalam dari alat ini akan berputar dan besar dari kecepatan angin tersebut akan tercatat pada kertas yang berada pada bagian dalam dari alat ini.
Alat yang terakhir adalah alat pengukur curah hujan yaitu Ombrometer otomatis. Sesuai dengan namanya alat ini bekerja secara otomatis, sebab alat ini dapat mencatat sendiri besarnya curah hujan tanpa harus mendapat perlakuan istimewa dari pengamat. Hal yang perlu diingat dalam pemasangan alat ini adalah jangan sampai ada penghalang yang menghalangi jatuhnya air hujan kedalam alat ini, sebab adanya penghalang akan mempengaruhi tingkat ketepatan pengukuran dari alat ini.
Pada pengukuran unsur-unsur cuaca atau iklim, alat-alat tersebut diatas mungkin masih sangat minim untuk dapat menyimpulkan keadaan suatu cuaca atau iklim yang sedang berlangsung, namun akan dapat mencapai hasil yang optimal apabila dalam waktu pengukuran sangat memperhatikan tentang faktor penempatan atau pemasangan alat serta ketelitian dalam membaca skala alat sehingga hasil pengukuran yang diperoleh akan mempunyai tingkat keseksamaan yang mendekati 100 %.
Pengukuran cuaca ataupun iklim dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu hal yang sangat penting keberadannya, sebab pengaruh-pengaruh yang mungkin ditimbulkannya sering menyebabkan masalah bagi hewan, tumbuhan maupun kesejahteraan manusia. Masalah tersebut merupakan tantangan bagi manusia, dimana manusia harus berusaha untuk mengatasinya yaitu dengan berusaha menghindari atau memperkecil pengaruh-pengaruh yang tidak menguntungkan bagi kehidupan manusia. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut :
Penyesuaian. Dalam hal ini manusia harus mengetahui tentang siklus iklim atau cuaca yang terjadi dari tahun ketahun, sebab hal ini mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dalam kaitannya dengan pemanfaatan suatu iklim atau cuaca pada masa yang bersangkutan.
Peramalan. Peramalan sendiri berarti perkiraan iklim atau cuaca pada suatu ketika berdasarkan perjalanan iklim atau cuaca tersebut pada waktu sebelumnya dalam jangka waktu yang lama.
Subtitusi. Dalam penerapannya dikehidupan sehari hari, manusia tidak kuarang akal apabila menghadapi suatu kondisi iklim atau cuaca yang kurang mendukung dalam usaha untuk mencapai kesejahteraan hidupnya
Modifikasi. Modifikasi merupakan usaha manusia dalam rangka menciptakan suatu model keadaan yang dapat mendukung bagi pencapaiaan kesejahteraan manusia.












KESIMPULAN

Pengukuran unsur iklim dan cuaca harus dilakukan dengan teliti. Serta diperhatikan cara kerja, pengamatan dan pemasangan alatnya.
Pengukuran unsur iklim dan cuaca meliputi pengukuran curah hujan, radiasi matahari, suhu dan kelembaban udara.
Tujuan dari diadakannya pengukuran unsur-unsur iklim atau cuaca adalah untuk mengetahui keadaan iklim atau cuaca yang sedang berlangsung sehingga manusia dapat optimal dalam memanfaatkan keadaan tersebut dan dapat memprediksi keadaan iklim atau cuaca dimasa yang akan datang demi mencapai kesejahteraan manusia.
















DAFTAR PUSTAKA


Urip Muhammad, Hassan. 1970. Dasar-Dasar Meteorologi Pertanian. Jakarta: PT. Soeroengan.
Waryono, dkk. 1987. Pengantar meteorologi dan Klimatilogi. Surabaya: PT. Bina Ilmu.





















ACARA II
PENGAMATAN SUHU UDARA
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui suhu udara diatas (ketinggian 1,2m) lahan sawah, tegalan, dan kebun campur setiap jam selama 3 hari.
Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu udara maksimum dan minimum di atas (ketinggian 1,2m dan 2 m lahan sawah, tegalan, dan kebun campur.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas boring pengamatan suhu udara dan alat pencatat, dan laha sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah thermometer bola basah dan bola kering, dan thermometer udara.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan semacam tongkat kayu pada masing – masing penggunaan lahan.
Diletakkan (digantungkan) thermometer pada tongkat tersebut, pada masing – masing penggunaan lahan pada ketinggian 120cm dan 200cm. Thermometer tersebut dihindarkan agar tidak terkena radiasi atau sinar matahari langsung.
Dicatat suhu udara setiap jam selama 3 hari (lembar pencatatan ada di bagian lampiran).
Dibuat grafik hubungan antara suhu udara (sumbu y) dan waktu (sumbu x). Kemudian ditentukan besarnya dan waktu suhu maksimum dan minimum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Suhu udara pada lahan sawah

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
16.00 25 25 05.00 23 23
17.00 25,5 25 06.00 23,8 24
18.00 24,5 24 07.00 24,5 24
19.00 24 24 08.00 27 26
20.00 24 24 09.00 30,5 30
21.00 23,5 23,5 10.00 31 31
22.00 23,5 23,5 11.00 32 32
23.00 23 23,5 12.00 23,5 24
00.00 23,5 23 13.00 24,5 25
01.00 24 23,5 14.00 25 27
02.00 23,5 23,5 15.00 24,5 26,5
03.00 23 23 16.00 25 25
04.00 23,5 23,5 17.00 24,5 24.5
Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan(℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
18.00 24,5 24,5 06.00 24,5 24,5
19.00 24 24 07.00 23,5 23,5
20.00 24 24 08.00 24 24
21.00 23 23 09.00 27 27
22.00 23,5 23,5 10.00 29,5 29,5
23.00 23 23 11.00 30 30
00.00 23,5 23,5 12.00 29,5 29,5
01.00 23 23 13.00 29 29
02.00 24,5 24,5 14.00 28 28
03.00 24 24 15.00 28 28
04.00 24 24 16.00 23 23
05.00 23 23

Suhu udara pada lahan tegalan

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu permukaan (℃)
1,2m 2m 1,2m 2m
17.00 25,5 26 18.00 24 24
18.00 24 25 19.00 24 24
19.00 25 25 20.00 24 24
20.00 24 25 21.00 24 24
21.00 24 24 22.00 23,5 24
22.00 24 24 23.00 23,5 24
23.00 23 24 00.00 23 24
00.00 24 24 01.00 23 24
01.00 25 24,5 02.00 23 24,5
02.00 23,5 24,5 03.00 23 24
03.00 23 24 04.00 23 23
04.00 24 24 05.00 23 24
05.00 23 23 06.00 24 25
06.00 24 25 07.00 25 26
07.00 25 25 08.00 28 28
08.00 28 28 09.00 30 30
09.00 31 31 10.00 32 32
10.00 32,5 32,5 11.00 30 30
11.00 32,5 33 12.00 30 30
12.00 31 32 13.00 23 24
13.00 24 24 14.00 23,5 24
14.00 24 24 15.00 23,5 24
15.00 23,5 24 16.00 23 24
16.00 23 23 17.00 24 24
17.00 24 24

Suhu udara pada lahan kebun campur

Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃) Waktu
(pukul) Suhu Permukaan (℃)
2m 1,2m 2m 1,2m
16.30 25 26 17.30 24,5 25
17.30 25,5 25,5 18.30 25 24
18.30 25 25,5 19.30 24 25
19.30 24,5 25,5 20.30 24,5 25
20.30 24,5 25,5 21.30 25 25
21.30 24 25 22.30 24,5 25
22.30 25 25 23.30 25 25
23.30 25 25 00.30 24 24
00.30 25 25,5 01.30 24 25
01.30 25 25 02.30 24 25
02.30 25 25 03.30 24 25
03.30 24 25 04.30 24,5 24,5
04.30 24,5 25 05.30 24 25
05.30 24 25 06.30 25 25
06.30 25 25,5 07.30 26 27
07.30 26 26 08.30 27 28
08.30 28 28 09.30 29 30
09.30 30 31 10.30 31 30,5
10.30 32 31,5 11.30 30 30
11.30 33,5 34 12.30 25 25
12.30 31 26 13.30 24 24,5
13.30 25 25 14.30 24,5 25
14.30 24,5 24,5 15.30 24,5 24
15.30 24 24,5 16.30 24 24
16.30 24,5 25









Grafik Perbandingan antara kebun campur,tegalan dan sawah
pada ketingian 120 cm









Grafik Perbandingan antara kebun campur,tegalan dan sawah
pada ketingian 200 cm




Pembahasan

Agroklimatologi adalah ilmu iklim yang mempelajari tentang hubungan antara unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman. Yang dipelajari dalam agroklimatologi adalah bagaimana unsur-unsur iklim itu berperan di dalam kehidupan tanaman (http://mukhtarom-ali.blogspot.com, 2008).
Suhu merupakan suatu konsep yang tidak mudah didefinisikan. Di dalam “Glossary of Meteorologi” suhu disebutkan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan berbagai tipe thermometer. Suhu dengan panas berbeda, karena menurut hukum termodinamika, panas merupakan energy total dari pergerakan molekuler suatu benda.
Faktor luar dari suhu yang berpengaruh langsung yaitu suhu udara dan radiasi matahari. Karena variasi suhu yang ada di atmosfer sangat besar dikarenakan pergerakan udara sangat besar dan bebas (http://mukhtarom-ali.blogspot.com, 2008).
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap suhu udara pada tanah sawah, tegalan dan kebun campur. Dari data hasil pengamatan didapat suhu maksimal pada tanah sawah 320C dan suhu minimumnya 230C, sedang pada tanah tegalan suhu maksilmal adalah 32,50C, dan suhu minimumnya 230C. Sedangkan pada kebun campur suhu udara maksimum 34 0C dan suhu udara minimumnya 240C.
Grafik dari ketiga lahan tersebut menunjukan suhu dari pagi hari ke siang sekitar jam 11.00 naik dan menjelang pukul 17.00 mulai turun kembali hingga malam. Namun saat kondisi cuaca hujan atau mendung suhu udara turun dan saat cuaca cerah dan terik matahari mencapai titik maksimal suhu pun naik mencapai titik maksimal. Hal ini dijelaskan oleh Chambers (1978) pada bukunya klimatologi pertanian dasar bahwa rata-rata siklus harian suhu udara atau irama antara siangdan malam mengikuti suhu permukaan daratan dan menggambarkan neraca radiasi matahari datang dan neraca radiasi bumi yang keluar. Sejak matahari terbit hingga pukul 14.00-16.00 apabila energi radiasi yang diterima lebih cepat dari hilangnya radiasi, maka kurva suhu udara biasanya naik. Pada pukul 02.00 atau 04.00 hingga matahari terbit pada esok harinya, bila radiasi bumi yang hilang lebih besar daripada yang diterima, kurva bisa menurun. Suhu bumi tertinggi biasanya terjadi pada pukul 13.00-15.00, tidak berimpitan dengan radiasi matahari maksimum (pukul 12.00 tengah hari). Keterlambatan ini terjadi karena suhu terus menerus naik selama jumlah radiasi matahari yanag diterima melampaui radiasi bumi yang keluar, penerimaan energi mulai menurun lewat tengah hari tetapi masih melampaui energi yang hilang sampai kira-kira pukul 15.00, dan baru pada waktu itu suhu tidak naik lagi. Ketinggian termometer ditempatkan.
Semua suhu rata-rata bulanan, semusim, setahun atau periode tahun yang panjang dibentuk dari suhu rata-rata harian sebagai satuan dasar. Walaupun suhu udara rata-rata harian bervariasi mengikuti suhu permukaan bumi, kisaran paling besar terdapat didekat permukaan bumi dan kisaran mengecil bila menjauhi permukaan bumi. Kisaran harian besar pada hari yang cerah daripada hari-hari yang tertutup awan. Pada hari yang cerah, radiasi cepat sekali memanaskan bumi yang padat, dan kemudian memanaskan udara diatasnya. Pada malam yang cerah pula radiasi keluar dengan cepat dari bumi mengakibatkan pendinginan yang besar. Langit yang tertutup awan mengurangi radiasi matahari yang diterima, kemudian pemanasan pada siang hari dan pendinginan pada malam hari terhalang. Pendinginan yang berkurang pada malam hari mengakibatkan kurva harian agak mendatar. Dari penjelasan diatas telah diperoleh sebab mengapa pada cuaca cerah suhu udara lebih tinggi daripada cuaca mendung atau hujan, selain itu perubahan suhu pada cuaca yang berlainan karena intensitas radiasi matahari saat cuaca mendung dan tertutup awan terhalang sehingga mempengaruhi panas buni dan mempengaruhi radiasi bumi mengakibatkan berubahnya suhu udara. Sedangkan Apada saat cuaca cerah dan tidak berawan radiasi sinar matahari ke bumi tidak terhalang(Bourke, 1968).
Selain itu penyebaran suhu diatas permukaan bumi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
Jumlah radiasi yang diterima per hari, per musim dan per tahun
Telah dijelaskan sebelumnya
Pengaruh daratan dan lautan
Pengaruh elevasi
Semakin tinggi suatu tempat dari atas permukaan laut maka semakin rendah suhunya.
Pengaruh dari aspek
Pengaruh panas laten
Pengaruh angin
Adveksi merupakan pengangkutan dari sifat atmosfer oleh pergerakan udara arah horizontal (Chambers, 1978).

KESIMPULAN

1. Suhu merupakan suatu konsep yang tidak mudah didefinisikan.Suhu disebutkan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan berbagai tipe thermometer.
2. Penyebaran suhu diatas permukaan bumi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: Jumlah radiasi yang diterima per hari, per musim dan per tahun. Pengaruh daratan dan lautan merupakan pengaruh elevasi Semakin tinggi suatu tempat dari atas permukaan laut maka semakin rendah suhunya.







DAFTAR PUSTAKA


Bourke, P.M.A., 1968. Introductoin The Aims Of Agrometeorologi In Agroklimatological Metthods, Proc, Of Reading Stmposium; UNESCO
Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor; Bogor
.2008. Agroklimatologi. http://mukhtarom-ali.blogspot.com /2008/02/ agroklimatologi. html


















ACARA III
PENGAMATAN SUHU TANAH
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui suhu tanah pada lahan sawah, tegalan dan kebun campur pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm setiap jam selama 3 hari
Mengetahui besarnya dan saat (waktu) suhu tanah maksimum dan minimum pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm setiap jam selama 3 hari.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas boring pengamatan suhu tanah pada beberapa kedalaman, alat pencatat, lahan sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah thermometer dan lubang – lubang tanah berpralon.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan tempat pengamatan suhu tanah pada masing-masing penggunaan lahan dengan cara membuat lubang (membor) tanah menurut kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm dan dipasang pralon pada lubang tersebut supaya tidak tertimbun tanah.
Diletakkan termometer pada masing-masing lubang tanah tersebut pada masing-masing lubang tanah tersebut pada masing-masing penggunaan lahan, dihindarkan termometer dari injakan kaki.
Dicatat suhu tanah setiap jam selama 3 hari dengan intensitas satu jam sekali dengan melihat suhu termometer pada setiap kedalaman.
Dicatat hasilnya dan dibuat kurva.


HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Hasil Pengamatan
Suhu tanah pada lahan sawah
Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5cm 25cm 50cm 75cm 100cm
16.00 26,5 27,5 29 29,5 29
17.00 27 28 29,5 30 29
18.00 27 26,5 27 29 28,5
19.00 28 29 27 28 28
20.00 27 29 28 29 28
21.00 28 29 28 28 28,5
22.00 26,5 28 28 28 28,5
23.00 27 24 28 23 29
00.00 26,5 29 27 28 29
01.00 26,5 29 28 28 29
02.00 28 29 28 29 29
03.00 26,5 29 28 28 29
04.00 27 29 29 29 29
05.00 26 28 28 28 29
06.00 26 28 27 27 28
07.00 26 28 27,5 27,5 28,5
08.00 28 27 25,5 27 28,5
09.00 29 29 28 28,5 29
10.00 31 29 28 28,5 29,5
11.00 32,5 28,5 28 28,5 29
12.00 32 29 28 28 29
13.00 30 28 27 28,5 29
14.00 28 29 27 28,5 29,5
15.00 28 26 26 28 28,5
16.00 27,5 29 26 26 27
17.00 28 28,5 25,5 27 26
18.00 29 27 29 28 29
19.00 29 27 28 28,5 29
20.00 29 27 28 28 29
21.00 28 30 28 29 29
22.00 28 29,5 29 29 30
23.00 26 29 28 28 29
00.00 27 29,5 28 28,5 29,5
01.00 27 30 29 29 29,5
02.00 26,5 29,5 28 28,5 29,5
03.00 27 29 28 28,5 29
04.00 26 29 28,5 28,5 29
05.00 26 28 28 28 29
06.00 26 29 28 28 28,5
07.00 26 29 27,5 28 29
08.00 28,5 29 28 29 29
09.00 29 29 28,5 29 29
10.00 31 29 28 28 29
11.00 32 28,5 28 28,5 29
12.00 31 28 27,5 28 29
13.00 31 28 27 28 28,5
14.00 30 27 26 27,5 28
15.00 29 27,5 25 26 27
16.00 28 28,5 25,5 27 26

Suhu tanah pada lahan tegalan
Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5 cm 25 cm 50 cm 75 cm 100 cm
17.00 28,5 oC 28 oC 29 oC 28 oC 29 oC
18.00 28 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
19.00 27 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
20.00 27,5 oC 28,5 oC 28 oC 27,5 oC 28,5 oC
21.00 27 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
22.00 27 oC 29 oC 28 oC 27 oC 28 oC
23.00 24 oC 28 oC 28 oC 27 oC 28 oC
00.00 26 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
01.00 26 oC 29 oC 28 oC 27,5 oC 28,5 oC
02.00 26 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 28,5 oC
03.00 26 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
04.00 26 oC 28,5 oC 28 oC 27 oC 28 oC
05.00 25,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28 oC
06.00 26 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
07.00 26,5 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 28,5 oC
08.00 27,5 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
09.00 30 oC 28,5 oC 29 oC 28 oC 29 oC
10.00 31,5 oC 28,5 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
11.00 32 oC 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC
12.00 34 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC
13.00 31 oC 28,5 oC 28 oC 29 oC 28,5 oC
14.00 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC 28 oC
15.00 29 oC 29 oC 28 oC 29 oC 28 oC
16.00 27 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
17.00 28 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
18.00 28 oC 29 oC 28 oC 28 oC 29 oC
19.00 28 oC 29 oC 28 v 28 oC 29 oC
20.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28 oC
21.00 26,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC 28 oC
22.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
23.00 26 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC 28,5 oC
00.00 25,5 oC 29 oC 28 oC 28,5 oC 29 oC
01.00 25,5 oC 29 oC 28,5 oC 28,5 oC 28,5 oC
02.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28 oC
03.00 26 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC
04.00 25 oC 28 oC 28 oC 27 oC 28 oC
05.00 25 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC 28 oC
06.00 26 oC 28,5 oC 28,5 oC 28 oC 28 oC
07.00 26 oC 29 oC 28 oC 28 oC 28,5 oC
08.00 28 oC 29 oC 28 oC 29 oC 29 oC
09.00 29 oC 29 oC 28,5 oC 28 oC 29 oC
10.00 31 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
11.00 31 oC 29 oC 29 oC 29 oC 29 oC
12.00 31,5 oC 29 oC 29 oC 28,5 oC 29 oC
13.00 26 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
14.00 26,5 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
15.00 27 oC 28 oC 26,5 oC 25,5 oC 27,5 oC
16.00 27 oC 28 oC 27 oC 26 oC 28 oC
17.00 27 oC 26 oC 27 oC 26 oC 28 oC

Suhu tanah pada lahan kebun campur

Waktu
(pukul) Suhu permukaan tanah (℃)
5cm 25cm 50cm 75cm 100cm
16.30 28 26 26 27 26
17.30 28 26 26 27 26
18.30 27 27 26 26,5 26
19.30 27 26,5 26,5 27 26
20.30 27 27 27 27 26,5
21.30 26 27 27 27 26
22.30 26 27 26 27 26
23.30 26 27 27 27 26
00.30 26 27 27 27 26
01.30 26 27 27 27 26
02.30 26 27 26 27 26
03.30 26 27 26 27 26
04.30 26 27 27 27 26
05.30 26 27 26 27 26
06.30 27 26 26 27 26
07.30 26,5 27 25,5 27 26
08.30 27 26,5 26,5 27 26
09.30 28 27 26,5 27 26
10.30 28 27 26,5 27 26
11.30 31,5 28 27 27 26
12.30 31 27 26,5 27 26,5
13.30 30 27 27 27 26,5
14.30 28,5 27 26,5 26,5 26
15.30 27,5 26,5 26,5 26,5 26
16.30 27 27 27 27 26
17.30 27 27 27 27 26
18.30 27 27 27 27 26
19.30 27 27 27 27 26
20.30 26,5 27 26,5 27 26
21.30 26,5 27 26 27 26
22.30 26,5 27 27 27 26
23.30 26 27 26 27 26
00.30 26 27 26 27 26
01.30 26 27 27 27 27
02.30 26 27 27 27 26
03.30 26 27 27 27 27
04.30 27 27 27 26 26
05.30 25,5 27 26 27 26
06.30 26 27 26 27 26
07.30 26 26 26 27 26
08.30 27 27 27 27 26
09.30 27,5 27 27 27 26,5
10.30 28 27 27 27 26
11.30 28 27 27 27 26
12.30 25,5 26 26,5 27 26
13.30 26 26,5 26 27 26
14.30 26 26 26,5 27 26,5
15.30 26 26 26,5 27 26,5
16.30 26 26 26,5 27 26,5















Grafik :















Pembahasan.
Praktikum agroklimatologi acara pengukuran suhu tanah ini dilakukan dengan mengukur suhu tanah sawah, tegalan dan kebun campur dengan kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 cm menggunakan termometer. Cara yang dilakukan praktikum ini sudah mendekati anjuran dari komite meteorologi sedunia (1955) yang menganjurkan bahwa kedalaman standard untuk mengukur suhu tanah adalah 5, 10, 20, 50 dan 100 cm. Pengukuran suhu di bawah permukaan tidak seteliti diatas permukaan karena perubahan yang cepat dihalangi oleh kapasitas panas tanah. Oleh karena itu untuk kebanyakan tujuan pertanian, pengukuran maksimum dan minimum harian suhu dianggap memadai terutama pada kedalaman yang besar(Chambers, 1978).
Suhu tanah sering memberikan pengaruh yang lebih penting dari pada suhu udara untuk pertumbuhan tanaman. Suhu tanah, terutama suhu ekstrim akan mempengaruhi perkecambahan biji, aktifitas akar, kecepatan dan umur tanaman serta terjadinya keganasan penyakit tanaman. Sedangkan suhu udara dianggap memberikan pengaruh yang besar pada fase reproduktif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tanah sendiri adalah tipe dan keadaan tanah maupun jumlah energi yang diterima. Faktor-faktor berikut dapat dianggap berpengaruh walaupun sering faktor-faktor ini secara bersama-sama memberikan pengaruh. Faktor-faktor tersebut meliputi :
A Faktor luar, seperti
Radiasi matahari
Awan
Curah hujan
Temperatur udara
Angin
Kelembaban udara

B. Faktor dalam, seperti
Tekstur tanah
Kadar air tanah
Kandungan bahan organik
Warna
Struktur tanah, pengolahan tanah dan kepadatan tanah
C. Faktor topografi :
Aspek
Kemiringan lereng
Permukaan air tanah
Vegetasi
(Bourke, 1968)

Selain faktor-faktor tersebut diatas suhu tanah juga dipengaruhi oleh pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang menggemburkan bagian atas dari lapisan tanah akan mengurangi pengaliran panas antara permukaan tanah dan lapisan bawahnyanya.
Kecepatan pengaliran panas tanah tergantung dari gradien suhu dan daya hantar panas. Daya hantar panas adalah jumlah panas yang mengalir per satuan waktu apabila perbedaan suhu diantar dua bidang datar berhadapan dipertahankan sebesar 1 satuan (Hillel, 1967).
Suhu tanah juga perlu diukur, karena suhu tanah ini sangat mempengaruhi mikroflora dan mikrofauna yang terkandung dalam tanah yang menguntungkan dan menyuburkan tanah setempat. Suhu tanah ini dipengaruhi oleh intensitas radiasi matahari. Intensitas radiasi matahari yang diterima oleh bumi dipengaruhi oleh ketinggian suatu tempat terhadap matahari dan tebal tipisnya lapisan ozon di atmosfer. Semakin dekat kedudukannya terhadap matahari, maka intensitas cahaya matahari yang diserap tanah akan semakin tinggi sehingga suhu permukaan tanah biasanya akan semakin tinggi. Cahaya matahari yang sampai ke permukaan tanah dipengaruhi oleh rapat tidaknya vegetasi tanah tersebut. Jika vegetasinya sangat rapat atau bahkan tertutup sama sekali, hal ini dapat mengurangi masuknya radiasi matahari ke permukaan tanah, selain menghalangi proses penguapan tanah (evaporasi berkurang), hal ini dapat menyebabkan tanah menjadi basah dan kelembaban tanah menjadi tinggi. Apabila vegetasi yang rapat tersebut dibuka, maka radiasi matahari akan masuk ke permukaan akan menaikkan suhu permukaan tanah dan menyebabkan penguapan.
Jika suhu tanah terlalu tinggi (ekstrim) bisa mematikan mikroflora dan mikrofauna tersebut sehingga tanah menjadi tidak subur, selain itu dapat mengganggu aktivitas fotosintesis, dan respirasi tumbuhan (http://efrin4mzil.blogspot.com, 2009)
Data dari hasil praktikum pada lahan sawah , tegalan dan kebun campur, dari data dan grafik yang diperoleh pada tegalan suhu pada kedalaman 5, 25, 50, 75 dan 100 suhunya naik turun tidak teratur begitu juga dengan sawah dan kebun campur. Jika dibandingkan dengan referensi seharusnya semakin dalam kedalaman tanah, suhunya semakin turun karena kontak dengan udara dan radiasi matahari semakiin kecil. Selain itu faktor kelembaban tanah yang semakin dalam semakin lembab mengakibatkan suhu juga semakin kecil. Namum pada kenyataannya saat praktikum pada ketiga lahan baik sawah, tegalan dan kebun campur tidak demikian, suhu tidak teratur, terkadang suhu pada 100 cm lebih tinggi dari 75 dan 50 tetapi sebaliknya.
Hal-hal yang menyimpang dari teori ini diakibatkan alat pengukur suhu atau termometer yang digunakan bukan alat khusus untuk mengukur suhu tanah sehingga kurang akurat. Selain itu adanya faktor-faktor bahan penghantar panas seperti lempengan-lempengan logam dan lain-lain seperti yang dibahas menurut teori terdapat pada kedalaman tanah tertentu mengakibatkan suhu yang terukur terkontaminasi sehingga tidak murni, selain itu kesalahan diakibatkan saat pengamatan yang kurang teliti dan kerena saat melihat skala termometer di permukaan tanah terlalu lama sehingga suhunya langsung berubah. Terlebih lagi pada tanah tegalan penempatan termometer pada kedalaman 5 cm dalamnya tidak mencapai 5cm sehingga suhu tanah berbeda tipis bahkan melebihi suhu udara.
Menurut data pengamatan dan kurva suhu tanah pada tiap kedalaman. Suhu tanah pada kebun campur lebih rendah dari suhu tanah tegalan dan sawah, hal ini diakibatkan karena pada kebun campuran tanahnya tertutup oleh tumbuhan penutup tanah (rumput) sehingga kelembabannya lebih besar dan suhunya lebih rendah daripada sawah dan tegalan, selain itu pada kebun campuran banyak pohon besar yang menutupi atau menghalangi sinar matahari menyentuh tanah secara langsung mengakibatkan radiasi sinar matahari ke tanah berkurang. Selain itu kandungan bahan organik, serta tekstur tanah berpengaruh terhadap suhu tanah seperti apa yang dijelaskan chambers (1987) jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu bervariasi, tanah berhumus mempunyai kapasitas panas yang jauh lebih rendah dibandingkan kapasitas panas tanah mineral karena kerapatan humus rendah. Tapi dalam keadaan lapang, tanah organik dan tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai kapasitas panas dan kapasitas menahan air yang tinggi.
Kecepatan pengaliran panas tanah tergantung dari gradien suhu dan daya hantar panas. Daya hantar panas adalah jumlah panas yang mengalir persatuan waktu. Daya hantar panas ditentukan oleh porositas, kadar air dan bahn organik. Di lapangan tanah bertekstur halus mempunyai kadar air tinggi yang memperbesar pertambahan daya hantar panas.
Dari hasil pengamatan diperoleh juga suhu tanah pada sawah untuk semua kedalaman secara garis besar lebih tinggi dari suhu tanah tegalan hal ini diakibatkan karena pada tanah sawah yang digunakan selalu terendam air dan dekat dengan sungai radius 0,5 m. Sehingga suhunya lebih tinggi dari tegalan. hal ini diakibatkan karena pada siang hari air lebih cepat panas daripada daratan sehingga suhu tanahnya pun lebih tinggi, hal ini dikerenakan panas pada daratan atau tegalan dalam hal ini bergerak secaca konduksi dengan bantuan udara, sedangkan udara juga menjadi penghambat panas karena udara merupakan penghantar panas yang jelek. Lain halnya dengan tanah sawah yang selalu tergeng air dan dekat dengan sungai. Air yang diam panasnya bergerak secara molekuler, sedangkan pada sungai yang dekat dengan area pengamatan panas bergerak secara vertikal hal ini lebih baik daripada seecara molekuler. Hal ini yang mengakibatkan suhu tanah sawah lebih panas daripada suhu tegalan. namun, lain kejadiannya saat malam hari seharusnya suhu tanah tegalan lebih panas daripada suhu sawah. Karena tegalan yang tidak tergenag air lebih lama untuk mengalami pendinginan daripada tanah sawah yang tergenag air tiap saat. Namun pada kenyataan di lapangan tidak demikian. Hal ini karena saat pengukuran praktikan kurang teliti dan alat yang digunakan bukan alat khusus. Hal lain karena cuaca yang tidak menentu saat dilakukannya pengamatan.


KESIMPULAN

Suhu tanah sawah pada semua kedalaman > tanah tegalan > kebun campur.
A.Suhu maksimum tanah sawah.(0C)
5 cm =32,5 ; 25 cm =29,5 ; 50 cm =29,5 ; 75=30 ; dan 100 cm =29,5
Suhu minimumnya
5 cm =26 ; 25 cm =24 ; 50 cm =25 ; 75 =23 ; dan 100 cm =26
B. Suhu maksimum tanah tegalan.(0C)
5 cm =31,5 ; 25 cm =29 ; 50 cm =29 ; 75 =29 ; dan 100 cm =29
Suhu minimumnya
5 cm =24 ; 25cm =26 ; 50cm =26,5 ; 75cm =25,5 ; dan 100cm =28
C. Suhu maksimum kebun campur .(0C)
5 cm =29 ; 25cm =28 ; 50cm=27 ; 75cm=27 dan 100 cm =27
Suhu minimumnya
5 cm =25 ; 25 cm =26 ; 50 cm =26 ; 75 =26 ; dan 100 cm =2



DAFTAR PUSTAKA


Bourke, P.M.A., 1968. Introductoin The Aims Of Agrometeorologi In Agroklimatological Metthods, Proc, Of Reading Stmposium: UNESCO
Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor
Hillel, D. 1971. Soil And Water Physical Principles And Processes. Academic Press: New York and London
.2009.“Agroklimatologi”.http://efrin4mzil.blogspot.com/2009/03/ agroklimatologi. html















ACARA IV
PENGAMATAN KELEMBABAN NISBI
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR

TUJUAN

Mengetahui kelembaban nisbi udara di atas lahan sawah, tegalan, dan kebun campur setiap jam selama 3 hari.
Mengetahui saat (waktu) kelembaban nisbi udara maksimum dan minimum di atas lahan sawah, tegalan, dan kebun campur.

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas borang pengamatan kelembaban nisbi, alat pencatat, lahan sawah, tegalan, dan kebun campur. Alat yang digunakan adalah psychrometer yang terdiri atas thermometer bola basah dan kering, dan table pengamatan kelembaban nisbi.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan tiang setinggi kira-kira 1,2 m.
Disiapkan psikhrometer yang pada tangki termometer bola basah sudah diberi air.
Psikhrometer diletakkan (digantungkan) pada tiang dan ditunggu selama kurang lebih 5 menit.
Setelah kurang lebih 5 menit diamati suhu pada termometer bola kering dan bola basah kemudian lihat kelembaban nisbi udara psikhrometer dengan cara membaca indeks(penjurus) dari hasil penghimpitan suhu termometer bola basah dan bola kering.
Pengamatan dilakukan selama 3 hari dengan intensitas pengamatan 1 jam sekali.
Dibuat kurva.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Kelembaban nisbi pada lahan sawah
Waktu
(pukul) TBK
(℃) TBB
(℃) Kelembaban Nisbi Waktu
(pukul) TBK (℃) TBB (℃) Kelembaban Nisbi
16.00 26,5 25 86% 17.00 25 23 81%
17.00 27 25,5 86% 18.00 27 23.5 70%
18.00 26 25 90% 19.00 26,5 23,5 73%
19.00 25,5 24,5 90% 20.00 26 24 82%
20.00 25 24 90% 21.00 24 24 100%
21.00 24,5 24 95% 22.00 24,5 23,5 90%
22.00 24,5 24 95% 23.00 23 23,5 95%
23.00 24,5 24 95% 00.00 23,5 23,5 100%
00.00 24.5 24 95% 01.00 23,5 23 95%
01.00 25 24,5 95% 02.00 24,5 23,5 90%
02.00 24,5 24 95% 03.00 24 23,5 95%
03.00 24.5 24 95% 04.00 24 23,5 95%
04.00 24,5 24 95% 05.00 23.5 22,5 90%
05.00 24 23,5 95% 06.00 24 24 100%
06.00 25 24,5 95% 07.00 5 24,5 95%
07.00 25,5 24,5 90% 08.00 26,5 26 95%
08.00 27,5 26,5 91% 09.00 30 28,5 87%
09.00 31,5 28 72% 10.00 31 28 75%
10.00 29 23 54% 11.00 30 27.5 79%
11.00 34 28 57% 12.00 30 25 61%
12.00 25 24 90% 13.00 30 24 52%
13.00 25 24,5 86% 14.00 29 24 60%
14.00 24,5 24 95% 15.00 28,5 25 71%
15.00 24 24 100% 16.00 23 23 100%
16.00 26 24,5 86%


Kelembaban nisbi pada lahan tegalan
Waktu
(pukul) TBK TBB Kelembaban Nisbi

17.00 26 oC 25 oC 90 %
18.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
19.00 25 oC 24 oC 90 %
20.00 24 oC 23,5 oC 95%
21.00 24 oC 24 oC 100 %
22.00 24 oC 23,5 oC 95 %
23.00 23 oC 23 oC 100 %
00.00 24 oC 24 oC 100 %
01.00 24 oC 24 oC 100 %
02.00 23,5 oC 23 oC 95 %
03.00 23,5 oC 23 oC 95 %
04.00 24 oC 24 oC 100 %
05.00 23 oC 23 oC 100 %
06.00 25 oC 24,5 oC 95 %
07.00 25,5 oC 25 oC 95 %
08.00 28,5 oC 27,5 oC 91 %
09.00 33 oC 31,5 oC 88 %
10.00 34,5 oC 32,5 oC 84 %
11.00 34,5 oC 31,5 oC 76 %
12.00 33 oC 30 oC 76 %
13.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
14.00 24 oC 24 oC 100 %
15.00 24 oC 23,5 oC 95 %
16.00 23 oC 23 oC 100 %
17.00 24 oC 24 oC 100 %
18.00 23 oC 23 oC 100 %
19.00 23 oC 23 oC 100 %
20.00 24 oC 24 oC 100 %
21.00 24 oC 24 oC 100 %
22.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %
23.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %
00.00 23 oC 23 oC 100 %
01.00 23 oC 23 oC 100 %
02.00 23,5 oC 23,5 oC 100%
03.00 23 oC 23 oC 100 %
04.00 23 oC 23 oC 100 %
05.00 23 oC 23 oC 100 %
06.00 24,5 oC 24,5 oC 100 %
07.00 25 oC 25 oC 100 %
08.00 27,5 oC 27,5 oC 100 %
09.00 31 oC 30 oC 91 %
10.00 33 oC 31 oC 83 %
11.00 31 oC 29 oC 83 %
12.00 30,5 oC 28,5 83 %
13.00 25 oC 24 oC 90 %
14.00 24 oC 24 oC 100 %
15.00 24 oC 24 oC 100 %
16.00 23 oC 23 oC 100 %
17.00 23,5 oC 23,5 oC 100 %









Kelembaban nisbi pada lahan kebun campur

Waktu (pukul) Kelembaban Nisbi
(D - W) % Waktu (pukul) Kelembaban Nisbi
(D - W) %
16.30 90 17.30 100
17.30 89 18.30 90
18.30 90 19.30 94.5
19.30 90 20.30 98
20.30 90 21.30 95
21.30 89 22.30 100
22.30 89 23.30 100
23.30 100 00.30 100
00.30 100 01.30 100
01.30 90 02.30 88
02.30 90 03.30 86
03.30 100 04.30 87
04.30 100 05.30 90
05.30 90 06.30 90
06.30 100 07.30 100
07.30 91 08.30 81
08.30 86 09.30 62
09.30 70 10.30 74
10.30 64 11.30 71
11.30 19 12.30 100
12.30 63 13.30 90
13.30 100 14.30 100
14.30 100 15.30 100
15.30 100 16.30 100
16.30 92






















Grafik :






Pembahasan
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. jumlah uap air dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer. Yaitu hanya kira-kira 2 % dari jumlah masa. Akan tetapi uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim ( Guslim, dkk., 1987 ). Kelembaban udara dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu :
Kelembaban absolut.
Kelembaban spesifik.
Tekanan uap.
Kelembaban relatif.

Faktor utama yang mempengaruhi kelembaban udara di suatu daerah adalah luas perairan laut dan angin yang berhembus di daerah itu. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut-laut yang sangat luas, maka kelembaban udaranya rata-rata tinggi. Kelembaban udara yang tinggi memudahkan terjadinya kondensasi dan presipitasi. Proses kondensasi dan presipitasi terjadi apabila udara yang lembab itu mengalami penaikan sampai melewati tingkatan kondensasi.
Pada praktikum kali ini mengukur kelembaban nisbi di tanah sawah, tegalan dan kebun campur. Kelembaban nisbi sendiri menurut chambers (1978) adalah perbandingan jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung pada suhu dan tekanan tertentu. Satuannya adalah persentase. Bila suhu udara berubah, kapasitas udara untuk mengandung uap air bertambah. Atau dengan kata lain kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. (Handoko, 1994).
Kelembaban udara adalah persentase kandungan uap air dalam udara. Semua uap air yang ada dalam udara itu berasal dari penguapan. Penguapan adalah perubahan fase cair menjadi fase uap air yang ringan. Untuk menguapkan air diperlukan panas. Sedangkan kelembaban melepaskan panas. Penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan airyang terbuka akan tetapi juga melalui pori-pori tanah dan pori-pori tumbuh-tumbuhan. Penguapan melalui tiga tempat tadi disebut Evaporasi. Jumlah uap airyang ada dalam atmosfer dapat dinyatakan dengan berbagai ukuran yaitu: (1) kelembaban mutlak, (2) kelembaban spesifik dan (3) kelembaban relatif/nisbi (Lakitan, B. 1994).
Kelembapan nisbi menurut tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air aktual di suatu tempat ditentukan oleh ketersediaan air dan energi untuk menguapkannya (Usmadi, 2009).
Berdasarkan data pengamatan yang didapat, kelembaban nisbi pada tanah sawah maksimum 100%, dan minimum pada 52%, sedangkan pada tanah tegalan kelembaban nisbi maksimum 100%, dan kelembaban nisbi minimum 76%. pada kebun campur kelembaban nisbi maksimum 100% dan kelembaban nisbi minimum 19%. Dari hasil pengamatan dan kurva masing-masing lahan. Kelembaban nisbi pada kebun campur yang minimumnya paling tinggi, karena pada kebun campur banyak pohon-pohon besar yang tajuknya saling menutupi sehingga keadaan di sekitar tetap lembab dengan kondisi yang rimbun menghalangi radiasi sinar matahari sehingga kondisinya tetap lembab. Meski begitu seharusnya kelembaban maksimal terbesar juga dimiliki oleh kebun campur, tetapi terjadi pennyimpangan yaitu didapat hasil tertinggi pada sawah hal ini bisa karena beberapa hal seperti permasalahan teknik pada alat, cuaca dan ketidak telitian praktikan saat melihat skala bola basah bola kering juga karena psikhrometer tidak standby di tempat atau lahan pengamatan seningga butuh penyesuaian saat akan digunakan untuk mengukur pada lahan yang diinginkan dan butuh waktu, sedangkan toleransi untuk penyesuaian psikhrometer hanya sekitar 5 menit. Jadi kelembaban yang terukur tidak akurat.
Bila dikaitkan dengan penerimaan radiasi matahari di bumi maka akan ada pola sebaran kelembapan uadara yang berbeda anatara siang dan malam hari. Pada siang hari energi radiasi matahari yang cenderung kuat, akan meningkatkan suhu udara. Pada kondisi tersebut bila tekanan uap aktual di udara tetap maka kelembapan relatif udara akan berkurang (rendah). Demikian sebaliknya pada malam hari. Kelembapan relatif yang tingi pada pagi hari pada saat suhu udara mencapai titik suhu terendah (lihat neraca radiasi & pola suhu pd perkuliahan sebelumnya) bila bersentuhan dengan benda yang suhunya lebih rendah dari titik embun akan terbentuk embun. Selain itu data pengamatan ini sesuai dengan apa yang dikatakan Guslim (1987). Hal ini sesuai dengan literatur Guslim, dkk., ( 1987 ) yang menyatakan bahwa variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari dan variasi harian kelembaban relatif umumnya berlawanan dengan temperatur, maksimum menjelang pagi dan minimum pada sore hari. Selain itu hal ini diperkuat oleh Lakitan ( 1994 ) yang menyatakan bahwa kelembaban udara lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena penamabahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan.

KESIMPULAN

Kelembaban nisbi adalah perbandingan jumlah uap air yang ada di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung pada suhu dan tekanan tertentu.
Kelembaban nisbi pada tanah sawah maksimum 100% dan minimum 52% sedangkan pada tanah tegalan kelembaban nisbi maksimal 100%, dan kelembaban nisbi minimum 76%, pada kebun campur kelembaban nisbi maksimum 100% dan kelembaban nisbi minimum 19%.













DAFTAR PUSTAKA


Cambers, R. E. 1987. Klimatologi Pertanian Dasar. Bagian Klimatologi Pertanian Departemen Ilmu-Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor
Guslim, O.K Nazaruddin H, Roeswandi, A. Hamdan, dan Rosmayati. 1987. Klimatologi Pertanian. USU Press: Medan
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Pustaka jaya, Bogor.
Lakitan Benyamin. 1994. Dasar-dasar klimatologi. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta
Usmadi. 2009. “Agroklimatologi”. http://blogs.unpad.ac.id/Haus_Ilmu/wp-content/ uploads/ kelembapan_relatif_udara.pdf















ACARA V
PENGAMATAN PENGUAPAN AIR HARIAN
PADA LAHAN SAWAH, TEGALAN, DAN KEBUN CAMPUR


TUJUAN

Mengetahui penguapan harian pada lahan sawah, dan tegalan selama 3 hari.
Mengetahui penguapan harian yang paling besar dari ketiga penggunaan lahan.


ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan terdiri atas tanah sawah, tanah tegalan, tanaman, air ledeng (sumur), borang pengamatan, dan alat pencatat. Alat yang digunakan adalah timbangan (ketelitian 5 gram), pot (ember) untuk menanam, cangkul, gayung, dan kertas label.

PROSEDUR KERJA

Disiapkan sebuah timbangan kapasitas 25kg dan tiga pot (ember) berisi lk. 10 kg tanah (setara kering oven) tanah dari sawah dan tegalan.
Pada pot untuk tanah sawah diairi sehingga pada kondisi tergenang setebal lk. 5 cm dan pada pot yang lain (tegalan) disetel kadar airnya sekitar kapasitas lapangngan (field capacity).
Kemudian pada waktu yang tercatat (misalnya pkl. 16.00 WIB) ditimbang dan dicatat beratnya (B˳). Biarkan air tanah pada pot menguap selama 24 jam. Hari berikutnya pada waktu yang sama dilakukan penimbangan lagi yang kedua dan dicatat beratnya (Bι). Pekerjaan seperti ini dilakukan selama 3 hari dengan cara dan waktu yang sama.
Dihitung berapa tebal (mm atau cm) air yang menguap setiap hari dengan memerlukan luas permukaan tanah pada pot.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Data penguapan lahan tegalan

Tabel berat pot pada percobaan ditegalan

Ulangan Berat Tanah
(gr)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Hari ke – 3
1 8120 8070 8030
2 8340 8300 8210
3 8210 8170 8110
Rata – rata 8223.33 8180 8116.67

Tabel air yang menguap pada percobaan ditegalkan (hasil perhitungan)

Ulangan Penguapan
(mm)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Evaporasi total
1 0.07 0.06 0.13
2 0.06 0.13 0.18
3 0.06 0.08 0.14
Rata – rata 0.0633 0.09 0.15



Data penguapan lahan sawah

Tabel air yang menguap pada percobaan disawahkan (hasil perhitungan)
Ulangan Penguapan
(mm)
Hari ke – 1 Hari ke – 2 Evaporasi total
1 0,15 0,59 0,75
2 0,14 0,09 0,24
3 0,53 0,07 0,6
Rata – rata 0.2733 0.25 0.53

Grafik Evaporasi pada lahan sawah dan tegalan :




Pembahasan

Air dalam tanah juga dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan. Peristiwa ini disebut evapotranspirasi. Banyaknya berbeda-beda, tergantung dari kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuh-tumbuhan.
Secara umum Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embum dan sumber air lainnya. Karena transpirasi adalah proses evaporasi air dari permukaan tumbuhan, maka faktor-faktor iklim yang mempengaruhi evaporasi secara umum juga berpengaruh terhadap transpirasi. Kenyataan di lapangan kedua proses, evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi dari tumbuhan sulit dipisahkan, sehingga keduanya disebut evaporatranspirasi.
Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah bersama-sama disebut evapotranspirasi atau kebutuhan air. Jika air yang tersedia dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut evapotranspirasi potensial. Mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi itu banyak dan lebih sulit daripada faktor yang mempengaruhi evaporasi maka banyaknya evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan teliti. Akan tetapi evapotranspirasi adalah faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi. Oleh sebab itu maka telah banyak jenis dan cara penentuannya yang telah diadakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari, dan lain-lain yang saling berhubungan satu dengan yang lain (Sastrodarsono, 1987).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya evaporasi antara lain :
Kecepatan angin, makin cepat anginnya makin besar penguapan.
Temperatur, makin tinggi temperaturnya makin besar penguapannya.
Kelembaban relatif, udara yang makin besar kelembaban relatifnya penguapan makin kecil. (Wisnubroto, 1986)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi tersebut menurut Sudira, Putu( 2001) yaitu panas, suhu, udara, kapasitas kadar air dalam udara, udara di atas permukaan bidang penguapan, dan sifat alamiah bidang penguapan. Proses evaporasi dapat berlangsung pada permukaan tajuk vegetasi basah dan permukaan vegetasi tajuk kering, tetapi apabila berlangsung pada permukaan tajuk basah terutama vegetasi hutan maka proses akan lebih cepat dibandingkan yang terjadi pada vegetasi kering. Besarnya proses evaporasi pada tajuk vegetasi basah kemungkinan tidak dikendalikan oleh faktor keseimbangan radiasi matahari melainkan lebih ditentukan sebagai penampung energi adveksi yang berasal dari atmosfer.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada tanah sawah, tegalan di peroleh laju evaporasi sebesar:

Tegalan
Evaporasi terbesar adalah pada hari ke-2 pada ember 2 sebesar 0,13 mm, hal ini terjadi karena kelembaban udara yang terjadi pada tanah tersebut terkena panas lingkungan, sehingga penguapannya besar.

Sawah
Evaporasi terbesar adalah pada hari ke-2 pada ember 1 sebesar 0,59 mm, hal ini terjadi karena udara ketika itu bersuhu lebih tinggi dari sebelumnya, sehingga penguapan pun besar.

KESIMPULAN

Evaporasi merupakan proses penguapan air dari permukaan tanah menuju atmosfer.
Besarnya evaporasi ditentukan oleh suhu udara, suhu tanah, kejenuhan tanah, kelembaban nisbi tanah, dan kecepatan angin.
Besarnya evaporasi pada polibag dan ember untuk lahan sawah, tegalan, dan kebun campur selama 3 hari paling masksimal adalah 4.06 mm, 7.79 mm, dan 7.4 mm






DAFTAR PUSTAKA


Sosrodarsono, Suyono. 1987. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita: Jakarta

Sudira, Putu, 2001. Klimatologi. Fakultas Teknologi Pertanian. UGM: Yogyakarta

Waryono, dkk. 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. Bina Ilmu: Surabaya

Wisnubroto, Soekardi dkk. 1986. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Ghalia Indonesia: Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar